Went Wrong

242 36 3
                                    

(Song: Señorita-Vitamin String Quartet)

"Kita perlu dia."

"Ga, belum sekarang."

"Terus kapan? Nunggu lo mati?" sarkas Youngjae lalu mendengus kesal.

"Pokoknya bukan sekarang, gue rasa dia belum siap buat tahu soal ini."

Youngjae tertawa hambar dan berkata, "Sampai kapanpun juga pasti dia ga bakal pernah siap buat tahu soal ini. Walaupun lo bilang 'jangan kaget' tapi pasti kalau dia denger sendiri, dia bakal kaget juga. Mending lo bilang sekarang deh, sebelum semuanya terlambat."

"Mana bisa? Kalau dia kenapa-kenapa, emangnya lo mau tanggung jawab?"

"Iya. Nanti gue jelasin ke dia tentang pembicaraan kita dari awal sampai hari ini, dan juga kenapa kita perlu dia," jawab Youngjae dengan tegas.

"It's simple Minwoo, take it or leave it." ujarnya kembali karena ia tidak mau mengulur masalah ini lebih lama.

Dengan kejadian itu, ketiganya pun bertemu dan Youngjae benar-benar menepati perkataannya. Bukan Minwoo yang menjelaskan, melainkan Youngjae sendiri– mulai dari apa yang aneh dari kasus ini, apa yang ia dan Minwoo temukan sebelumnya, hingga apa yang sedang mereka rencanakan.

"Jadi? Apa rencananya?" tanya Minji tanpa berbasa basi.

Melihat respon itu, Youngjae berbisik kepada Minwoo dan meledeknya, "Kayaknya lo aja yang lebay, anaknya gapapa, tuh." Minwoo kemudian menghela nafas dan membiarkan Youngjae kembali menjelaskan.

"Jadi.."

'Ayo Minji, lo pasti bisa, siapa tahu dia udah berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Ayo Minji, lo pasti bisa, siapa tahu dia udah berubah.' batinnya sebelum memasuki pintu.

"Minji-ssi, apa kabar?" tanya sosok itu ketika Minji telah berdiri di hadapannya.

"O-omo, udah lama banget, ya? Aku baik-baik aja," Minji tersenyum kaku dan mengambil tempat untuk duduk.

"Em.. Aku tahu tujuan kita bertemu saat ini karena kamu mau menawarkan aku pekerjaan yang bisa aku lakukan nanti setelah aku melahirkan. Tapi aku juga mau minta maaf.. Bagaimanapun juga aku rasa perbuatanku kali lalu tidak akan pernah bisa dibenarkan. Aku sungguh minta maaf karena hampir menyakitimu kali lalu. Waktu itu aku hanya terkejut dan tidak bisa berpikir jernih. Maafin aku, ya?"

Sebenarnya Minji takut, bahkan sangat takut. Kalau saja bukan karena Mark, pasti waktu itu tangan Minji sudah berlumuran darah. Tetapi ia tetap berusaha untuk berpikir positif dan menarik nafas yang dalam.

"Gapapa, aku bisa ngerti, kok." balas Minji tersenyum.

"Oh ya, kamu sendiri gimana? Udah masuk bulan ke berapa?" tanya Minji sekadar berbasa basi.

"Udah enam bulan," jawab Kyunghee yang kemudian mengelus perutnya perlahan.

"Astaga, ga kerasa, ya?"

EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang