tujuh belas

4.1K 350 12
                                    

—hari kedua puluh tujuh
"Aku tidak tahu, tapi ini sudah sepuluh hari lebih. Apakah bisa?" Mingyu kembali berbicara dengan dokter Park. Ia menanyakan tentang penandaan yang akan ia lakukan pada Wonwoo. Kini ia berdiri di pinggir sungai kecil yang tak jauh dari rumah sewaannya. Ia tengah memandang Wonwoo yang sedang bermain dengan Einar dan anak-anak lain. Meskipun ia sedang fokus berbicara dengan dokter Park, ia tetap tersenyum ketika melihat Wonwoo yang tertawa begitu bahagianya.

"Iya.. Terima kasih dokter Park." Balas Mingyu setelah dokter menjelaskan apa yang harus ia lakukan. "Mungkin tiga atau empat hari lagi." Balas Mingyu lagi setelah dokter Park menanyakan kapan kepulangan mereka. Dokter Park meminta Mingyu dan Wonwoo untuk menemuinya setelah kembali dari Norwegia. Telepon tersebut kemudian terputus setelah saling berpamitan.

Mingyu berjalan melewati jembatan kecil sembari menyakukan ponselnya, ia berjalan ke arah Wonwoo dan menarik tangannya. "Jeg lånte Wonwoos bror en stund." Ucap Mingyu dan membawa Wonwoo pergi dari lokasi tersebut.

Wonwoo hanya kebingungan ketika Mingyu menyuruhnya duduk di kursi taman kecil di sana. "Ada apa?" Tanya Wonwoo setelah keduanya duduk di kursi tersebut.

"Aku berbicara pada Dokter Park barusan untuk meminta saran padanya."

"Lalu, apa yang dia katakan?"

"Kita bisa saling menandai, tapi aku tidak boleh melakukan knotting." Mingyu sedikit melirik Wonwoo. Dokter Park mengatakannya bukan tanpa sebab, ia takut, jika keduanya melakukan knotting bisa saja membuat tubuh Wonwoo menunjukkan reaksi yang bisa di bilang salah, mengingat sisa penandaan sebelumnya belum hilang sempurna. Dokter Park juga menyarankan agar keduanya tak berhubungan badan sebelum masa heat Wonwoo datang.

Wonwoo yang mendengarnya hampir saja tersedak oleh ludahnya sendiri. Ia mengerjap dan seketika wajahnya memerah.

"Kenapa sekarang wajahmu sering memerah?" Mingyu terkekeh, ia merasa gemas dengan tingkah Wonwoo sekarang. Ia kemudian bergeser mendekat dan meraih pundak Wonwoo. Memeluknya erat dan mengusak rambut yang lebih tua. "Aku tidak akan membahasnya lagi, okay?" Lanjutnya.

Wonwoo hanya mengangguk untuk menanggapinya. Meskipun ia suka dengan semua perlakuan juga perkataan Mingyu tapi ia tetap malu sendiri jika harus membahasnya. Wonwoo berpikir bahwa hal seperti itu seharusnya tidak dibicarakan seperti ini kan?

—hari kedua puluh delapan
"Mingyu.. Apakah harus sekarang?" Wonwoo mendongak dan merasakan pelukan Mingyu yang mengerat pada pinggangnya.

Mingyu yang mendengar pertanyaan tersebut kemudian tersenyum simpul, ia mendekatkan wajahnya ke samping wajah kiri Wonwoo. "Lalu kapan? Kau bilang kita harus melakukannya sebelum kembali ke Seoul." Bisik Mingyu menggunakan suara husky-nya.

Wonwoo hanya bisa menelan ludahnya ketika merasakan deru napas Mingyu juga bisikan Mingyu pada sisi kiri wajahnya. Karena hal itu, desir darahnya mulai menyerebak keseluruh tubuh dan membuatnya merinding juga panas.

"Mungkin ini akan sakit, but, we have to do it." Ucap Mingyu lagi. Tangan satunya meraih wajah Wonwoo dan mengelusnya pelan. Ia mendekat dan mulai mencium lembut bibir Wonwoo.

Wonwoo awalnya terkejut dan memejam erat, namun perlahan pejaman tersebut berubah menjadi pejaman yang menunjukkan bahwa ia menyukai ciuman juga sentuhan tangan Mingyu di pinggangnya. Ia juga perlahan berjalan mundur ketika Mingyu mendorong tubuhnya.

Hingga kakinya terpentok tempat tidur dan membuatnya jatuh. Ciuman tersebut terlepas, dan karena tak mau menghilangkan mood, Mingyu langsung beranjak dan mengungkung Wonwoo. Ia kembali melumat bibir tersebut tapi tidak seperti tadi, lembut, namun kali ini lebih intim dengan menggunakan lidahnya.

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang