dua puluh

4.4K 340 8
                                    

Lepas dari pelukan Mingyu, wajah Wonwoo memerah padam, jantungnya berdegup begitu cepat sampai rasanya akan keluar. Ia menunduk dan menautkan kedua tangannya. Hal itu membuatnya terkejut juga bersemu malu.

Mingyu kemudian menyuruh Wonwoo untuk duduk kembali, ia duduk di samping Wonwoo. Berhadapan dengan Minghao, Mingyu menatap kawan lamanya itu yang masih menggeleng dengan perlakuan Mingyu ke Wonwoo. "Ica americano satu." Ucap Mingyu dan menimbulkan decakan dari Minghao, dengan kesal ia berdiri dan membuatkan pesanan Mingyu.

Kembali pada pasangan real-alpha dan real-omega itu, Mingyu menoleh ke arah Wonwoo dan mengamatinya, ia meraih tangan Wonwoo dan mengelusnya pelan. "Kenapa? Wajahmu memerah." Tanya Mingyu tanpa rasa bersalah bahwa dirinyalah yang membuat Wonwoo bersemu seperti itu. Padahal hanya pelukan tapi hal itu benar-benar membuatnya malu.

Wonwoo mendongak dan menatap Mingyu, ia sedikit menyembunyikan wajahnya. "Tidak apa.." Jawabnya, ia kembali fokus pada kue cokelat yang ada di depannya. "Mingyu.. Kamu mau?" Tawar Wonwoo.

Mingyu mengangguk untuk menanggapinya. "Suapi aku." Dan lagi-lagi wajah Wonwoo bersemu. Darah yang tadinya sudah mulai turun kembali berdesir di area wajahnya. Mingyu terkekeh ketika melihat itu. "Baiklah, aku akan memakannya sendiri." Mingyu kemudian meraih sendok kue yang ada di tangan Wonwoo, ia memotong kuenya dan memakannya. "Manis, tapi lebih manis kamu." Jangan tanya lagi bagaimana keadaan Wonwoo sekarang.

Ia kemudian memukul pelan paha Mingyu. "Mingyu~ berhentilah menggodaku.." Pintanya, ia mengulum bibirnya untuk menahan betapa bahagianya dia sekarang dengan jantung yang berdegup begitu kencangnya.

Hal itu membuat Mingyu kembali terkekeh, ia mengeratkan tangannya yang sedari tadi memegang satu tangan Wonwoo. Memperhatikan bagaimana Wonwoo yang mencoba menenangkan dirinya. "Mingyu, kau tidak kasihan pada Wonwoo hyung yang wajahnya sudah sepadam itu?" Minghao datang, ia meletakkan pesanan Mingyu dan kembali duduk di seberang Mingyu dan Wonwoo.

Mingyu kemudian menoleh. "Memangnya kenapa? Bukankah itu membuat Wonwoo lebih terlihat menggemaskan dan cantik?"

"Mingyu~!" Sekali lagi, Mingyu mendapat pukulan pelan dari Wonwoo. Minghao yang melihatnya hanya tersenyum pilu. Iri dengan hubungan sahabat lamanya itu.

"Kenapa kau melihat kami seperti itu? Kau iri? Maka carilah alpha." Saran Mingyu dan mendapat dengusan kesal dari Minghao. Ia kemudian berdiri dan menabok pundak Mingyu sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua. Ia tak mau berlama-lama di sana atau hanya akan menjadi nyamuk.

"Mingyu?"

"Hm?" Mingyu yang sedang menyeruput ice americano-nya menoleh ke arah Wonwoo.

"Apa kamu pulang lebih awal? Atau nanti berangkat lagi?" Tanya Wonwoo sembari mengerjapkan kedua bola matanya.

"Lebih awal. Aku tidak ada jadwal lagi. Kenapa memangnya?"

"Bisakah kamu datang bersamaku ke rumah oemma?"

"Tentu saja, sekarang habiskan kuenya dan setelah itu kita kerumah sieomonie."

Wonwoo mengangguk, ia mulai memakan kue yang kini tinggal separuh. Sedangkan Mingyu, ia menyandarkan kepalanya di atas meja di depannya, menoleh ke arah Wonwoo di sampingnya. Memperhatikan dengan seksama Wonwoo yang sedang memakan kuenya.

Tentu saja Wonwoo sadar akan itu, ia juga memukul pelan paha Mingyu tapi Mingyu menghiraukannya. Ia tetap memandangi Wonwoo hingga Wonwoo selesai memakan semua kue cokelatnya yang tersisa, sendirian.

Sekeluarnya dari kafe tersebut, keduanya memasuki mobil Mingyu dan melajukannya ke rumah ibu Wonwoo. Memang hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit karena jarak yang tak terlalu jauh dari kafe tersebut. Sesampainya di sana, keduanya memencet bel rumah tapi tak ada respons, Wonwoo kemudian mengambil kunci yang ada di bawah pot bunga dan membuka pintu tersebut. "Aku rasa, oemma belum pulang dari pekerjaannya." Ucapnya setelah memasuki rumah tersebut.

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang