depalan belas

4.3K 339 4
                                    

-hari kedua puluh sembilan
Mingyu dan Wonwoo kini tengah berdiri di depan beberapa penduduk di desa Flam. Mereka sedang berpamitan karena akan kembali ke Seoul. Keduanya juga meminta maaf tentang kejadian beberapa hari lalu juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para penduduk terutama keluarga Esban.

"Kom hit igjen" Itulah yang dikatakan para penduduk pada Mingyu dan Wonwoo. Keduanya bahkan dibawakan oleh-oleh khas Norwegia seperti permen skillingballe, roti Grovkake, cloudberry dan jams. Mingyu dan Wonwoo sangat berterima kasih karena penduduk telah mengizinkan mereka untuk tinggal dan menerima mereka dengan ramahnya.

Setelah selesai berpamitan, Wonwoo dan Mingyu diantar Esban dan Einar, anaknya, berjalan ke arah stasiun Flamsbana sekitar lima menit. Begitu keduanya sampai, Esban membelikan tiket kereta untuk Mingyu dan Wonwoo kembali ke Bergen dan melakukan penerbangan ke Seoul besok.

"Thank you so much, for everything. I wish you could visit us in South Korea." Mingyu memberi jabatan tangan pada Esban, lalu bergantian Wonwoo yang kali ini menjabat. Wonwoo juga mengusak rambut Einar dengan tersenyum begitu manisnya.

Setelah ada pengumuman keberangkatan, Mingyu dan Wonwoo memasuki kereta dan berlambai pada Esban dan Einar. Mereka kemudian mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiket yang ada di tangan Mingyu.

Beberapa menit setelahnya, kereta tersebut mulai melaju. Wonwoo menatap keluar jendela tanpa berkedip. Ia akan meninggalkan tempat di mana ia bisa melewati masa clean-nya juga di mana ia dan Mingyu melakukan penandaan. Ini akan menjadi kenangan terbaik yang Wonwoo dan Mingyu miliki.

"Wonwoo?" Panggil Mingyu yang duduk di sebelahnya. Wonwoo kemudian menoleh. "Aku akan mengajakmu kesini lagi, setelah kita punya anak." lanjutnya.

Wonwoo senang mendengar bahwa Mingyu akan mengajaknya ke desa Flam lagi, tapi ketika mendengar tentang anak, wajahnya memerah dan ia malu. Ia menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. "Kenapa kamu selalu membahas tentang anak? Aku malu Mingyuu~"

Lagi-lagi Mingyu terkekeh mendengarnya, ia kemudian meraih kedua tangan Wonwoo agar tak lagi menutupi wajahnya. Menatap mata Wonwoo yang menghindar darinya. "Memangnya kenapa? Bukankah kau juga suka anak-anak? Kau bahkan selalu bermain dengan Einar dan teman-temannya." Mingyu menangkup wajah Wonwoo yang cemberut.

"Iya aku suka, tapi.. aku.. Ah, berhentilah membahasnya Mingyu.." Ia kemudian menenggelamkan wajahnya pada dada Mingyu, meremas baju yang Mingyu gunakan. Mingyu hanya beisa terkekeh melihat tingkah Wonwoo yang menggemaskan seperti itu. Ia kemudian memeluk tubuh Wonwoo erat dengan tangannya yang mengelus rambut belakang Wonwoo.

*

Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih tiga jam, Mingyu dan Wonwoo sampai di Bergen. Mereka kemudian mencari hotel terdekat dari Bergen Airport setelah turun dari taksi yang mereka gunakan dari stasiun tadi.

Menemukan satu hotel bintang empat, Mingyu kemudian memesan satu kamar. Ia juga segera membawa Wonwoo untuk pergi ke kamar karena ia tahu bahwa ada banyak alpha di lokasi tersebut. Padahal feromon Wonwoo juga tak sekuat dulu, kini feromon Wonwoo lebih seperti berbau feromon Mingyu. Tapi tetap saja Mingyu posesif.

Keduanya sudah sampai di kamar hotel tersebut. Wonwoo langsung merebahkan dirinya di kasur sedangkan Mingyu sedang membenahi koper yang ia bawa. "Mingyu." Mingyu menoleh, ia melepas jaket yang ia gunakan dan duduk di samping tubuh Wonwoo di atas tepat tidur. "Berapa uang yang kamu habiskan untuk semua ini?"

Mingyu terdiam, memikirkan berapa banyak uang yang ia gunakan sejak satu bulan lalu. Tak menemukan jawaban, ia kemudian menggidikkan bahunya, tanda ia tak tahu. Wonwoo yang melihatnya kemudian bangkit. "Kamu tidak tahu?"

"Ehm, aku tidak tahu. Memangnya kenapa?" Mingyu mengubah posisinya menghadap Wonwoo yang menunduk.

"Bukankah itu pasti sangat banyak? Dan.. Err.. Itu semua di.. Digunakan untukku, jadi.."

"Wonu-ah.." Sudah lama memang Mingyu tak memanggilnya seperti itu. Wonwoo kemudian mendongak. Mingyu meraih rambut kepalanya, dan diusak. "Anggap saja ini bulan madu kita. Jadi kau tidak perlu memikirkan masalah uang."

"Tapi, Mingyu.."

"Sudahlah." Mingyu menarik tubuh Wonwoo dan keduanya menjadi berebah di atas tempat tidur tersebut dengan Mingyu yang memeluk Wonwoo. "Lebih baik kita istirahat, nanti malam saat waktunya makan, aku akan membangunkanmu." Ucapnya lalu mengecup kening Wonwoo.

Wonwoo merasa bahwa ia benar-benar mendapatkan suami yang begitu menyayanginya. Di awal, ia pikir ini hanyalah sebuah perjodohan, tapi ternyata tidak. Hal tersebut menjadi sebuah hal yang benar-benar mengubah kehidupan Wonwoo. Dan ia menganggapnya sebagai anugerah.

"Terima kasih." Balas Wonwoo lalu membalas memeluk Mingyu dengan melingkarkan tangannya di tubuh Mingyu. Ia masuk ke ceruk leher Mingyu. Menenggelamkan dirinya untuk lebih jatuh cinta pada Mingyu.

*

Keduanya kini duduk di sebuah restoran klasik di Bergen. Jam memang sudah menunjukkan pukul delapan malam dan ini adalah waktu yang tepat untuk makan malam.

Di depan mereka, sudah tersaji Fårikål, sebuah makanan khas Norwegia yang terbuat dari daging domba dan beberapa jenis sayuran. Keduanya mulai memakan makanan khas tersebut dengan memberikan pembicaraan di sela-selanya.

Setelah itu, kedunya memesan dessert sebagai penutup, yaitu krumkake. "Mingyu, bukankah ini terlalu manis?" Tanya Wonwoo setelah menggigit krumkake untuk pertama kali.

"Tidak." Jawab Mingyu, setelah menelan krumkake yang ada di mulutnya. "Lebih manis kamu." Wonwoo menganggap kalimat tersebut adalah untuk menggoda Wonwoo, apalagi Mingyu menggunakan 'kamu' bukan 'kau' seperti biasanya. Tapi Mingyu, itu bukanlah sebuah godaan, ia mengatakannya memang karena di matanya, Wonwoo itu manis, bahkan melebihi krumkake yang ada di dalam mulutnya.

"Bisakan kamu tidak menggodaku seperti itu? Dan.. Berhentilah menggunakan kata 'kamu'." Balas Wonwoo dengan bibirnya yang ia manyunkan.

"Itu kenyataan Wonu, bukan godaan. Kau memang manis." Mingyu membalasnya dan malah semakin membuat Wonwoo merah merona dan ia benar-benar tersipu.

-hari ketiga puluh
Hari ini tepat hari terakhir mereka di Norwegia. Mingyu dan Wonwoo sudah selesai bersiap dan mereka akan segera check out dari hotel yang ditempati mereka.

Setelah check out dari hotel, mereka menaiki taksi menuju ke bandara. Selama beberapa menit mereka sampai dan langsung check in karena jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi waktu Norwegia.

***

Selama dua puluh jam mereka berdua berada di dalam pesawat. Keduanya check out sekitar pukul 1 siang waktu Korea hari setelahnya. Mereka menaiki taksi untuk menuju ke rumah.

"Aku ingin menemui oemma." Ucap Wonwoo sembari menoleh ke Mingyu yang duduk di sampingnya di dalam jok belakang taksi tersebut.

Mingyu kemudian mengangguk. "Nanti sore aku akan mengantarmu." balasnya kemudian. Wonwoo mengangguk antusias untuk menjawabnya. Ia kemudian bergeser dan menyandarkan kepalanya di bahu Mingyu.

Mingyu menelusupkan lengannya di belakang Wonwoo. Meraih pundaknya kemudian kepalanya lalu mengusak rambut hitam Wonwoo sembari tersenyum.

Sekitar lima belas menit kemudian, keduanya sampai di rumah tersebut. Mingyu mengambil koper di bagasi setelah membayar taksi lalu mengajak Wonwoo masuk karena menunggunya.

Keduanya memasuki rumah yang sudah selama satu bulan mereka tinggal. Ketika membuka pintu, keduanya mendapat sambutan kedua orang tua Mingyu dan ibu Wonwoo. Mereka berdua tidak mengira bahwa akan ditunggu seperti ini.

"Oemma?" Wonwoo dengan tergesa menghampiri ibunya yang tersenyum padanya. Ia segera memeluk wanita paruh baya yang sudah lama tidak ia temui.

Sedangkan Mingyu menghampiri kedua orang tuanya dan memberi salam. Ia lalu melihat ke arah Wonwoo yang masih memeluk tubuh ibunya. Ia tersenyum simpul, dan hal itu menjadi salah satu momen yang juga membahagiakannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang