lima belas

4.1K 358 10
                                    

Wonwoo sudah meminum obatnya, tapi heat-nya tak hilang begitu saja. Ia semakin merasakan tubuhnya yang kian memanas entah sampai di suhu berapa. Kini ia sedang meringkuk di atas tempat tidur di kamar Einar. Ia di kunci dari luar oleh Eir. "Mingyuu~" Hati dan pikirannya kini memikirkan Mingyu, sedangkan tubuhnya menginginkan Mingyu dan Rowon.

Ia semakin meringkuk, meremas baju dan seprei yang ada di bawahnya, peluhnya turun dari kedua matanya. Ia benar-benar ingin 'disentuh' kali ini, bahkan efek heat-nya lebih dari orang yang terkena obat rangsangan. Ia tak bisa mengendalikan dirinya ketika tangannya mulai meraba dan menyentuh dirinya sendiri. Ia juga meleguh dan mendesah ketika ia bawa tangannya untuk menyentuh bagian tubuh sensitifnya.

Wonwoo melakukannya hampir dua jam, ini seperti halnya obat yang ia minum benar-benar tak berguna. Bahkan ia tak merasakan kantuk seperti biasanya. Heat yang dialaminya benar-benar menguras tenaganya, keringat bercucuran dari seluruh bagian tubuhnya. Desir darah menyebar keseluruh permukaan kulitnya dan membuat tubuhnya merah padam.

Tapi dengan semua itu, Wonwoo yang kini manatap langit-langit kamar Einar merasa lebih baik. Ia sudah tak begitu merasakan bagaimana protein saliva Rowon yang sudah masuk ke tubuhnya. Ia merasakan dirinya yang mulai kembali seperti dulu. Selain itu juga, bekas gigitan yang ada dilehernya sudah menghilang, ia tak lagi merasakan sakit pada area lehernya.

—hari keenam belas
Sudah sehari penuh Wonwoo tak bertemu dengan Mingyu. Esban bilang Mingyu sampai malam tadi masih belum kembali ke dirinya yang asli. Wolf-nya masih saja mengambil alih tubuhnya. Wonwoo mengerti dengan hal itu, tapi ia merasa kasihan pada Mingyu karena Mingyu sudah bersusah payah mengendalikan wolf-nya ketika bersama dengannya.

Ia juga tak ada pilihan, Esban benar-benar tak memperbolehkan ia mendekat ke rumah kepala desa Flam hanya untuk sekedar melihat Mingyu.

Di sisi lain, taring Mingyu sudah kembali ke semula, semalaman ia berusaha keras mengendalikan wolf-nya. Ia juga sedikit merasa tenang ketika mendengar bahwa Wonwoo sudah selesai dengan heat-nya. Kini ia bersandar pada dinding ruangan dengan kaki yang masih terpasung dan kedua tangannya yang terikat.

Ia mendongak ketika melihat pintu ruangan tersebut terbuka, menampilkan Eir yang berjalan ke arahnya. Ia mengecek keadaan Mingyu yang memang sudah menjadi lebih baik dan tak melihat tanda-tanda bahwa Mingyu masih tak terkendali. Ia kemudian melepas gembok pada pasung di kaki Mingyu dan melepas tali yang mengikat di tangan Mingyu.

"He's at the renthome." Ucap Eir ketika ia selesai melepas keduanya.

"Thank you so much." Mingyu beranjak dan keluar dari ruangan tersebut, ia berlari menanjak menuju ke rumah itu. Ia tersenyum begitu lebarnya ketika melihat Wonwoo yang berdiri di depan pintu dan melihatnya.

Sampai di depan rumah tersebut, Mingyu meraih tubuh Wonwoo dan memeluknya erat. "Feromonmu.." Ucap Mingyu sembari melepas pelukan tersebut. Wonwoo mengangguk, ia tersenyum juga menangis. Mingyu tahu bahwa feromon Wonwoo telah kembali seperti dulu, seperti mawar putih yang terkena embun dipagi hari. Meskipun masih ada sedikit feromon Rowon, tapi tak seperti dua minggu terakhir ini.

"Kita berhasil Mingyu.. Hiks.." Ia memeluk Mingyu, mendekap erat tubuh Mingyu dan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Mingyu. Ia begitu bahagia ketika ia tahu tentang perubahan pada tubuhnya.

"Ehm, we did it." Balas Mingyu, ia mengecup pucuk kepala Wonwoo dan membalas pelukan tersebut dengan tangannya mengelus punggung Wonwoo yang masih menangis. 

—hari ketujuh belas
Mingyu dan Wonwoo sedang terduduk di salah satu kursi taman kecil di desa Flam. Tepat di depan kursi putih panjang tersebut terdapat tanaman bunga-bunga dengan air sungai yang mengalir di depannya. Bulan ini sudah menunjukkan akhir bulan, di mana musim semi di Norwegia biasanya akan berakhir. Lalu awal Juni nanti akan mulai menjadi musim panas.

"Maaf soal kemarin." Ucap Mingyu tanpa menoleh ke Wonwoo yang berada di sampingnya. Wonwoo kemudian menoleh dan tersenyum, ia berdahem dan mengangguk untuk menanggapi suaminya. "Besok, aku ingin mengajakmu ke Myrdal." Lanjutnya dan Wonwoo mengiyakannya.

Wonwoo kemudian mendekat ke arah Mingyu, ia menyandarkan tubuhnya pada Mingyu. Meletakkan kepalanya di bahu Mingyu dengan kedua tangannya yang melingkar pada lengan Mingyu.

Mingyu menoleh dan mengecup singkat sisi kiri kepala Wonwoo. Berharap semuanya akan baik-baik saja sampai keduanya kembali ke Seoul.

—hari kedelapan belas
"Wow.. Mingyu, itu sangat cantik." Wonwoo tak berhenti mengucapkan kalimat tersebut sejak kereta yang mereka gunakan untuk pergi ke Myrdal itu mulai melaju. Pasalnya perjalanan kereta dari Flam ke Myrdal –atau sebaliknya, merupakan salah satu perjalan terindah di dunia.

Bagaimana tidak, kau akan disuguhkan bagaimana tebing-tebing itu menjulang dengan warna hijau yang begitu asri, apalagi pada musim semi seperti ini. Selain itu, kau juga akan disuguhkan berbagai jenis bunga yang tengah mekar dan sungai yang begitu panjang dengan air yang begitu jernih. Keasrian tempat itu masih terjaga dan ini membuat semua orang yang melihat akan membelakkan mata.

"Tapi yang duduk di sebelahku lebih cantik." Mingyu membalas dan langsung mendapat tatapan dari Wonwoo, wajahnya langsung memerah karena kalimat Mingyu. Ia kemudian memanyunkan bibirnya dan kembali melihat ke luar jendela kereta tersebut.

Setelah melakukan perjalanan selama kereta selama kurang lebih 40 menit dengan disuguhkan perjalanan terbaik di dunia. Mingyu dan Wonwoo turun di Myrdal station. Mereka berdua langsung berjalan ke arah Kjosfossen waterfall, yang membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk sampai ke sana.

Sampai di sana Mingyu tak melepas genggamannya pada tangan Wonwoo, karena ia tahu bahwa banyak turis di lokasi tersebut yang adalah seorang alpha. Dan tentu mereka akan mencium bau feromon Wonwoo jika mereka belum ditandai. Apalagi sekarang feromon Wonwoo telah kembali seperti semula.

Wonwoo dan Mingyu berada di lokasi tersebut selama tiga puluh menit sebelum akhirnya mereka mencari cafe terdekat. Mingyu juga tak melepas tangan Wonwoo ketika mereka masuk ke kafe, membuat tangan keduanya sedikit berkeringat, tapi Wonwoo menyukainya.

Setelah dari kafe dan memesan salah satu hidangan pancake, mereka berdua kembali ke Flam dengan menaiki kereta dengan jalur yang sama. Seperti berangkat tadi, keduanya tak berhenti untuk menatap takjub bagaimana pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan 40 menit itu.

—hari kesembilan belas
"Iya dokter Park, aku sudah tidak mencium bau feromon alpha itu lagi. Dan feromon Wonwoo juga sudah kembali seperti dulu." Mingyu kini berdiri di depan teras rumah tersebut, ia menceritakan kejadian yang terjadi selama mereka berdua berada di Norwegia.

Sedangkan Wonwoo terduduk di kursi yang ada di depan rumah kayu itu. Ia sedang membaca buku yang memang Mingyu bawa agar Wonwoo tak bosan selama di sini.

"Baik, terima kasih." Mingyu kemudian menutup teleponnya, ia berjalan menaiki tiga anak tangga dan terduduk di samping Wonwoo. "Dokter Park bilang, kita harus menunggu, paling tidak sepuluh hari." Ucap Mingyu.

Wonwoo menoleh dan menutup bukunya, ia memangku buku tersebut dan menatap Mingyu. Ia sedikit memanyunkan bibirnya ketika mengubah posisinya untuk menghadap Mingyu. "Terima kasih, untuk semuanya." ucapnya lalu menunduk, ia memegang kuat buku yang ada di pangukuannya, tapi tangan itu lalu digenggam oleh Mingyu. Wonwoo mendongak.

"Itu sudah kewajibanku, kau adalah suamiku Wonwoo. Kau tidak boleh melupakan fakta itu."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang