Tulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.
Ada banyak hal di dunia ini yang sulit kita sadari maknanya dalam hidup. Setelah membaca kutipan dalam sebuah novel karya Winna Efendi yang diunggah seorang kawan dalan akun Instagramnya, aku kembali menimang. Katanya orang tidak terduga itulah yang selalu ada ketika kita butuh. Jadi bisa disimpulkan, bukan kamu orangnya. Tapi nggak tau kenapa aku suka aja kalo kita bisa berinteraksi. Sekali lagi, mengagumimu dalam diam.
Kita nggak sedang berada dalam percakapan. Aku sudah tidak sesinting dulu mengecek story hanya untuk melihat kabar apa yang kamu bagi. Kamu juga tidak banyak mengunggah sesuatu di laman ceritamu. Ada satu yang menarik. Tentang beberapa anak laki-laki yang mungkin memasang adegan berkelahi hanya untuk diunggah dalam media yang saat ini viral menggunakan soundtrack. Kamu mengomentari video itu menggunakan bahasa daerah yang sulit ku pahami. Aku ingin berkomentar. Lagi-lagi kuurungkan.
Sempat terpikir dalam benak untuk memulai kembali percakapan. Namun, bukankah itu bisa menimbulkan rasa yang masih belum tentu tau ada balasannya? Lalu, dikarenakan banyaknya anggota mahasiswa baru yang muncul, kamu lebih sering mengganti foto profil. Selain itu, kamu juga sering membagikan foto lama yang sudah pernah kuliat. Diantaranya ketika kamu sedang mengikuti seminar juga saat mengikuti ajang pekan olahraga nasional yang diselenggarakan salah satu universitas ternama di Surabaya. Pada kegiatan seminar, aku dapat melihat jelas kerutan di sudut matamu saat kamu tersenyum. Manis.
Tapi yang namanya jiwa player sudah mendarah daging, wajar aja kalo kaum hawa ngegosipin kamu sampe lancar banget. Temanku yang dulu ku pikir kamu akan menyukainya berkomentar. Katanya nyelip modul modal dusta. Dia tidak begitu paham arti dari yang kamu tulis. Aku tidak berhenti sampai disana. Kucari makna kalimat yang menjadi caption fotomu. Intinya, yang ada dalam diri kamu bukanlah menggambarkan siapa kamu sebenarnya tapi pada apa yang sedang kamu pikirkan. Aku masih belum bisa menerka jujur.
Keadaan jadi bertambah drama saat aku membagikan kegrub sebuah unggahan tweeter—yang tentunya bikin ngakak sampai kamu mau repot-repot membalas. Tentu temanku tidak tinggal diam untuk membicarakanmu. Ah, kamu emang paling bisa membuat seseorang tersenyum.
Saat aku mengetahui kamu mengunggah beberapa promosi UKM, kakak kelasku sempat mengingatkanku perihal kuliah yang nggak seperti apa yang ku bayangkan. Namun begitu melihat bagaimana kamu, dia tersenyum. Selain kamu mempunyai tampan yang cukup diakui, dia sepakat pada argumenku bahwa kamu open mindset. Senang bisa berdiskusi denganmu, A.
Hmmmmm... Aku nggak tau gimana jadinya kalo kamu membaca semua tulisan ini. Selalu tertuju ke kamu. Tapi aku tau, sepertinya mustahil buat kamu membaca tulisan ini. Aku melihat kamu mengunggah sebuah video di feed instagram sedang melakukan perjalan ke sebuah tempat yang tentu belum aku pernah aku singgahi. Soundtrack videonya menarik. Aku baru tau kamu punya selera lagu yang cukup bagus dan nggak pasaran.
Setelah dibuat kesal karena seorang kawan yang cukup menyebalkan hingga muncul syarat-syarat sebagai mahasiswa baru—salah satunya memposting twibbon, aku kembali dibuat kesal. Bagaimana tidak? Mengenai makna kebebasan anti patriaki yang sudah kusiapkan jauh-jauh hari lenyap karena diharusnya menggunakan kutipan tokoh dalam program studi masing-masing. Aku meringis. Memutuskan untuk membalas unggahan video yang kamu upload di WhatsApp.
Kamu sedang berada dalam kekacauan sepertinya. Eh, nggak. Mungkin aku yang kelewat bar-bar menyerangmu dengan beberapa pesan sekaligus. Tentunya sebuah kutipan. Katamu, aku harus pelan-pelan. Terlalu laju sebelum kamu menanyakan itu kutipan siapa? Aku berpikir sejenak untuk mengingat namanya. Ada tiga kutipan yang ku suka dari tokoh yang baru ku dengar. Ini nih salahnya selama sekolah tidur mulu. Lalu, tanpa disangka kamu memberikan kutipan dari seorang filosofis.
Aku tersenyum. Kamu bergurau perihal aku yang mengganggu pagi-pagi saat kamu masih kuliah. Senang bisa bercanda dengan anda, Tuan. Semoga kamu selalu menyenangkan dan menyebalkan diwaktu yang bersamaan. Kita berbicara banyak mengenai tokoh itu. Tapi kayanya cerita hari ini cukup sampai di sini dulu ya. Nggak apa-apa digantung. Soalnya aku mengingat lagi apa saja yang terlewat. Tentunya tentangmu.
To be continued Published onSeptember 13, 2020
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
tenggelam dalam lautan bayangan mas A.
An :
Dikarenakan banyaknya rutinitas yang bikin pusing kepala, mulai dari persiapan kuliah, kemarin hari yang sangat melelahkan sehabis mantai—yang seharusnya ada waktu juga untuk menulis tapi pulangnya benerbener tepar, yaudalaya. Mon maap nih baru apdet sekarang karena jujur, kemaren tuh bener-bener nggak inget kalo malam minggu. Efek kelamaan jomblo kali ya. Cukup sekian dulu gais bacotnya, besok besok disambung lagi. Anggap aja ini chapter spesial yang diapdet di hari minggu karena mas A selalu tak terduga bikin aku rindu. Ea.