tiga puluh delapan

3.1K 226 4
                                    

"Oemma, calon bayi itu anakku dan Wonwoo, jadi kami yang akan mempersiapkan nama untuk mereka." Ibunya menoleh ke arah Mingyu dan keduanya saling menatap tajam. Entah kenapa, jika kedua alpha ini dipertemukan pasti akan berakhir berargumen. Tidak memandang itu anak, ibu, atau bahkan ayah.

Sedangkan Wonwoo, ia hanya terkekeh melihat anak dan ibu itu yang saling menatap tajam. "Sudahlah Mingyu, oemma. Kita akan membicarakannya bersama." Wonwoo mencoba melerai, berakhir dengan mereka berdua yang mengangguk paham.

Mingyu kemudian bangkit, ia berjalan ke arah Wonwoo dan berjongkok di depan Wonwoo. "Aku akan kembali ke kantor, ada beberapa pekerjaan yang belum aku selesaikan. Sekaligus aku akan memberitahukan bahwa mulai besok aku akan mulai bekerja dari rumah." Ucap Mingyu sembari mendongak untuk menatap wajah Wonwoo yang kini mengangguk.

"Kau sudah membicarakannya pada ayahmu?" tanya ibunya dan Mingyu menoleh.

"Belum, itu tugas oemma untuk membujuk aboeji."

"Eh?"

"Oemma jangan pulang dulu, temani Wonwoo dan tunggu sampai aku pulang." Ucap Mingyu kemudian dan mendapat anggukan dari ibunya. "Sayang, aku berangkat." Ia kemudian mengecup bibir Wonwoo dan mendapat bulatan mata dari ibunya. Wonwoo hanya tersenyum malu.

Mingyu kemudian bangkit. "Kau tidak mau mencium oemma?" Tanya ibunya.

"Tidak." Mingyu berjalan meninggalkan ruang keluarga tersebut sekaligus rumahnya.

"Dasar anak nakal." Dengus ibunya kesal sembari memandangi punggung Mingyu. Ia kemudian kembali fokus pada Wonwoo. "Ada hal yang kau inginkan nak? Akan oemma turuti."

"Tidak oemma, terima kasih." Jawab Wonwoo, ia kemudian tersenyum.

"Oemma begitu senang ketika tadi Mingyu menelepon untuk memberitahukan kehamilanmu. Dan oemma bergegas ke sini, dan sampai di sini, oemma bertambah senang karena mendengar bahwa anak kalian kembar."

"Aku juga tidak menyangka dengan hal ini oemma. Tiba-tiba ketika aku bekerja di kafe tadi, aku merasa mual, lalu Seungkwan membawaku ke rumah sakit."

"Wonwoo, ini kesempatan kedua untukmu dan Mingyu. Jadi kalian harus menjaganya dengan baik. Apalagi dua anak sekaligus." Wonwoo mengangguk. "Lalu, berapa usia kehamilanmu saat ini?" Lanjut ibunya.

"Dokter Park bilang, ini sudah masuk minggu keempat."

"Berarti hampir satu bulan kan?" Wonwoo mengangguk lagi. "Berarti delapan bulan lagi kedua cucu oemma akan lahir."

"Oemma, itu masih lama."

"Tidak sayang, delapan bulan itu waktu yang singkat. Apalagi ketika kau tidak sabar untuk melihat dua anakmu. Dulu juga saat oemma mengandung suamimu itu, rasanya begitu cepat, tiba-tiba perut oemma membesar begitu saja."

"Benarkah?"

"Iya, sayang."

"Oemma, apakah itu berat?"

"Oemma rasa untuk kandunganmu jika sudah memasuki bulan keempat, iya. Apalagi dua anak sekaligus. Dulu ketika oemma mengandung Mingyu, rasanya sangat berat. Buktinya dia jadi sebesar itu dan tidak pernah pendek atau pun kecil." Mendengar ibunya yang seperti mendengus kesal itu, Wonwoo terkekeh. Ia berpikir bahwa dirinya sudah tinggi tapi suaminya lebih tinggi lagi.

"Oemma, dulu aku pernah membicarakan ini pada Mingyu, jika aku sudah melahirkan dua anak maka aku akan mengangkat rahimku. Menurut oemma, apakah aku harus melakukannya setelah melahirkan nanti?" Kedua mata Wonwoo mengerjap untuk menunggu jawaban dari ibunya.

"Untuk hal itu, kau perlu membicarakan lagi dengan Mingyu, sayang. Juga, kalau kau bertanya tentang pendapat oemma, oemma akan menjawab iya. Memangnya berapa anak yang kau inginkan?"

"Dua.."

"Berarti kau harus mengangkat rahimmu, karena tidak menutup kemungkinan jika kau sudah melahirkan dan mengalami heat, kalian berdua bisa saja melakukan knotting lagi dan kau akan hamil lagi."

"Tapi.. Mingyu menginginkan lima anak."

"Lima? Yang benar saja, dasar anak itu. Wonwoo, yang mengandung itu kau, kau mau mengandung sampai punya tiga anak lagi jika sudah melahirkan?"

Wonwoo menggeleng. "Tapi, Mingyu juga tidak apa jika hanya punya dua anak. Dia malah yang menyarankan untuk aku mengangkat rahimku setelah punya dua anak."

"Berarti dia paham terhadap keputusanmu. Saran oemma, kau harus membicarakannya lagi pada Mingyu. Itu adalah keputusan kalian berdua."

Wonwoo mengangguk paham. "Terima kasih oemma."

"Iya sayang.." Balas ibunya.

***

—minggu pertama-keempat
Seperti yang kalian ketahui, Wonwoo tak mengalami apa pun dan ia tak menunjukkan bahwa ia sedang hamil. Sampai akhirnya ia mual dan di bawa ke rumah sakit.

—minggu kelima
Wonwoo secara tergesa masuk ke kamar mandi, Mingyu mengerjapkan matanya ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Ia bangkit dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul 5 pagi. Ia berjalan menuju kamar mandi, mendapati Wonwoo yang sedang memuntahkan air liurnya. Beberapa hari ini, Wonwoo sudah mengalami morning sickness. Mingyu kemudian membantu Wonwoo dengan memijit pelan tengkuknya hingga Wonwoo merasa lebih baik.

Setelah selesai, Wonwoo berkumur dan ia menoleh ke arah Mingyu dengan memanyunkan bibirnya. "Masih mengantuk." Ucapnya dan Mingyu segera meraih tubuhnya untuk ia gendong. Membawanya kembali ke tempat tidur. Mingyu juga ikut naik, memeluk Wonwoo yang langsung tertidur lagi.

***

Hari ini, Mingyu dan Wonwoo kembali ke rumah sakit tempat dokter Park bekerja. Dokter Park kembali memberikan obat untuk Wonwoo dan mengatakan bahwa kedua janin di dalam rahimnya mulai membentuk sistem syaraf, otot, dan juga tulang.

Setelah kembali dari rumah sakit, keduanya memutuskan untuk makan di luar. Mereka mengunjungi sebuah restoran dan menghabiskan waktu selama satu jam lebih di sana. Mingyu hanya terkekeh ketika melihat Wonwoo yang begitu lahap memakan beberapa menu yang ia pesan, meskipun tidak habis semua, Wonwoo sudah sangat kenyang dan meminta untuk segera pulang karena ia ingin tidur siang.

—minggu keenam
Morning sickness Wonwoo masih berlanjut, malah terkadang mual-mualnya terjadi siang bahkan sampai malam hari. Ia sering pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang berisi makanan yang baru ia makan. Mingyu bahkan meninggalkan pekerjaannya untuk membantu Wonwoo.

Menggendongnya ke tempat sebelumnya, mengelus perut Wonwoo. "Sudah ya sayang, kasihan oemma bolak-balik ke kamar mandi terus." Ucapnya dan mendapat kekehan dari Wonwoo. Wonwoo kemudian mengusak rambut Mingyu yang mendapat tatapan heran dari Mingyu. Ia kemudian mencuri kecupan dari bibir Wonwoo.

***

Sekembalinya mereka dari rumah sakit, Wonwoo hanya menyandarkan tubuhnya di dada Mingyu. Ia tak mau berpisah dengan Mingyu barang sedetik pun. Ia menghirup feromon Mingyu hingga ia puas dan tersenyum pada Mingyu. Mingyu mengecup keningnya. Sembari fokusnya kembali ke iPad yang ada di tangan kirinya, mengecek pekerjaannya yang dikirim melalui email oleh sekretarisnya, Jinyoung.

Ketika memeriksa kehamilan Wonwoo tadi, dokter Park bilang bahwa kedua janin Wonwoo tumbuh dengan sehat. Jantung keduanya sudah mulai berdetak, tali pusar mulai berkembang, mata dan telinga juga mulai tumbuh. Itu membuat Mingyu dan Wonwoo begitu senang ketika mendengarnya.

—minggu ketujuh
Wonwoo masih mengalami mual, tapi tak terlalu sering seperti biasanya. Dokter Park mengatakan bahwa Wonwoo harus mengurangi porsi makannya dan sering makan jika masih mengalami morning sickness, mengingat bahwa terjadi penurunan berat badan pada Wonwoo. Untuk kedua janin Wonwoo sendiri sudah mengalami perkembangan pada otak, serta mata, hidung, usus, pankreas, dan tenggorokan. Tonjolan kecil yang tampak seperti tangan dan kaki juga mulai terlihat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jadi, maaf ya kalo semisal usia kandungan sama penjelasannya salah. Aku cuma nyari di beberapa referensi. Jadi nggak tahu kenyataannya itu gimana.

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang