"Tadi ada tamu ya?"
"H-hah? Tamu? Tamu siapa?" Respon Minji gelagapan.
"Itu gelasnya ada dua," Jungsik menunjuk dengan dagunya.
"Ah– ehm, tadi mama dateng ke rumah,"
Jungsik hanya mengangguk kepalanya kemudian menghela napasnya. "Oppa tadi bingung, takutnya Minji diserbu sama mereka. Untung Minji ga stuck di situ," ujarnya.
"Hehehe.."
"Kayaknya Minji ga boleh masuk kerja dulu untuk sementara, setidaknya sampai kekacauan ini sudah mereda."
"B-berapa lama..?"
"Tergantung, bisa aja sampai seminggu."
"Seminggu?!"
"Kecuali kalau perusahaan buat klarifikasi soal ini. Tapi itu tergantung Doyoung juga– kalau dia mau memberi klarifikasi atau hanya akan membiarkannya sampai reda sendiri."
"Kalo gitu oppa bujukin Doyoung dong, biar Minji bisa lebih cepet masuk kerjaa," Minji memohon dengan wajah memelas.
"Iya nanti oppa juga bantu bicara ke Doyoung, tapi oppa ga bisa janjiin Minji apa-apa."
"Hhh.. Gimana ya.. Terus dari perusahaan ga marah? Tapi oppa juga tahu kan kejadiannya? Ini ga disengajain.." Minji memasang wajah khawatir.
"Ya serba salah juga sih, ga mungkin kan waktu itu kita bakal biarin Minji pergi dalam kondisi seperti itu."
"Tapi tenang aja, pasti ada jalan keluar." Lanjut Jungsik.
Minji menatap ke arah jendela dan diam sejenak. "Minji ga bakal dipecat kan?" Tanyanya tanpa melihat Jungsik.
"Ga lah, lagian dari atasan belum tahu kok situasi sebenarnya, mereka tahunya baju kalian kebetulan sama."
Dengan spontan ia berbalik badan dan menghadap kembali ke arah Jungsik. "Tapi bajunya Doyoung itu termasuk baju branded yang lumayan mahal loh? Kok mereka ga curiga?"
"Ya mereka kan ga bakal tahu itu harganya berapa– kebetulan aja Minji bisa tahu karena Minji sendiri stylist, kan? Kalaupun mereka tahu harganya semahal itu, tetep aja mereka ga bakal curiga, kan semua udah pada tahu kalo Minji holkay, hehehe.."
"Oppa ada-ada aja.." Minji menggeleng-geleng kepalanya.
"Gini deh, kalau dari perusahaan bakal ngasih klarifikasi, nanti oppa bilangin kalo kebetulan kamu juga punya baju yang sama seperti Doyoung. Bagaimana?"
"Okay.. Tapi kayaknya mereka belum tahu ya kalo Minji itu stylist?"
"Sepertinya belum sih," jawab Jungsik.
"Hah, syukurlah.. Minji takut nama Doyoung rusak karena kena skandal sama stylist," khawatir Minji.
"Kamu mau bicara sama Doyoung?" Tawar Jungsik.
"Boleh?"
"Iya, bagaimana pun juga oppa rasa kalian sendiri yang harus mutusin apa yang harus dilakukan." Jungsik kemudian membuka ponselnya dan mengirim nomor telpon milik Doyoung kepada Minji.
"Itu sudah oppa kirim, tapi sebaiknya Minji chat dulu di kakaotalk, soalnya kalau langsung telpon pasti ga bakal diangkat sama Doyoung."
"Ah iya, makasih banyak oppa."
"Ya kalau begitu, oppa pergi dulu ya," Jungsik berdiri dari tempat duduknya dan hendak keluar. "Makasih ya buat minumnya."
"Iya, hati-hati di jalan," ucap Minji yang kemudian menyaksikan Jungsik keluar dari rumahnya. Usai menutup pintu, Minji bergegas ke kamarnya untuk melihat apakah Jaehyun sudah berlumut, berkarat, atau mungkin sudah mau mati karena menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Encounter
Fanfiction[END] "Our encounter has brought everything I need although I've never searched for it. And that is you." -Jung Jaehyun