Bulan Paling Membingungkan

18 1 0
                                    

Setelah lebih dari tiga Minggu, cukup lama untuk kita bisa bercerita lagi. Mulanya aku akan mengawali satu minggu setelah aku bercerita, kamu mengadakan diskusi membahas salah satu buku yang disarankan oleh temanku beberapa waktu lalu. Sontak, tanpa perlu berpikir panjang aku terus terang bercerita perihal buku itu yang merupakan salah satu wishlistku bulan ini.

Ngomong-ngomong soal wishlist, ada yang ingin kuceritakan. Tentang pertemanan yang menurutku bukan sebuah permasalahan atau justru suatu penyangkalan. Maksudnya, itu yang menggangu pemikiranku akhir-akhir ini. Kamu tentu tau bagaimana aku bisa mengagumi diam-diam.

Atau justru mengangumi akan selalu menjadi hal yang dikategorikan dalam bentuk cinta?

Padahal jelas keduanya berbeda. Kamu pasti tau bagaimana aku senang cara kamu berpikir, cara kamu memandang sesuatu, buku-buku yang kamu baca. Dan semua hal yang bisa jadi juga aku suka. Tapi, Apakah itu bisa juga ya menimbulkan luka?

Awalnya aku berpikiran demikian. Hingga langkah yang kuambil tepat. Kamu tidak aku jatuhi cinta.  Semesta memang senang memporak-porandakan hati manusia. Atau justru kita yang salah duga. Entahlah. Perkara rasa tidak ada yang tau pastinya apa.

Yang jelas, mengangumimu sampai sekarang masih menjadi hal yang tidak pernah kusesali. Terlepas dari bagaimana kamu sekarang. Bahkan kamu memperkenalkan aku dengan salah satu penulis yang pernah kuikuti kelasnya di masa SMA dulu . Masa dimana aku menjadi ambisius.

Ah, kenapa perkara ambisi juga mimpi selalu membuat aku teringat tentang dia. Kamu pasti tau bahwa banyak hal di dunia ini yang sangat sederhana. Bersyukur pada apa yang kita punya ternyata membahagiakan. Dan kita baru menyadarinya ketika kehilangan.

Baiklah, mungkin akan terasa panjang jika diceritakan sekarang. Biarku lanjutkan di episode nanti. Sebab hati butuh sejenak istirahat untuk pulih kembali. Ternyata begini ya rasanya sayang sama orang. Butuh perjuangan juga nyaris bimbang.

Bulan ini, beberapa teman sedang merayakan ulang tahunnya. Jadi inget, ternyata makna perayaan berbeda-beda setiap orang. Ada yang lebih mementingkan hal bermanfaat apa yang sudah dilakukan selama hidup, ada juga yang menganggap ucapan orang di sekitar membuatnya begitu berharga. Terlebih jika ucapan itu dari keluarga.

Nggak tau kenapa ya, sebagian orang bahkan merasa nggak bahagia di usianya yang bertambah. Karena pada akhirnya, sebenarnya adalah usia yang semakin berkurang, hidup tidak lagi panjang. Orang-orang disekitar silih berganti. Ayah ibu yang semakin menua, kita tidak tau pasti punya waktu berapa lama.

Dan kadang, pencapaian atas diri sendiri bukan lagi menjadi sebuah prestasi. Tapi perkara bagaimana bisa hidup dengan apa yang kita mau untuk tidak patah lagi. Seseorang pernah bilang saat malam dimana usianya berganti. Katanya, nggak perlu langit yang nemenin. Justru langit yang susah digapai. Kenapa nggak mensyukuri aja apa yang sudah kita punya?

Jujur. Yang aku ingat cuma itu saat jaringan labil nggak merestui percakapan singkat sebelum tidur.

Siapapun yang sedang berbahagia di bulan ini, selamat ulang tahun. Bulan ini adalah bulan dimana setahun lalu kita diporakporandakan dengan wabah yang membuat kita tidak bisa keluat rumah. Dan semoga kamu, tetap memiliki rasa tabah. Menjadi pribadi yang lebih baik tidak hanya untuk apa saja yang ada disekitar, tapi juga berhenti terlalu keras dengan diri sendiri. Terima kasih sudah sebertahan itu di dunia.

To be continued.
Published on March 28, 2020

KATA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang