Aku pernah bertanya kepada seseorang mengenai bagaimana bisa seseorang mudah dijatuhi cinta padahal rupanya pun tak terlihat secara nyata. Lalu seseorang itu menjawab kita bisa atau bahkan boleh jatuh cinta tanpa harus ketemu. Klise, padahal kita sendiri masih belum tau makna cinta itu seperti apa. Lalu dari sekian banyak detik telah terlewati, namamu masih saja suka menghampiri. Bisa jadi dalam obrolan singkat dengan orang-orang yang memang secara nggak langsung mengarah pada sosokmu setiap hari, atau pada pikiran yang kadang sulit terkendali.
Sejujurnya aku juga nggak paham. Tapi biar ku ceritakan sedikit.
Hari ini hujan membuat sudut cakrawala tidak menampilkan keindahannya. Ketika seseorang lebih senang menanti senja daripada fajar. Padahal jelas, eksistensi kepergian lebih menyedihkan daripada kedatangan. Namun lagi-lagi, itu tentang asumsi. Aku masih menyukai langit malam diantara banyak langit. Oh, iya. Aku lupa. Mungkin aku belum pernah menceritakan ini ke kamu, atau pernah tapi nggak kamu ingat aku nggak tau. Kamu tau, seseorang pernah membuatku begitu percaya pada abadinya langit malam. Tenang. Hingga sosok kerlip bintang itu hilang tanpa kembali pulang. Lalu, ketika sekarang aku ingin mendedikasikan sosok bintang yang kucari pada mata segelap malam, senyuman sehangat pagi atau mungkin wajah seteduh angin yang tentu semua itu ada pada kamu, aku menyadari sesuatu.
Pertemuan ada tidak melulu untuk menyatukan.
Mungkin yang aku pikir, ketika mengingat beberapa rencana, membuka kembali catatan-catatan lama yang tentu belum ada campur tangan kehadiran kamu disitu, aku tau kenapa aku bisa menilaimu seperti itu. Kamu mungkin adalah seseorang yang lagi-lagi hadirnya ada untuk mengingatkan. Seperti beberapa bulan lalu ketika kita memulai perkenalan, yang sering kita bahas mengenai perbedaan. Yang pada akhirnya ku sadari, kita bisa sedekat itu karena memiliki banyak kesamaan.
Dan lagi-lagi aku mengerti. Sosokmu hadir hanya sebagai pengingat. Bahwa dalam hidup, tidak selamanya ada penat. Namun hari ini, untuk pertama kalinya. Aku capek.
Kenapa namamu nggak bisa nggak muncul barang sehari?
Atau karena aku telah jatuh hati?
Atau karena takut sosokmu pergi?
Jauh bahkan nggak akan kembali.
Lucu, semesta kadang menghadirkan seseorang menciptakan tawa, lalu disatu sisi menimbulkan luka yang pada kenyataannya kita nggak bisa menangkal adanya.
Wajah ketika kamu tersenyum masih terlukis indah. Hidup dalam tempurung otak yang memaksaku untuk nggak berhenti ikut tersenyum ramah. Lalu, lagi-lagi berharap kamu bisa menjadi rumah. Ah, memang hati sulit dikendalikan.
Untuk malam ini, aku ingin tidur lebih cepat. Semoga kamu, seseorang yang berinisial A, juga demikian. Kalo perihal mencintai saja boleh, kenapa mengagumi selalu menjadi perdebatan alot antara otak dengan hati?
Semoga besok, jawaban itu bisa kutemukan untuk tidak mengingatmu lagi. Dalam bentuk apapun itu suasana hati setiap hari.
Menolak lupa
To be continued
Published on July 6, 2020Salam sayang,
Elokvitaloka
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.