Agustus Minggu Pertama

20 2 0
                                    

Percakapan kita bulan di bulan Juli telah berakhir. Namun, sampai pada tanggal satu sekarang, kita masih belum saling menyapa. Aku yang enggan menegurmu lebih dulu, atau mungkin kamu yang terlalu sibuk hingga pesan terakhirku yang bisa berujung perdebatan alot antara kita nggak sempat kamu baca.

Aku nggak ngerti juga, sih. Awalnya aku pikir, semuanya bakalan berjalan sebagaimana mestinya. Tentu, tersisa empat bulan lagi tahun 2020 berada di ujung pergantian. Artinya, selama delapan bulan ini banyak banget hal-hal juga rencana yang tidak terlaksana. Atau mungkin sebaiknya nggak usah direncanain ya? Dari dulu banget aku pengen cepet-cepet pindah, menyusuri kota baru yang mungkin memberikan pelajaran baru. Atau lebih tepatnya menyembuhkan luka di masa lalu. Aku nggak berharap banyak di bulan ini, selain untuk tetap bertahan dengan kondisi sekarang, dan semoga di bulan ini segala kesedihan bisa berakhir. Baik untuk sebuah ketakutan karena semesta sedang sakit, atau kita yang secepatnya bisa bangkit.

Oiya, mengingat ini malam Minggu, aku ingin sedikit bercerita. Terserah kamu mau baca atau nggak, atau jika aku punya keberanian yang cukup, nanti segala ceritaku bisa kamu dengar. Tentunya melalui podcast. Aku nggak bisa menjamin aku bisa seleluasa ini ketika sudah berhadapan dengan kamu. Nggak tau deh nanti. Tapi yang jelas, aku bingung.

Jujur, awalnya aku biasa aja waktu kamu hanya menjadi seseorang yang melihat unggahanku yang kadang secepat itu, kadang juga lambat. Atau justru seperti sekarang. Tidak sama sekali. Aku sedang di luar. Dan melihat bagaimana dengan jelas nama pemilik akun yang beberapa hari ini sama sekali nggak ada muncul dalam benak, kamu melakukan siaran langsung. Ah sayang sekali. Aku nggak bisa menonton. Namun yang pasti, nggak tau kenapa kaya nyeri aja tiba-tiba. Kaya insting aku tuh udah buruk gitu. Kaya, mungkin nggak ya kamu bakal live sama seseorang yang barangkali lagi dekat sama kamu.

Udah tau dia cuma singgah, masih aja ngarep dijadikan rumah.

Itu tamparan banget, asli. Terus aku juga hampir aja lupa. Disini bentar lagi berganti hari. Tapi karena cerita ini tentang kamu. Jadi yaudah lah, ya. Cerita aja panjang kali lebar. Tadi, waktu nggak sengaja ngeliat akun Instagram seseorang, sekilas, wajahnya mengingatkan aku sama kamu. Aku tau, banyak hal tentang kamu yang masih belum aku tau. Mulai dari makanan favorit, warna kesukaan atau sesederhana kamu sukanya jalan kemana?

Klise banget ya. Tapi serius. Aku ngeliat seseorang itu mirip kamu. Kalo diperhatikan lagi dengan postingan kamu tadi pagi, dapat aku lihat persis hidung, juga kumis tipis yang menghiasi senyum. Wajahmu sedikit lebih tua dari yang terakhir kali aku lihat. Mungkin kamu sedang banyak kewajiban yang perlu dijalankan. Apapun itu, semangat ya. Jangan capek-capek. Ingat kesehatan. Nanti kalo kamu sakit, aku nggak ada disampingmu soalnya hehhe. Loh, kok jadi curhat.

Oiya, mengingat eksistensi, sepertinya aku hampir lupa bahwa bulan ini seharusnya kita sudah bisa ketemu. Tapi, kayanya semesta belum merestui. Untuk menunda luka yang mungkin ada, atau sengaja memperluas jarak karena kita nggak mungkin bersama, aku juga nggak tau pasti gimana. Tapi yang jelas, hari ini, memikirkanmu, cukup membuatku tersenyum sendu.

Sudah malam. Istirahat ya!

To be continued
Published on August 1, 2020

Hai hai, 500 word akhirnya bisa menceritakan sedikit mengenai seseorang yang berinisial A. Berhubung di daerah WITA 2 menit lagi ganti hari. Yaudah lah ya, besok aja cerita lagi. Biar malam Minggu gitu ceritain dia muehe.

 Biar malam Minggu gitu ceritain dia muehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas A senyumnya manis banget:)

KATA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang