tiga puluh

3.8K 253 13
                                    

Sesampainya di hotel, Mingyu dan Wonwoo memasuki lift. Mingyu bahkan kini menggendong Wonwoo lagi yang meminta untuk turun. Tapi tak ia lakukan, ia begitu bahagia dan atas perkataan dokter tadi, ia tak mau jika Wonwoo kelelahan.

Sekeluarnya mereka dari dalam lift, Mingyu membawa Wonwoo memasuki kamar mereka. Ia merebahkan tubuh Wonwoi secara perlahan di atas tempat tidur tersebut. Melepas sepatu dan coat yang digunakan Wonwoo. Wonwoo hanya tersenyum melihat apa yang suaminya lakukan.

Setelah membenahi pakaian itu, Mingyu naik ke tampat tidur, ia mendekat ke arah Wonwoo dan menelusupkan tangan kanannya di balik leher Wonwoo. "Aku.. Aku tak bisa berkata-kata Won, aku begitu bahagia." Ucapnya, ia mencium kening Wonwoo penuh afeksi, lembut nan dalam. "Terima kasih." Lanjutanya dan mendapat senyuman dari Wonwoo.

"Aku sudah tidak sabar memberitahukan hal ini kepada oemma." Ucap Wonwoo dan mendapat anggukan dari Mingyu.

"Besok, sepulangnya dari sini, kita langsung ke rumah sieomoeni."

"Ehm.." Wonwoo mengangguk antusias. Ia mendekat dan memeluk tubuh Mingyu. Kembali menelusupka wajahnya ke ceruk leher Mingyu dan menghirup feromon Mingyu. "Aku mencintaimu, Mingyu." Ucapnya lirih tapi masih terdengar oleh orang yang kini mengelus kepalanya.

"Aku juga mencintaimu Wonwoo." Balas Mingyu, ia mengecup pucuk kepala Wonwoo. Lebih dalam dan lebih lama.

***

"Aku dengar dari sekretaris Mingyu, kau hamil Wonwoo." Itulah kalimat yang diutarakan Seungcheol saat bertemu Wonwoo di lobi hotel untuk check out. Mereka sudah bersiap untuk kembali ke korea.

"Iya hyung." Jawab Wonwoo singkat, ia sedikit tersenyum, tak bisa menyembunyikan bagaimana bahagianya dirinya.

"Selamat, aku harap calon bayimu dan Mingyu akan lahir dengan selamat." Kalimat tersebut mengakhiri percakapan mereka, pasalnya Mingyu mendatangi mereka dengan tatapan tajam, ke Seungcheol, bukan Wonwoo.

Selanjutnya mereka menaiki taksi dan menghabiskan waktu selama tiga puluh menit. Di perjalanan, Wonwoo menyandarkan kepalanya di bahu Mingyu. Tangannya melingkar memeluk lengan Mingyu. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ibunya dan mengabarkan berita bahagia ini.

"Tadi, apa yang Seungcheol katakan?" Tanya Mingyu, ia masih saja cemburu, bukan cemburu sebenarnya, lebih ke marah.

"Dia memberiku selamat atas kehamilanku."

"Hanya itu kan?"

"Ehm.." Wonwoo mendongak, ia mengeratkan lengannya yang melingkari lengan Mingyu.

Seturunnya mereka dari taksi, mereka melakukan check in dan menunggu sekitar lima belas menit hingga pesawat lepas landas.

Di dalam persawat, Wonwoo hanya tertidur dengan bersandar pada bahu Mingyu, sedangkan Mingyu sibuk membaca beberapa hal yang masuk ke emailnya. Ia menoleh ke arah Wonwoo, mengecup pucuk kepala Wonwoo lalu kembali pada layar iPad-nya.

Mingyu, ia memang tidak seperti Wonwoo yang sampai manangis ketika mendengar tentang kehamilan Wonwoo, ia tak menunjukannya. Tapi ia begitu bahagia, sangat. Ia bersikap sekuat mungkin untuk Wonwoo, ia tak mau dirinya membuat Wonwoo khawatir atau berperasaan yang lain ketika Mingyu menunjukkan sikap yang sama.

Sebenarnya itu normal bagi seseorang yang akan memiliki anak, tapi karena sifat dan status Mingyu sebagai real-alpha, emosinya tak terlalu terlihat jika berhubungan dengan hal seperti itu. Aura yang ditampilkan pun berbeda jauh dengan Wonwoo.

Wonwoo sendiri, sebaliknya, ia begitu bahagia, kebahagiaannya ia ekspresikan dengan menangis, dengan sebuah senyuman yang tak hilang sejak malam tadi. Ia berkali-kali mengatakan bahwa ia sangat bahagia terhadap Mingyu.

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang