Ada beberapa hal yang belum aku ceritakan di minggu lalu. Rasanya berbagi ceritapun tetap menyisakan sendu. Sebelumnya bagaimana kabarmu?
Aku nggak tau apa yang sudah kamu lalui selain sibuk dengan berbagai kegiatan sosial. Tadinya aku ingin mengucapkan terima kasih di hari senin ketika pengumuman telah dipublikasikan. Namun semua harus kuurungkan. Setelah merasa cukup pesimis karena nama masih juga belum muncul dilaman, ternyata benar, mengenai berita buruk kita tidak selalu punya kesiapan.
Hingga juara pun namaku belum tercantum. Sebenarnya tidak masalah mengingat ini hanya sebuat ajang yang nantinya semua cerita menjadi satu album. Tapi nggak tau kenapa, efeknya bisa bikin bibir menahan senyum. Lagi-lagi, semesta sedang tidak berpihak.
Tapi, aku harus tetap menjalani hari. Melakukan berbagai macam pembelajaran mata kuliah, mengetahui bagaimana dosen mengubah waktu kuliah semudah membalik telapak tangan sampai bagaimana jadi berpikiran lebih sakitan digantungi dosen daripada doi. Eh, emangnya ada? Muehehe. Ditengah pandemi kaya gini, berita yang bermunculan saat ini tentu bikin kita sedih setiap hari. Tiba-tiba aku teringat pada satu narasi.
Setelah melihat kamu mengunggah beberapa kali di WhatsApp story, yang tidak aku ingat tentang apa, aku menghubungimu mas A. Bercerita bagaimana dulu ketika aku ingin mengikuti lomba puisi yang diadakan oleh salah satu jurusan difakultas, kamu memberikan satu narasi. Tentu menceritakan bagaimana kondisi ibu pertiwi sekarang ini. Rakyat yang semakin kesusahan dalam wabah yang terus terjerat buruknya berbagai informasi. Merdeka bukan lagi perkara terbebas dari jajahan negara lain melainkan dijerat oleh saudara setanah air.
Aku bertanya, meminta komentar sebuah puisi atau monolog atau entahlah, milik temanku yang kamu komentari sesekali. Jelas kamu terlihat sangat sibuk saat itu. Melakukan musyawarah besar untuk menuju satu tuju. Jika diam tidak dianggap, berbicara namun dibungkam, satu yang pasti. Melawan dengan tindakan.
Kemudian, aku nggak sadar membuka aplikasi Instagram. Melihat beberapa wajah teman-teman yang kebanyakan isinya adalah tugas dari kampus, atau twibon-twibon bertebaran yang membakar liminasa. Pandanganku tertuju pada satu nama. Sebaris namamu hadir disamping lingkaran yang mennampikan wajahku, pertanda siaran langsung dimulai beberapa detik yang lalu. Aku ngapain? Woyajelas ngestalk. Tapi kok ya nggak ada yang nonton. Aku keluar sebentar. Tapi didorong rasa penasaran, emang dasarnya cewek tuh keponya tinggi banget, yaudahlaya join lagi.
Kamu melambaikan tangan. Sesekali memandang kelayar sebelum akhirnya aku melihat sesuatu diluar dugaan. Ketika berdiskui, aku melihat kamu menghisap rokok yang tersemat diantara jari telunjuk dan tengah. Tidak menyangka rupanya kamu merokok. Ah ngapain juga aku peduli? Kamu siapa ya kan, ehehe. Atau lebih tepatnya aku ada hak apa yakan buat sedekedar mengingatkan.
Berbagai kepentingan dunia maya tidak berakhir sampai disitu. Keesokan harinya demo membara dari segala penjuru. Mahasiswa turut mengenakan berbagai macam warna almamater untuk mengutarakan aspirasi. Mungkin baru selesai siang hari. Seorang kawan mengirimkanku sebuah foto yang menunjukkan keadaanmu, yang baru kutau diperoleh dari apa yang kamu posting di WhatsApp storymu. Dan perjuangan masih belum membawa hasil.
Aku tidak turun kejalan, tidak juga berpartisipasi dalam kegiatan menghadiri gedung megah untuk berhadapan dengan mereka yang katanya perwakilan rakyat. Alasannya sederhana. Segudang tugas sedang melanda. Namun, selalu keselamatan selalu terpanjat disetiap doa.
Hari-hari berikutnya masih seperti itu. Sampai pada akhirnya aku melalukan ospek fakultas hari ini. Kamu tau, rasanya melelahkan. Selain berhadapan dengan laptop yang cukup lama, ada juga perbedaan waktu yang bikin aku nggak tahan untuk nggak cerita. Gimana bisa aku lupa waktuku lebih cepat satu jam dengan hasil nunggu acara dimulai sampai kaya orang bego padahal acara baru dimulai sejam lagi. Sibuk mencatat tugas sampai waktu presensi bikin heboh nggak terkendali. Ya gimana ya, absen pake foto selfie terus norak link nggak keluar-keluar gitu yakan. Nggak sampe disitu. Semua diperparah ketika ada tamu datang ketika rumah sedang sepi-sepinya.
Tau apa hasilnya?
Nggak ngebukain pintu pura-pura aja nggak denger karena laptop nggak bisa ditinggal. Emang nggak jelas hidup ditengah kesendirian. Serba repot. Terus selesainya baru bisa napas lega. Ditambah hari ini adalah hari kesehatan mental, semoga kesintingan ini bisa kita kontrol untuk tetap berada dalam kewarasan. Sekian dulu ya. Besok disambung lagi.
Kamu yang semangat! Selamat malam minggu.
To be continued
Published on October 10, 2020Oini yang kepergok ngerokok
Tertanda,
Elokvitaloka
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.