tiga puluh empat

3.4K 239 4
                                    

Satu bulan. Ini sudah satu bulan lamanya sejak Wonwoo keguguran. Entah Mingyu atau Wonwoo, keduanya sudah tak pernah membahas lagi jika orang lain tidak bertanya. Mereka akan berusaha untuk menghindari percakapan tersebut.

Selama satu bulan ini juga, Wonwoo sudah menjalani kerjanya di kafe Jeonghan, ia bahkan meminta Joenghan untuk tidak membayarnya karena hal tersebut adalah keinginan Wonwoo agar tidak merasa bosan di rumah. Tapi Jeonghan bersikukuh untuk tetap membayarnya, dengan ketentuan gaji Wonwoo yang tidak sama dengan yang lain.

Satu bulan ini, Wonwoo selalu diantar-jemput oleh Mingyu, jangan tanyakan hubungan keduanya seperti apa. Mungkin awalnya orang-orang akan mengira bahwa kedua pasangan alpha-omega itu akan trauma dengan keguguran Wonwoo. Tapi tidak, mereka bahkan sudah melakukan hubungan intim dua kali.

Yang pertama terjadi karena sebuah ciuman, awalnya memang ciuman tapi berakhir mereka melakukannya di sofa ruang keluarga. Beruntunglah ahjumma sudah pulang waktu itu. Sedangkan yang kedua terjadi di kamar mandi, waktu itu Wonwoo sedang membersihkan diri sepulangnya dari kafe Jeonghan. Mingyu yang tidak tahu dan pintu kamar mandi yang tidak terkunci menyelonong masuk dan berakhir mereka yang melakukannya di bawah guyuran shower.

Tapi itu hanyalah sebuah hubungan biasa bagi sepasang suami-suami. Kenapa? Mereka tidak melakukan knotting tentu saja. Bukan alpha-omega jika Mingyu memasuki Wonwoo dan dapat membuahi. Knotting hanya terjadi jika omega sedang heat atau alpha sedang rut. Dan kedua hubungan badan tersebut terjadi tidak pada fase itu.

Sebenarnya, dalam diri masing-masing, mereka menunggu kapan datanya fase tersebut. Keduanya ingin menerima kesempatan kedua yang akan diberikan oleh Tuhan, yang entah kapan. Awalnya mereka membiarkannya begitu saja dan hanya menunggu.

Tapi hubungan badan yang sudah terjadi dua kali dalam sebulan itu adalah usaha dari sebuah percobaan. Mingyu bahkan sudah membawa Wonwoo ke dokter kandungan, tapi dokter menyebutkan bahwa tidak ada tanda-tanda keberadaan calon bayi yang ada di rahim Wonwoo.

Ketika mendengarnya pun, mereka sedikit menyesal, tapi kembali lagi pada bagaimana mereka menyikapinya. Mereka akan saling memeluk dan tersenyum lalu mengatakan bahwa itu tidak apa, masih ada waktu untuk mencoba lagi.

Dan kini, keduanya tengah berada di perjalanan pulang setelah Mingyu menjemputnya dari kafe Jeonghan. Mingyu memang sedang fokus menyetir, tapi tangan kanannya tak berhenti mengelus punggung tangan kiri Wonwoo yang ada di genggamannya. Ia tengah mendengarkan cerita Wonwoo tentang pekerjaannya hari ini.

"Bukankah itu romantis?" Tanya Wonwoo, ia menoleh dan mendapat anggukan dari Mingyu. Wonwoo barusan menceritakan bahwa ada pelanggan alpha di kafe tempatnya bekerja yang melamar omeganya.

Mingyu memang hanya mendengarnya dengan sedikit senyuman, tapi pikirannya kembali pada ketika ia dengan tidak etisnya datang ke rumah Wonwoo, bukan melamar tapi memberitahukan tentang perjodohan. Memang hasilnya begitu membahagiakan Mingyu tapi ia juga sadar bahwa ia tidak melamar Wonwoo secara resmi. Bahkan di pernikahan mereka berdua pun Mingyu tak memberikan kesan apa pun dalam hal keromantisan.

Kala itu, Wonwoo belum menyukainya seperti sekarang, dan ia tahu bahwa keduanya menikah bukan karena saling mencintai tapi perjodohan. Meskipun Mingyu yang memang sudah mencintai Wonwoo.

Beberapa menit kemudian keduanya sampai di rumah, setelah memarkirkan mobil di garasi, keduanya keluar dan masuk ke dalam rumah. Mingyu mengikuti Wonwoo dari belakang yang menaiki tangga menuju kamar mereka. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan pukul delapan malam. Pikirannya masih kalut dengan cerita Wonwoo tadi di mobil.

"Wonwoo." Ia akan bertanya. Wonwoo yang tengah melepas cardigan yang dipakainya menoleh. "Apa, kau marah karena dulu aku tidak melamarmu seperti pasangan lain?"

Wonwoo mengerjap, ia tahu ke mana arah pembicaraan Mingyu. "Tidak." Jawab Wonwoo ia berjalan mendekat ke arah Mingyu dan membantunya melepas jas yang dipakai suaminya. "Aku tidak pernah berharap kamu yang melamarku seperti itu Mingyu, karena setelah menikah, aku mendapat kebahagiaan dan keromantisan lebih dari pasangan yang aku ceritakan tadi." Lanjutnya sembari menunduk.

Mingyu tersenyum, ia kemudian meraih dagu Wonwoo dan membuat keduanya saling bertatapan. "Aku ingin aku menjadi rumahmu, menjadi tempat untuk kau pulang apa pun yang terjadi. Dan aku meminta maaf karena tidak pernah melakukan hal romantis kepadamu." Sebenarnya salah, bagi Wonwoo suatu hal romantis adalah seperti sekarang ini. Atau Mingyu yang mengajaknya pergi ke Norwegia, itu mungkin hal teromantis yang pernah Wonwoo dapatkan. Mingyu yang selalu mengucapkan kalimat 'Aku mencintaimu' saat tidur atau berangkat kerja. Mingyu yang selalu membuatnya tersipu malu ketika memujinya. Mingyu yang selalu membuat jantungnya berdebar begitu cepat. Dan hal-hal lain yang mungkin Mingyu sendiri tidak sadar.

Wonwoo tersenyum. Ia kemudian memeluk tubuh Mingyu. "Kamu adalah rumahku Mingyu. Dan jangan pikirkan mengenai masa lalu kita, itu sudah berlalu." Ucapnya di dalam dekapan Mingyu.

"Terima kasih." Balasnya. Wonwoo kemudian mendongak dan menatapnya. "Kau adalah hadiah Tuhan yang teromantis yang aku miliki." Dan lanjutan kalimat Mingyu sukses membuat wajah Wonwoo merona. Ia tidak dapat menyembunyikan senyumnya begitu saja.

"Mingyuu~" Ia kembali menelusupkan wajahnya pada dada Mingyu, menghirup feromon kesukaannya.

Setelah berpelukan hingga lima menit lebih, Wonwoo kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Mingyu membersihkan diri di kamar mandi lantai satu. Sekembalinya ia ke kamar tersebut, ia mendapati Wonwoo yang sudah berbaring di atas tempat tidur.

Mingyu kemudian bergabung. Seperti biasa, ia menelusupkan lengannya untuk digunakan bantal oleh Wonwoo. Ia mengecup kening dan bibir Wonwoo bergantian sebelum mengucapkan, "Selamat tidur, aku mencintaimu." Dan dengan itu, keduanya perlahan menutup matanya masing-masing.

*

Wonwoo membuka kedua matanya, melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Ia terbangun bukan tanpa alasan, Wonwoo merasakan lehernya yang sakit, tak hanya itu, perutnya juga menggelinjang. Ia kemudian secara pelan menyingkirkan tangan Mingyu yang berada di atas pinggangnya.

Ia bangkit dan turun dari tempat tidur, ketika akan berjalan keluar dari kamar. Ia mendengar suara erangan dalam dan lirih Mingyu. Ia kemudian menoleh, Mingyu telah membuka matanya dan tangannya memegangi lehernya. "Sayang, kau mau ke mana?" Tanya Mingyu kemudian bangkit.

Ia melihat Wonwoo berdiri di ambang pintu, gelisah dan berkeringat. Ia bangkit dan berjalan ke arah Wonwoo, meraih kedua pundak Wonwoo. "Mingyuu.. Akhhh.. perutku.. eunghh.." Dan sepintas di pikirannya, sadar bahwa Wonwoo sedang heat. Ia kemudian membawa Wonwoo kembali ke tempat tidur. Ia berniat keluar untuk mengambilkan obat Wonwoo. Tapi ia terhenti, heat Wonwoo tidak bisa lagi diobati dengan obat.

Dan seketika itu, perut Mingyu menggelinjang, kini ia yang gelisah. Tahu bahwa dirinya juga mengalami fase rut-nya. Ia kemudian mendekat ke arah Wonwoo. "Mungkin malam ini sayang." Ucapnya, Wonwoo tak merespons, karena ia sudah tidak fokus lagi.

Wonwoo meraih tangan Mingyu mendekatkan pergelangan tangan itu pada hidungnya, berusaha mencium feromon Mingyu untuk menenangkannya, tapi itu malah membuat tubuhnya yang kian memanas dan semakin gelisah. Ia membutuhkan sentuhan Mingyu.

Tahu bahwa Wonwoo sudah tak bisa mengendalikan luna-nya. Mingyu naik ke tempat tidur tersebut. Ia mengungkung tubuh Wonwoo, menurunkan tubuhnya dan memulainya dengan lumatan basah pada bibir Wonwoo. Ciuman itu menjadi lebih dalam seiring dengan Wonwoo yang melingkarkan kedua tangannya di tengkuk Mingyu.

Mingyu memasukkan lidahnya dan mengeksplor seluruh isi mulut Wonwoo. Lidah mereka saling beradu hingga menimbulkan decakan lirih akibat saliva mereka yang saling bertemu, juga gesekan antara kedua lidah tersebut. Ciuman tersebut terlepas. Mingyu memandangi wajah Wonwoo dan tubuh Wonwoo yang begitu berantakan. Perlahan, ia mulai mengeluarkan wolf-nya. Terlihat jelas ketika kedua taringnya mulai memanjang.

"Let's make it, my omega."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang