Sudah sepekan terakhir rupanya. Sepertinya aku bakalan menjadwalkan untuk bercerita perihal kamu, seseorang yang berinisial A setiap malam Minggu deh. Nggak tau kenapa, soalnya jujur, aku ngerasa nggak bisa konsisten lagi menulis. Beberapa hari ini pertemuanku dengan seorang kawan semakin intens. Dan, menulis tentangmu padahal masih pukul delapan malam, kantuk sudah menyerang.
Terhitung, sudah dua malam aku menunda untuk sekedar bercerita soal hari-hari yang kujalani untuk kamu tau. Dihari kedua aku sedikit kesal, mengingat sudah janjian bersama seorang kawan untuk mendatangi salah satu rekan yang akan menggelar acara pernikahan. Sepertinya setelah lebaran kali ini, aku akan mendapatkan banyak undangan. Kawanku jelas mengira acaranya digelar malam, makanya dia masih santai aja di luar kota. Bikin aku pusing nyari patner kondangan karena aku sendiri nggak menjamin aku nggak malu. Setelah beberapa diskusi akhirnya aku menemukan satu orang yang mau menemaniku. Setelahnya, aku mengadakan tukaran kado bersama sahabat lama. Aku pernah cerita bukan, kamu juga pasti tau dengan gaya sok cool mau kenalan sama mereka. Betul-betul khas fakboi mueheh.
Di sini, aku merasa bahwa memang, setelah bertemu dengan banyak orang, kedekatan bisa dengan sangat cepat pudar. Seperti ada yang menimbulkan jarak atau membangun benteng sehingga kita merasa asing. Itu bisa jadi karena memang kita sudah lama nggak ketemu. Sampai akhirnya aku ingat satu kali kalimat yang pernah terlintas dalam benakku.
Temen itu bukan tentang siapa yang selalu ada setiap waktu, tapi always listening always understanding setiap kamu ragu.
Ngomong-ngomong soal temen, aku sampai lupa nyapa. Halo kamu yang jauh di sana! Apa kabar? Udah lama banget ya kita nggak berdiskusi bareng. Padahal kan kita temen hehehe. Tenang aja, aku nggak pernah lupa beberapa pesan yang pernah kamu kirim kok. Aku cuma merasa sedikit, bisa dibilang yang terpenting itu memang esensi bukan eksistensi. Udah hapal banget ya materi ginian kalo bahas sama kamu. Hehehehe. Tapi memang orang akan datang dan pergi bukan? Ya udah, itu aja deh. Mungkin juga karena kita jarang ketemu, terus ketemu temen baru. Feeling aja.
Terus kamu tau? Sepulang dari tukar kado yang kamu udah liat aku dapat apa, tiba-tiba kawanku dari jauh, mungkin menempuh jarak membutuhkan waktu sepuluh jam menghubungiku. Bertanya saat ini aku sedang di mana. Untung saja aku sudah pulang. Sedikit kaget waktu dia bertanya alamatku. Lalu tertawa ketika dia akan melihat-lihat jalanan mana saja yang akan dia lalui. Soalnya, dia pernah bilang kalau akan ke kotaku pada akhir tahun nanti. Nggak taunya beneran on the way. Nggak mungkin dong, jauh-jauh kalo nggak ada apa-apa, ternyata beneran. Mau nemuin salah seseorang buat dikasih surprise. Cinta emang kadang bikin sinting ya.
Keesokan harinya, pukul empat dini hari Waktu Indonesia Tengah, sebelum sholat subuh, dia beneran sudah sampai. Menyusuri sepinya kota menuju tempat yang aku pikir dia akan menginap di salah satu rumah rekan organisasi kita. Hampir saja aku kira dia serius menginap di masjid. Hedeuh. Tapi rupanya salah juga tebakanku.
Lalu, kita mendatangi beberapa tempat yang menjadi ciri khas kotaku. Orang-orang bilang, katanya temen onlineku cukup banyak. Nggak menutup kemungkinan justru lebih akrab dengan mereka. Ada benarnya juga sih. Apalagi jika diskusinya sama kamu. Ehehe. Soalnya real life jujur, aku nggak begitu banyak bercerita bersama mereka. Malah jumlahnya terhitung. Nggak tau kenapa aku lebih nyaman bertukar pikiran sama mereka, teman online. Raganya mungkin tak sanggup kita lihat secara langsung dalam dimensi nyata, namun hadirnya selalu membuat kita merasa lega. Mungkin karena dianggap ada. Atau mungkin karena perdebatan alot bisa semenyenangkan itu dengan mereka. Meskipun berbeda tapi tau cara menghargai perbedaan setiap pemikiran. Dan terkadang, berdiskusi dengan temen real life tidak semenyenangkan itu.
Sampai ketemu nanti ya. Aku nggak tau buku jenis apalagi yang sedang kamu baca. Tapi yang jelas, isinya jika kamu ceritakan kembali ke aku, membuat aku berpikir lebih terbuka. Bahwa, di dunia yang sekarang, berpikir kritis itu perlu. Tapi nggak perlu sampe ngotot untuk menemukan titik temu. Benar kan?
Sudah dulu deh. Selamat malam Minggu!
To be continued
Published on August 8, 2020Salam sayang,
ElokvitalokaMas A
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.