Mingyu terbangun dari tidurnya, ia menoleh dan mendapati Wonwoo yang masih terlelap, ia tersenyum kemudian mendekat untuk mengecup kening Wonwoo.
Secara perlahan ia bangkit agar tak mengganggu Wonwoo yang masih tidur. Ia turun dari tempat tidur tersebut dan berjalan keluar dari kamar itu.
Mingyu memasuki kamarnya, dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Lalu keluar dan melihat bagaimana berantakannya kamar itu. Ia kemudian mulai mengambil pakaiannya dan Wonwoo, juga menarik seprei, selimut, sarung bantal dan membawanya turun ke bawah. Memasukkannya ke dalam mesin lalu menemui ahjumma yang sudah berada di dapur.
Ia memberitahukan untuk mencuci dan membuatkan bubur untuk Wonwoo. Setelah itu, ia pergi ke meja makan, sudah ada makanan di sana dan jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Mingyu kemudian memulai acara sarapannya yang terlambat.
Setelah sarapan, ia kembali naik ke atas dan menuju kamarnya, mengambil ponselnya untuk memberitahukan pada sekretarisnya bahwa hari ini dia tidak akan ke kantor. Juga mengabari Jeonghan bahwa Wonwoo tidak akan ke kafe.
Di sisi lain, Wonwoo mulai membuka kedua matanya perlahan, ia menoleh dan tak mendapatkan Mingyu di sisinya. Ia bangkit dan duduk dengan pelan-pelan. "Mingyuu~.." Panggilnya tapi selama beberapa menit tak ada sautan. Ia memutuskan untuk bangkit dan berjalan sepelan mungkin keluar dari kamar tersebut. "Mingyuu~" Sekali lagi dan akhirnya Mingyu membuka kamarnya.
Mingyu tersenyum sembari menghampiri Wonwoo yang masih menunjukkan wajah tidurnya itu. Ia kemudian mengangkat tubuh Wonwoo dan digendongnya ala koala. "Kenapa sudah bangun hm?" tanyanya sembari mengecup pundak Wonwoo.
"Aku lapar." Balas Wonwoo. Mingyu kemudian mengangguk dan berjalan memabawanya masuk ke kamar dan masuk lagi ke kemar mandi. Ia menurunkan Wonwoo dan menyuruhnya untuk menggosok gigi juga membasuh wajahnya.
Selesai menggosok giginya, Wonwoo menatap Mingyu, ia tersenyum dan Mingyu langsung mengambil sabun wajah. Dan mulai membersihkan wajah Wonwoo. "Apa masih sakit?" dan seketika itu, Wonwoo yang tadinya menutup kedua matanya, membukanya dan langsung memukul dada Mingyu.
"Jangan bertanya seperti itu." Balasnya dan mendapat kekehan dari Mingyu.
Selesai membersihkan wajah dan mengeringkannya, Mingyu kembali menggendong Wonwoo dan membawanya keluar. "Aku ingin makan di perpustakaan." Ucapnya.
Mingyu kemudian membawa Wonwoo ke Mingyu mini library yang ada di lantai itu juga. Mendudukkan Wonwoo secara pelan di atas bean bag di sana. "Aku akan turun untuk mengambil makanan untukmu." Ucap Mingyu dan mendapat anggukan dari Wonwoo.
Sekeluarnya Mingyu dari mini library tersebut, Wonwoo bangkit dan mengambil salah satu buku yang belum pernah ia baca di rak buku. Lalu kembali duduk di bean bag. Sampai ke halaman 4 ia membaca, Mingyu membuka pintu ruangan tersebut, membawa semangkuk bubur dan segelas air, lalu duduk di bean bag satunya yang ada di samping Wonwoo duduk.
Mingyu mulai mengarahkan sesendok bubur yang ada di tangannya dan Wonwoo membuka mulutnya, namun matanya masih sibuk membaca buku yang ada di tangannya. Terus seperti itu hingga bubur hanya bersisa sedikit Wonwoo bilang bahwa ia sudah kenyang.
Mingyu kemudian menyodorkan air putih dan diterima oleh Wonwoo, ditegaknya hingga separuh dan diberikan lagi ke Mingyu. Ia kemudian menutup buku yang ia baca. "Aku belum mengabari Jeonghan hyung."
"Aku sudah, tadi sekalian mengabari Park-bisoe."
"Terima kasih." Mingyu mengangguk. "Lalu, apa yang akan kita lakukan seharian ini?" Tanya Wonwoo.
"Mau ke belakang?" Tanya Mingyu dan di beri anggukan oleh Wonwoo.
Di belakang rumah Mingyu terdapat taman kecil hasil jerih payahnya dan Wonwoo ketika mereka menghabiskan waktu bersama saat weekend. Mereka berdua akan bercocok tanam dengan menanam beberapa tanaman di taman yang seluas 6x4 meter itu.
Mingyu kemudian bangkit dan mengangkat tubuh Wonwoo lagi, seperti biasa, jika mereka melakukan hubungan badan, maka Mingyu lah yang harus bertanggung jawab untuk membawa ke mana pun Wonwoo pergi selama seharian penuh.
Mereka berdua menuruni tangga dan langsung menuju ke pintu yang memberikan akses ke belakang rumah tersebut. Mingyu menurunkan Wonwoo secara perlahan dan Wonwoo duduk di kursi taman yang Mingyu sediakan di sana. "Apa tanamannya sudah di siram ahjumma?" Tanya Wonwoo dan di beri anggukan oleh Mingyu. Mingyu kemudian ikut duduk bersama Wonwoo di kursi tersebut. "Mingyu, apakah.. aku akan hamil?" Lanjutnya.
Mingyu yang tadi mengamati tanaman di depannya itu menoleh ke arah Wonwoo. "Aku juga tidak tahu, tapi jika memang malam tadi adalah waktunya, maka iya." Jawabnya.
"Tapi, bagaimana jika tidak?"
"Kita bisa mencobanya lagi, kau tenanglah." Mingyu mendekat dan mengusap wajah Wonwoo pelan. Wonwoo mengangguk mengerti.
Dan sejak kejadian ini, tidak ada perubahan dalam diri Wonwoo. Di kehamilan pertamanya, sebelum keguguran, Wonwoo akan bersikap manja sekali kepada Mingyu, ia merengek, bersikap menggemaskan, dan meminta hal-hal yang bahkan seperti seafood yang tidak bisa ia makan.
Namun kali ini tidak, sudah dua minggu sejak malam itu dan Wonwoo tidak menunjukkan semua hal itu pada Mingyu. Ia bersikap seperti biasa dan secara pribadi Mingyu memikirkan bahwa Wonwoo tidak hamil. Memikirkan bahwa malam itu memang bukanlah waktunya.
Seiring berjalannya waktu, Mingyu sebenarnya masih berharap, ini sudah memasuki minggu ketiga, di mana di kehamilan pertama Wonwoo, Wonwoo tidak mengalami pusing atau mual hingga membuat Mingyu benar-benar pasrah akan kehamilan Wonwoo.
Ia menghela napasnya lalu bangkit dari kursi kerjanya, keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ruang yang akan digunakan untuk rapat. Ia mencoba menghilangkan pikirannya tentang Wonwoo ketika memasuki ruangan tersebut dan memulai rapatnya.
Rapat berakhir, Mingyu akan kembali ke ruangannya, tapi di perjalanan ia terhenti karena ponselnya yang berdering cukup lama. Ternyata dari ibu mertuanya. "Iya sieomoeni?" jawabnya setelah mengangkat telepon tersebut.
"Wonwoo masuk ke rumah sakit."
"Huh?" Dan setelah itu ibu mertuanya menyebutkan nama rumah sakit tempat Wonwoo berada. Mingyu segera memberitahukan kepada Jinyoung untuk membatalkan jadwalnya yang tersisa hari ini.
Ia segera keluar dari perusahaan dan menuju rumah sakit yang tadi sudah di beritahukan oleh ibu mertuanya. Di perjalanan ia tidak bisa berhenti memikirkan Wonwoo. Kenapa Wonwoo masuk ke rumah sakit? Padahal tadi pagi ketika ia berangkat dan mengantar Wonwoo ke kafe, Wonwoo baik-baik saja. Apa dia terjatuh? Apa hal buruk terjadi padanya? Beberapa pikiran masuk begitu saja ke otak Mingyu.
Sesampainya ia di rumah sakit, ia langsung menuju ke ruangan yang juga sudah disebutkan oleh ibu mertuanya tadi. Ia membuka pintu dengan tergesa, mendapati Wonwoo, ibu mertuanya, dan Seungkwan yang ada di ruangan tersebut. Ia berjalan mendekat. "Apa yang terjadi?" Ia bertanya, menampilkan wajah khawatirnya pada orang yang kini menatapnya.
Ibu Wonwoo kemudian mengajak Seungkwan untuk keluar. Mingyu kembali fokus pada Wonwoo, ia memperhatikan seluruh tubuh Wonwoo yang tidak terdapat luka atau perban sedikit pun. "Ada apa sayang?" Tanyanya sembari meraih kedua tangan Wonwoo dan digenggamnya erat.
Bukannya menjawab, Wonwoo malah meneteskan air matanya, yang membuat Mingyu bingung dan bertambah khawatir. "Sayang ada apa? Kenapa menangis?" Sekali lagi, Mingyu bertanya.
"Mingyuuu~ hiks.."
"Iya, kenapa hm?"
"Aku.. Aku hamil... Huwaaaaaa~"
"Ha?"
"Aku hamil Mingyuu~"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sorry for typos, and thanks for reading.
Luv ya💕
KAMU SEDANG MEMBACA
my real-alpha
FanfictionMINWON • COMPLETED Omegaverse Fanfiction Seorang real-omega bernama Jeon Wonwoo dijodohkan oleh mendiang ayahnya dengan seorang real-alpha bernama Kim Mingyu, sementara dirinya menyimpan perasaan untuk alpha lain. Wonwoo tidak bisa menolaknya, ia ha...