Another Daily Life

229 37 1
                                    

"Oke, break 10 menit!" Sahut seorang staff. Akhirnya mereka semua bubar dari posisi masing-masing dan pergi mengambil minum, cemilan, serta merapikan kembali riasan mereka.

"Air dimana?" Tanya Jaehyun dengan keringat yang bercucuran di wajah.

"Itu," Minji menunjuk ke sebuah meja di belakangnya dan tanpa membalas apa-apa, Jaehyun pergi mengambil sebotol air mineral.

"A-akh!" Ringis Yuta yang hampir saja terjatuh tepat di depan Minji kalau tidak ditahan dengan kedua tangannya.

"Yuta-ssi!" Minji tersentak kaget. Dengan cepat, Yuta segera melepaskan tangan Minji yang menahan pundaknya dan berdiri tegap.

"Astaga, saya minta maaf," ucapnya sambil berbungkuk.

"Tidak apa-apa, sekarang bukan itu masalahnya– kamu cedera?"

"Ga, kok, saya hanya tersandung tadi." Bohong. Minji jelas-jelas melihat bahwa awalnya Yuta hanya berjalan biasa mengarah kemari hingga tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.

"Yakin?"

"Iya, yakin," Yuta masih saja bersikeras.

"Baiklah." Baru saja Yuta berbalik badan selama 5 detik, kemudian Minji memanggil namanya.

"Yuta-ssi." Sang pemilik nama pun menoleh dan mendapati Minji berlari kecil kepadanya. Tiba-tiba tanpa aba-aba, Minji berjongkok dan berkata, "Permisi," lalu langsung memegang salah satu lutut Yuta.

"Akh!" Dan saat itu juga Yuta ketahuan kalau dia memang sedang cedera.

"Kamu pikir saya bodoh dan akan mempercayaimu begitu saja?" Yuta hanya terdiam dengan salah satu tangan menutupi mulutnya yang terbuka. "Ayo, ikut saya sebentar," Minji pun berjalan terlebih dahulu dan Yuta mengekorinya dari belakang.

"Duduk sini," perintah Minji. Akhirnya Yuta pasrah dan duduk sesuai amanat yang diberikan.

"Permisi ya," Minji menggulung celana Yuta hingga lututnya terlihat. "Ga luka, sih.. Tunggu sebentar." Dengan cepat, ia pergi dan kembali dengan sebuah kompresan handuk dingin.

"Saya kompres ya." Perlahan handuk itu ia dekatkan hingga bersentuhan dengan lutut Yuta. Saat ini sangat terlihat di wajah Yuta bahwa ia benar-benar sedang menahan sakitnya, padahal Minji tidak menekan lututnya sebegitu kuat.

"Tahan sebentar ya, ini buat pertolongan pertama." Setelah Minji lanjut mengompres lutut Yuta, ia meraih perban dan membaluti lututnya.

"Seharusnya habis ini kamu tidak boleh melanjutkan aktifitasmu lagi, tetapi saya tahu kamu akan tetap memaksa, bukan?" Yuta tersenyum kikuk dan menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Tolong jangan bilang siapa-siapa soal ini," Yuta memohon dengan puppy eyes-nya namun malah menerima sebuah pelototan dari Minji. "Kamu mau mati perlahan?"

"Tentu saja, tidak!" Seru Yuta. "Saya hanya tidak mau mengkhawatirkan orang lain. Tolong biarkan saya mengurus ini sendiri."

"Tapi dengan pengawasan saya. Bagaimana?"

"Oh, apakah kamu mau menjadi dokter pribadi saya?" Tanya Yuta dengan sebuah tawa. "Boleh, sebagai informasi, saya adalah dokter spesialis rumahan, loh," Minji ikut bercanda hingga Yuta kembali tertawa.

"Stand by!" Terdengar kembali suara staff yang memberi aba-aba agar mereka berkumpul kembali.

"Terima kasih  banyak, saya berhutang kepadamu," ucap Yuta sembari bangkit dari posisinya.

"Fighting!" Minji mengangkat kepalan tangannya.

"Fighting!" Balas Yuta.

Esok harinya mereka berkumpul kembali untuk melakukan sebuah pemotretan. Sementara para staff sedang mengatur persiapan untuk pemotretan, para member mulai mengganti baju dan menata diri.

EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang