sembilan

4.3K 382 12
                                    

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Wonwoo berucap, ia menelan ludahnya ketika Mingyu kembali menampilkan senyumnya. Keduanya masih berada di kamar Wonwoo.

"Tidak ada." Jawab Mingyu santai, ia kemudian bangkit dan terduduk di tempat tidur tersebut, diikuti Wonwoo yang juga terduduk di sampingnya, menunduk malu.

"Wonu." Panggilan Mingyu membuat Wonwoo menoleh ke arahnya, dan sekejap saja, sebuah kecupan mendarat di dahinya dengan lembut. Setelah kecupan singkat itu, Mingyu tersenyum dan bangkit dari tempat tidur Wonwoo. Berjalan keluar kamar tersebut dan meninggalkan Wonwoo yang tercengang karena ia tak mengira bahwa Mingyu akan memperlakukannya seperti itu. Semburat merah berkumpul di wajah juga telinganya, darahnya naik membuat tubuhnya memanas, jantungnya berdegup kencang hingga ia terjatuh begitu saja merasakan degup kencang di dadanya. Ah, ia benar-benar tahu bahwa ia mulai menyukai Mingyu.

Sedangkan Mingyu, setelah ia keluar dari kamar Wonwoo ia tak bisa berhenti tersenyum, masuk ke dalam kamarnya dan bergegas mandi karena akan pergi ke kantor. Ia tetap menampilkan senyum bodohnya ketika ia mengingat kejadian tadi malam tentang ciuman mereka atau pagi ini. Kayakinannya pada perasaannya terhadap Wonwoo semakin besar, cinta itu tumbuh menjadi lebih besar setiap waktunya. Kebahagiannya sudah menjadi sesuatu hal yang sudah ada pada ujungnya, ia yakin, tidak ada kebahagiaan lain yang ia butuhkan jika ia dapat menjaga dan memiliki Wonwoo di sisinya.

Setelah sekitar 30 menit menghabiskan waktu di kamarnya untuk bersiap-siap, Mingyu keluar dari kamarnya dan turun ke bawah, mendapati Wonwoo yang sedang mempersiapkan sarapan untuknya. Sebuah korean sandwich dengan berbagai isian di dalamnya dan segelas susu putih untuk masing-masing, Wonwoo membuatnya karena itu tak membutuhkan waktu lama untuk di buat dan ia tak ingin membuat Mingyu terlambat ke kantornya.

Setelah siap, Wonwoo melihat Mingyu yang berdiri tak jauh darinya, ia melihat Mingyu sedang menampilkan senyum dan berjalan ke arahnya.

"Mi.. Mingyu." Panggil Wonwoo, Mingyu menampilkan sebuah raut wajah yang bertanya 'kenapa' padanya. Wonwoo kemudian berdiri tepat di depan Mingyu, tangannya ia bawa untuk meraih dasi yang melingkar di leher Mingyu, membenarkannya dan membuatnya lebih rapi.

"Terima kasih." Ucap Mingyu saat Wonwoo selesai dengan kegiatannya. Ia kemudian berjalan dan duduk di kursinya, Wonwoo juga duduk di kursinya dan mereka memulai hari mereka dengan sarapan bersama dan beberapa pembicaraan di sela-sela itu. Setelah selesai, Wonwoo juga mengantar Mingyu sampai ke depan rumahnya, ia kemudian masuk kembali ke rumah, bingung akan melakukan apa, mungkin membaca buku.

*

Seharian penuh Mingyu berada di kantor, banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan. Kini, ia pulang ke rumahnya, memarkirkan mobilnya di garasi dan masuk ke dalam rumah, ia menemukan Wonwoo yang tertidur di sofa ruang tamu dengan buku yang ada di atas dadanya.

Mingyu kemudian terjongkok di samping sofa tersebut, ia memperhatikan wajah Wonwoo yang sedang tertidur, memperhatikan bagaimana deru nafas Wonwoo yang menggemaskan. Mingyu kemudian tersenyum, ia meraih surai poni Wonwoo dan mengelusnya pelan.

"Apa ini?" Mingyu beringsut mundur, ia menutupi mulut juga hidungnya dengan kedua tangannya. Ia membelakkan matanya ketika masih bisa merasakan feromon Wonwoo yang begitu kuat.

"Kendalikan dirimu Mingyu." Lirih Mingyu pada dirinya sendiri, masih dengan kedua tangannya menutup mulut dan hidungnya. Ia kemudian menelan ludahnya, sesuatu yang ada di dalam tubuhnya mendorongnya untuk mendekat lagi ke arah Wonwoo. Wajah mereka terlalu dekat, bahkan Mingyu dapat merasakan nafas hangat yang dikeluarkan Wonwoo.

Namun ia tersentak ketika Wonwoo membuka matanya, hingga membuat ia beringsut mundur dan menabrak meja yang ada di belakangnya.

"Akh." Mingyu mengaduh, Wonwoo yang melihatnya segera bangkit dan membantu Mingyu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Wonwoo saat membantu Mingyu untuk duduk di sofa tersebut.

"Tidak tahu." Mingyu tersenyum canggung, tangan kirinya meraih punggungnya yang terasa sakit karena menabrak meja tadi.

"Biar kulihat." Wonwoo kemudian menarik jas yang Mingyu gunakan untuk ia lepaskan, namun Mingyu menghalangi kedua tangannya.

"Tidak apa, aku baik." Balas Mingyu.

"Tidak, kalau ada lebam bagaimana? Bukalah bajumu, aku akan mengambil kotak P3K." Ucap Wonwoo dan segera bergegas untuk mengambil kotak P3K. Ketika kembali ia melihat Mingyu yang sudah melepaskan pakaian atasnya, menampilkan bagaimana punggung berwarna tan itu bisa membuat Wonwoo menelan ludahnya. Ia kemudian berjalan menuju sofa tersebut dan duduk di belakang Mingyu, ia dapat melihat lebam kecil di punggung Mingyu.

Wonwoo kemudian mengeluarkan salep dan membukanya, ia dengan tangan gemetarnya mulai mengoleskan salep yang mengandung heparin sodium tersebut secara pelan ke luka lebam Mingyu.

"Won, tanganmu gemetar.." Ucap Mingyu, ia kemudian berbalik dan dapat melihat bagaimana wajah dan telinga Wonwoo yang memerah. Sepintas dengan tatapan itu, Wonwoo kemudian menunduk, ia dengan tergesa merapikan obat salep tersebut dan memasukkannya kembali ke kotak P3K. Ia bahkan tak sadar bahwa Mingyu mulai mendekat ke arahnya.

"Dan feromonmu berubah." Ucap Mingyu setelah ia mendekatkan hidungnya pada leher Wonwoo. Ia dapat mencium bagaimana perubahan feromon Wonwoo yang menjadi lebih kuat dan berubah menjadi wangi bunga mawar putih yang terkena embun di pagi hari. Wonwoo yang melihat Mingyu semakin mendekat beringsut mundur.

Tangan kekar Mingyu tak memperbolehkannya semakin jauh, ia melingkarkan tangan kanannya itu ke pinggang ramping Wonwoo. Wonwoo juga hanya bisa terdiam dan menelan ludahnya kasar, dan setelah itu sebuah ciuman terjadi. Mingyu bahkan semakin menarik Wonwoo ke dalam dekapannya, hingga membuat kulitnya menempel pada baju yang Wonwoo gunakan.

Sedangkan Wonwoo, ia terbuai dengan ciuman itu, menyingkirkan kotak P3K yang ada di tangannya dan melingkarkan kedua lengannya tersebut pada leher Mingyu, membuat ciuman tersebut semakin dalam. Lidah mereka juga kini saling bertautan, Mingyu dengan paksanya memasuki mulut Wonwoo, menelusuri setiap isi mulutnya dengan merasakan bagaimana saliva mereka bercampur. Menimbulkan suara decakan lirih saat Wonwoo merasakan bagaimana nikmatnya french kiss tersebut.

Ciuman itu terlepas setelah Wonwoo kehabisan oksigen, ia terengah-engah dan menunduk, kedua tangannya ia letakkan pada dada bidang Mingyu, hingga ia dapat merasakan bagaimana detak jantung seorang real-alpha di depannya ini.

Mingyu tersenyum, kali ini perubahan wajah Wonwoo semakin terlihat ketika semburat merah keluar dari wajahnya hingga ujung telinganya. Ia kemudian meraih tubuh Wonwoo untuk ia peluk, membuat Wonwoo tersentak dengan perlakuannya. Mingyu kemudian mengelus surai hitam belakang milik Wonwoo secara pelan.

"Aku tidak akan melakukannya sekarang jika kau belum siap." Ucap Mingyu, meskipun sekarang ia sedang bergelut dengan wolf-nya sendiri untuk tidak keluar dan menerjang Wonwoo. Ia berusaha untuk mengendalikan tubuhnya itu, meskipun sekarang menjadi lebih susah karena Wonwoo benar-benar berada di dekapannya.

Mendengar hal tersebut, Wonwoo tersenyum dalam pelukan itu. Sepengetahuannya jika real-aplha terlalu dekat dengan real-omega sepertinya, maka akan langsung diterkam begitu saja. Tapi Mingyu tidak, ia berbeda dengan alpha lain. Menjadikan Wonwoo merasa lebih aman jika ia berada di dekat Mingyu.

Ia kemudian mengeratkan pelukan tersebut, Mingyu bisa merasakan bagaimana tangan Wonwoo yang melingkar di tubuhnya.

Sedangkan Wonwoo, ia belum siap. Ia belum siap untuk ditandai oleh suaminya sendiri. Entah seperti apa rasanya ditandai oleh real-alpha yang kini mendekapnya. Meskipun sekarang Wonwoo juga berusaha untuk mengendalikan tubuhnya agar luna-nya tak keluar akibat ciuman tadi juga feromon Mingyu. Ia terbantu karena Mingyu juga mengendalikan feromonnya sendiri. Tak ingin membuat Wonwoo merasakan sebuah 'kewalahan'.

Pelukan tersebut kemudian terlepas, Wonwoo menunjukkan senyumnya pada Mingyu. Mingyu kemudian mengambil bajunya. "Terima kasih untuk obatnya." Ucapnya kemudian berdiri. "Aku akan mandi terlebih dahulu." Lanjutnya, kemudian meninggalkan Wonwoo yang masih berusaha untuk menghilangkan semburat merah yang ada di wajahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang