Katanya, cinta timbul karena terbiasa. Tapi kalo cintanya nggak dalam artian yang romantis masih bisa dibilang cinta kan?
Mungkin itu yang bakal menggabarkan obrolan kali ini. Aku mau lanjutin cerita perihal awal Agustus yang bisa jadi bulan baik banget. Nggak tau kenapa, aku merasa senang aja. Setelah menghabiskan waktu bersama kawan dari luar kota, aku nekat mendadak mantai dengan teman lama. Soalnya ya, segala sesuatu yang direncanain sama dia itu selalu berakhir wacana. Kamu juga pasti udah ngeliat dokumentasi yang aku unggah bukan? Disitu aku sama dia banyak bahas hal-hal mulai dari tentang kampus juga beberapa hal yang mengandung unsur kenangan. Oh iya hampir lupa, mungkin yang menjadi penyebab hari itu sangat menyenangkan juga karena kamu menghubungiku. Setelah Minggu ketiga bulan Juli kamu memposting puisi cinta yang kamu tulis ditanggal 1 Oktober 2019 lalu tentunya. Jujur aku masih nggak tau maknanya. Kata yang kamu gunakan berat banget.
Kamu menanyakan kembali perihal kapan kita akan satu kota. Nggak tau kenapa, baca gitu doang bikin aku senyum sendiri. Mungkin karena yang mengirim pesan itu kamu? Heheh. Ditanya seperti itu, jelas bikin aku nggak tau mau jawab apa. Soalnya kondisi semesta sekarang makin parah menurutku dan ditambah berita kampus yang mengharuskan kuliah daring bikin aku nggak punya alasan buat kesana. Setelahnya, kamu mengeluh. Aku tersenyum tipis saat membacanya. Selain kamu sudah terkenal fuck boy yang tentu bikin aku mundur untuk nggak mengagumi lebih dalam, ternyata kamu bisa semenggemaskan itu. Aku bertanya lagi ke kamu. Setelah aku sampai di sana? Apa yang aku lakukan. Kamu terdiam nggak tau mau jawab apa kan, hehe. Meskipun aku tau pasti, di sana aku bisa puas membaca bacaan yang katamu selera kamu banget.
Setelah mengobrol singkat kamu mengabari bahwa keesokan harinya, kamu akan ke kota tempat kita akan bertemu. Aku pikir, di akhir Juni lalu, kamu memutuskan untuk menetap sampai jadwal kuliahmu berlangsung. Ternyata aku salah. Oh iya, jangan lupa ya nanti kita kulineran di sana. Aku mau ngenalin makanan yang jadi favorit aku di sini. Eh tapi di sana ada nggak ya?
Setelah membahas kulineran itu, jadwal setelah kepantai dengan kawan lama— yang harusnya digelar pada saat kamu melakukan perjalanan menuju kota kita bertemu (ceileh) aku lagi-lagi batal pergi mengahadiri acara pernikahan dengannya. Tentu di awal aku sudah bercerita bukan? Apapun kalo sama dia selalu berakhir wacana. Asli. Aku pengen banget makan kapurung. Kalo kamu nggak tau itu makanan khas Sulawesi yang isinya sayur kangkung, ada kanjinya dikasih kuahnya dari ikan sama kacang-kacangan. Aku nggak tau kamu suka atau nggak tapi aku kecanduan banget. Pas aku mau jalan sama temen aku yang mendadak bikin moodku berubah drastis, aku mikir kayanya Coto Makassar enak juga. Jadilah kita melewati rumah makannya karena aku harus menemani temanku itu tes rapid. Dia sedikit menyebalkan. Muter-muter kesana-sini sampe akhirnya bikin kita makan lalapan disalah satu rumah makan lesehan. Asli. Disitu aku kaya orang bego banget. Kita udah pesan kan, eh orangnya nulis sambil ngerekap apa aku juga nggak ngerti. Asli. Tiba-tiba udah dimasak aja. Dan menyebalkannya temenku, dia nyembunyiin minum aku. Katanya biar makananku habis. Kebiasaan aku kalo diluar nggak bakal bisa ngabisin makan padahal porsinya nggak banyak. Semoga jalan sama kamu nantinya bisa habis ya!
Terus lanjut, waktu diperjalanan pulang aku nggak tau dia bilang apa karena jujur aku ngantuk banget. Ditambah posisi duduk dimotor nggak nyaman banget. Aku inget cuma ada baper sama dia atau apa aku nggak tau. Itu senja, jadwal yang seharusnya bisa aku pake jalan sama temen yang sempat kamu komen. Tapi nggak masalah sih.
Besoknya, aku sama dia berencana cari senja senji. Aku banyak cerita banget ya? Serius. Emang banyak hal yang pengen aku bagi tapi aku tampung dulu biar jadi satu di malam minggu. Tapi kalo dirasa nanti kepanjangan, bikin kamu bosen untuk sekedar tau, aku bisa melanjutkannya di malam Minggu berikutnya. Nah balik lagi soal senja, nggak tau kenapa aku jadi inget sama satu pesan yang kamu tulis. Orang-orang mungkin mengira aku secinta itu sama senja. Ketika sebenernya berada dibawah langit malam itu rasanya lebih tenang. Apalagi jika nanti bisa diskusi lagi sama kamu.
Ngakak banget waktu baca ulang percakapan sederhana kita. Kamu ngajak aku mancing. Terus perdebatan alot yang bikin aku nagih es krim. Waktu itu nggak begitu malam sampe kamu nyuruh aku tidur. Payah banget deh. Kamu mau aku ingetin? Sampe satu kalimat itu bikin aku jadi inget. Jadi kurang lebih gini.
Gaada alasan tugas kuliah ya kalok sama aku
Sederhana tapi bikin aku senyum. Sampe kebawa kenyataan kalo acara cari senja senji batal. Selain ada kendala, hujan juga turun. Aku sama dia memutuskan untuk mencari senja besoknya. Tapi lagi-lagi, sama dia selalu gagal. Karena sore aku memberi kejutan untuk seorang teman yang bikin aku memilih untuk jalan malamnya dengan dia. Dan itu malam Minggu. Berhubung aku takut nggak boleh keluar kalo udah balik ke rumah. Asli, kamu kalo aku ceritain pasti ngakak. Jadi aku ketemuan dong sama temen aku itu. Tapi motornya berencana kita tarok di masjid. Persis kaya bocah SMP kencan diem-diem yang pernah aku temui waktu nyoba bolos kegiatan esktrakurikuler. Serius. Kamu jangan ngejek aku ya nanti. Soalnya kan aku sama dia nggak kencan. Kita keliling kota nggak ada tempat tujuan. Aku menawarinya makan tahu tek nenek favorit aku di daerah trotoar dekat rumah. Semoga nanti kamu punya referensi tahu tek yang enak juga ya kalo kita sudah satu kota. Heheh.
Temen aku ini jujur menyebalkan. Bisa-bisanya dia punya tingkat kepedean aku bakal satu kota juga kuliah sama dia karena ada dia. Padahal kan nggak gitu. Terus yang bikin menyebalkan lagi, dia ngescroll chat yang bikin aku geli. Terus dia genggam tangan aku dong biar aku nggak ngambil benda pipih ditangannya yang lagi buka aplikasi Instagram itu.
Terus dia sengaja mau pulangi aku malam malam biar besoknya aku nggak keluar. Ngeselin kan. Nggak cuma itu. Kayanya waktu satu kota nanti, aku juga bakal jalannya kemana-mananya sama dia. Nggak tau deh. Mood aku parah banget tuh. Sampe akhirnya, tiga hari setelah malam minggu itu, aku terdiam. Menerka-nerka setiap kalimat dari lirik lagu yang kamu unggah. Mewakili perasaan tapi aku sendiri nggak tau perasaan yang kaya gimana. Aku pikir, apapun itu jika tentangmu selalu membawaku pada hal-hal baru yang mungkin berpotensi juga untuk aku sukai. Udah 1000 word aku cerita. Biasanya nggak sepanjang ini, nggak apa-apa ya? Selamat malam minggu A! Semoga kita lekas berjumpa.
Menghapus tinta yang penah kau lukis di kanvas hatiku
Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku
Ego telah menghasutku
Tuk kembali padamu
Namun logika berkata
Baiknya ku menjauh[ L a r a ]
To be continued
Published on August 15, 2020
Salam Sayang
Elok Vitalokamas A yang rambutnya abis diwarnai sama temennya yang nggak lebih ganteng dari dia wk
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.