Juni Minggu Terakhir

100 15 3
                                    

Didedikasikan Untuk A

Bintang di Langit sedang tak tampak

Bintang di Hati nggak capek berjarak?

Aku pernah membaca sebuah kalimat tentang segala sesuatu dalam diri manusia harus diawali dengan keberanian. Dan aku akui, menulis kembali ini butuh waktu juga keberanian yang lagi-lagi membuat aku merasa sedikit takut. Kamu tentu tau tulisan ini bercerita banyak soal kamu. Mulai dari awal pertemuan kita sampai pada detik ini sesuatu yang patut ku syukuri karena kamu telah lahir ke dunia.

Kembali pada keberanian. Kamu tau, setelah melewati patah hati serius hingga kini kembali menemukan yang tulus, untuk pertama kalinya setelah semua berjalan tidak dengan mulus, aku kembali berdoa. Menengadahkan tangan memohon pada sang pencipta. Kemarin, tepatnya setelah cakrawala muncul di ruang-ruang sempit jendela, juga setelah membaca beberapa paragraf cerita mengenai kehidupan, aku berdiskusi dengan diri. Mempertimbangkan segala rasa yang selalu menghantui.

Usiaku sudah genap menuju dewasa. Ada kesedihan yang mungkin sulit terdefinisikan. Itu artinya, hidupku harus lebih banyak lagi dihabiskan untuk sesuatu yang aku butuhkan. Kepada ayah, usianya tidak lagi muda. Sosoknya selalu mampu membuat jatuh cinta. Memberikan segalanya tanpa kenal lelah. Rambutnya sudah memutih. Wajahnya sudah menua. Tenaganya tidak lagi sekuat seperti dahulu kala. Aku nggak ngerti kenapa sekarang aku seberani ini menulis dan menahan untuk tidak menangis. Lalu, ibu yang selalu memberikan cinta tak kenal lelah. Perdebatan alot yang membuatku sedikit menyesali setelah tau apa yang kuperbuat ternyata terlalu ngotot. Dan setelah memejamkan mata. Memohon agar diberikan waktu yang lebih lama lagi untuk bersama, pikiranku melayang menyebut namaku. Katanya ketika kita sedang merasa sesuatu dan mengingat seseorang itu artinya kita mencintai orang itu. Jujur aku masih nggak ngerti. Namun yang pasti, sederet namamu telah ku ukir dalam doa semoga mendapat restu Ilahi. Berharap jika memang kamu yang ditakdirkan untuk bersama, biarkan rasa ini terus ada. Namun jika tidak, semoga rasa ini lekas sirna.

Mungkin aku nggak tau bagaimana penggambarannya. Mulai dari bagaimana aku berpindah usia tidak lagi belasan yang tak kunjung kamu beri ucapan, malah justru kamu bertingkah sangat menyebalkan. Aku sedikit merasa kesal tapi hanya sesaat setelah tau rupanya kamu berhasil membuatku salah tingkah. Mulai dari muncul cemburu buta, lagi-lagi membahas mengenai buku yang kamu baca sampai pada hari ini. Pagi hari dimulai dengan lebih berwarna.

Kamu banyak berbicara mengenai hal-hal yang tidak perlu untuk membuatku tersenyum malu. Selain menyebalkan sejak hari kemarin, yang akhirnya menimbulkan tanya perihal keseriusanku untuk mempersempit jarak. Sebetulnya aku masih ragu. Katamu aku masih idealis. Lambat laun akan realistis. Dan sekarang, yang baru kupahami bukan tentang jelajah kesana kemari namun tentu yang paling indah adalah rumah. Ada beberapa kemungkinan yang membuatku ragu untuk melangkah. Tapi lagi-lagi kamu tau cara untuk membuatku berani mengambil keputusan dengan tau arah. Sampai pada keberanian yang lainnya, yang menimbulkan sedikit rasa marah. Sebab, mungkin aku sudah berada pada fase jatuh cinta.

Sosokmu selalu mampu menenangkan jiwa. Aku nggak lagi ngegombal. Tapi yang jelas, perasaan tidak lagi mampu terkendali. Dan semoga, kamu orang yang selama ini aku cari. Sekarang, istirahatlah. Hari esok sudah menanti. Nanti kita cerita lagi mengenai hal-hal yang begitu penting sampai sesuatu yang bikin senyum-senyum sampe kaya orang sinting. Apapun itu asalkan denganmu, aku merasa dunia sangat menyenangkan. Dan semoga, ini sama seperti apa yang kamu rasakan.

 Dan semoga, ini sama seperti apa yang kamu rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo senyum jangan manis-manis tolong.

To be continued
Published on June 30, 2020

Salam sayang,
Elokvitaloka.

KATA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang