Hari ini lagi-lagi hujan membasahi bumi. Nggak tau kenapa akhir-akhir ini setiap menulis tentangmu di pasti selalu hujan. Entah karena hati sedang patah juga hancur berantakan. Ah mungkin terdengar berlebihan. Namun sungguh, ini sangat menyesakkan.
Kamu apa kabar? Sedang apa?
Aku nggak bercerita banyak hari ini. Lebih banyak mengisahkan kamu sebagai tuan yang selalu membanggakan. Meskipun harapan sehari setelah bercerita baru saja terpatahkan. Aku nggak tau apa yang kamu rencanakan ketika berkumpul dengan beberapa teman, yang kuketauhui salah satunya menggeluti bidang sastra. Ia senang menuliskan pesan dalam sebuah kutipan yang kemudian diunggahnya di akun Instagram. Aesthetic. Selera potretnya tidak buruk-buruk amat. Lalu, seorang teman mengabariku untuk menggerogoti hati dengan melumat. Kisah yang belum dimulai kini tamat.
Ia mengabariku tentang bagaimana bisa seorang sepertimu sangat buaya. Kemudian pilihanmu jatuh kepada seorang mahasiswi yang menurutnya terkesan terlalu dewasa untuk bersanding denganmu. Ya, aku kalo boleh jujur bener juga, sih. Dia nggak cantik-cantik amat selain menang bodi bohay kaya cewek-cewek yang hobinya diet tapi doyan makan.
Aku nggak tau pasti siapa yang sekarang menjadi tempat singgahmu. Sebab, kamu sedang melakukan ritual mendaki. Aku nggak melihat bagaimana kamu nggak terlihat aktif diberbagai media. Lalu, beberapa waktu mungkin keesokan harinya kamu mengunggah beberapa video pengabadian selama kamu mendaki. Salah satunya bagaimana membangun tenda, atau mengemas barang bawaan juga botol bekas. Ada juga unggahan sebelum memulai pendakian. Pembacaan doa kemudian disusul semangat kekompakan huha. Menyenangkan sekali rasanya. Aku juga sangat ingin mendaki dan kamu tau itu.
Tau itu? Ah mungkin kamu lupa.
Lalu pandanganku jatuh pada siapa yang menyukai postinganmu. Sederet nama yang kata temenku adalah pacarmu baru-baru ini. Sumpah, ini bikin iri. Eh nggak deng. Maksudnya, apa sih yang kamu cari dari dia? Aku membatin. Karena dia doyan joget tiktok pake baju ketat pamer bodi bikin siapapun ngeliat goyangannya nggak kedip? Aku kira seleramu malah cewek-cewek kalem yang hobinya ikut qosidahan. Eh itu terlalu alim. Tapi ya gimana deng?
Aku aja bingung sama karakter kamu. Kamu terlalu misterius. Banyak hal yang nggak kutau. Kamu muncul dengan berbagai hal diluar nalar. Sudahlah. Lebih baik menceritakan hal lain dari sekedar patah hati bahkan sebelum memastikan rasa hingga kini.
Akhir-akhir ini aku sudah mulai terbiasa dengan tugas yang menumpuk juga waktu yang kian mendekati hari dimana kita akan bertemu. Aku nggak mengikat ekspetasi apapun tentang bagaimana kita berdiskusi nanti. Sebab, sepertinya angan dan target dahulu kenapa aku ke kota itu juga bukan karena kamu. Bahkan jauh sebelum mengenalmu.
Aku ingin lebih banyak mengenal diri. Apa saja yang aku mau terlepas dari ambisi atau tidaknya. Aku ingin produktif lagi menulis cerita fiksi sebab setelah bertemu denganmu, tulisan ini selalu tertuju padamu, Tuan. Orang yang hingga kini sulit terprediksi. Atau lebih tepatnya, rasa yang sulit dimengerti.
Sedangkan kamu, beberapa minggu ini sedang sibuk dengan beberapa kegiatan HMJ yang aku ketahui, sebenarnya tidak begitu sibuk menurutku mengingat kamu bukan ketua panitia. Tapi entahlah. Mungkin ospek jurusan yang akan digelar tahun ini sedikit membutuhkan banyak tenaga mengingat sistem daring yang digunakan menjadi sebuah kendala. Kamu juga banyak mempromosikan kegiatan-kegiatan webinar atau seminar. Satu yang kuingat pasti ketika kamu mengunggah video tentang kegiatan yang kamu adakan. Senyum dan ketulusan yang terpancar dari matamu seteduh langit malam. Dan kuharap, aku tidak lagi tenggelam.
Semoga.
Selamat malam, semoga tidurmu nyenyak. Dari penikmat rindu yang kini hatinya sedang retak.
To be continued
Published on October 24, 2020Di tempat biasa aja kamu sulit dijangkau apalagi diketinggian, mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Ficção AdolescenteTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.