empat puluh tiga

2.8K 198 6
                                    

Wonwoo mengerjapkan kedua matanya, dan ketika sudah terbuka sepenuhnya ia melihat keluarganya yang berada di sana. Terutama Mingyu yang kini tersenyum ke arahnya. "Mingyu." Panggilnya, ia kemudian memandangi perutnya yang sudah rata. "Di mana anak kita?" Tanya Wonwoo.

"Di inkubator, mereka di ruang NICU." Jawab Wonwoo.

"Bagaimana perasaanmu nak, apa ada yang sakit?" Tanya ibunya.

"Perutku sedikit sakit." Jawab Wonwoo. "Aku ingin melihat kedua anakku."

"Tunggu sayang, aku akan memanggil dokter Park untuk memeriksamu." Ucap Mingyu dan diberi anggukan oleh Wonwoo. Ia kemudian keluar dan memanggil dokter Park.

Tak berapa lama, Mingyu kembali, dokter Park segera memeriksa keadaan Wonwoo. "Keadaannya baik, mungkin akan ada rasa nyeri pada perutnya. Dan aku belum bisa memastikan kapan Wonwoo bisa pulang, yang jelas ia harus berada di rumah sakit sampai keadaannya membaik. Dan aku akan menyuruh perawat untuk membawa anak kalian ke sini, tapi hanya sebentar karena mereka harus berada di ruang NICU." Jelas dokter Park panjang lebar, setelah ia keluar, dua perawat masuk dengan mendorong inkubator tempat kedua anak mereka tertidur.

Kedua inkubator tersebut di bawa di samping ranjang Wonwoo, dan Mingyu membantu Wonwoo untuk bangkit sedikit serta menahan tubuhnya untuk melihat wajah kedua anaknya. "Mereka tampan sekali." Ucap Wonwoo, melihat kedua bayi merah itu yang masih terlelap.

"Ehm, menurutmu, mana yang akan kau beri nama Dae Shim dan mana Dae Jung?" Tanya Mingyu.

"Mana yang terlahir lebih dulu?"

"Ini." Jawab Mingyu sembari menunjuk bayi pertama yang keluar dari perut Wonwoo.

"Yang pertama Dae Shim dan yang kedua Dae Jung. Bagaimana?" Tanyanya sembari menoleh ke arah Wonwoo.

"Iya, aku setuju." Mingyu mengecup pucuk kepala Wonwoo. Dengan begitu kedua bayi yang masih terlelap itu sudah resmi bernama Kim Dae Shim dan Kim Dae Jung.

Setelah itu, Wonwoo masih memandangi wajah bayinya hingga sepuluh menit, sampai salah satu perawat bilang kalau mereka harus kembali ke ruang NICU. "Mingyu."

"Iya sayang?"

"Aku ingin ke kamar mandi." Mingyu kemudian beranjak dari duduknya, ia perlahan mengangkat tubuh Wonwoo dan membawanya ke kamar mandi. Membantu Wonwoo untuk mengeluarkan panggilan alamnya. Setelah itu ia membawa Wonwoo kembali dan merebahkannya perlahan.

"Wonwoo." Panggil ibu Mingyu, ia berjalan ke arah Wonwoo. "Kau tahu, sebelum kau sadar, Mingyu menangis."

"Ah, oemma." Kesal Mingyu.

"Memang benarkan?"

Wonwoo menoleh. "Kamu sungguh menangis Mingyu?"

"Suami mana yang tidak menangis saat melihat anaknya lahir?" Kali ini ayah Mingyu yang membelanya.

"Benar Wonwoo, ayahmu dulu juga menangis ketika kau lahir." Dan juga ibu Wonwoo.

"Kenapa kalian jadi membela Mingyu?"

"Astaga yoebo, sudahlah, dia itu anakmu kenapa kau selalu mengerjainya. Lebih baik kita keluar dan melihat cucu-cucu kita. Biarkan mereka saling berbicara dulu." Ayah Mingyu kemudian menarik istrinya keluar dari ruangan tersebut, begitu pun dengan Ibu Wonwoo yang ikut keluar.

"Aku tidak menyangka kamu akan menangis Mingyu. Sayang aku tidak melihatnya." Ucap Wonwoo ketika pintu ruangan tersebut sudah tertutup.

"Aku juga tidak tahu, tapi mungkin itu sebuah naluri. Air mataku langsung menetes begitu melihat bayi pertama kita dan mendengar tangisannya." Mingyu menatap Wonwoo. "Kau ingin sekali melihatku menangis?"

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang