sembilan belas

3.9K 336 9
                                    

Setelah proses penandaan, tentu saja ada yang berubah dalam diri Wonwoo atau pun Mingyu. Wonwoo menjadi lebih manja, tapi Mingyu sangat menyukai sikap yang satu ini. Wonwoo menjadi lebih pemalu wajahnya selalu merona, bahkan hanya ketika ditatap oleh Mingyu sembari tersenyum. Wonwoo menjadi lebih bersikap submissive pada Mingyu. Feromon Wonwoo tentu saja berubah, tubuhnya berbau feromon macam Mingyu meski masih ada feromonnya sendiri. Perubahan sikap lain juga terjadi pada Wonwoo di saat-saat tertentu dan Mingyu begitu menyukainya.

Sedangkan Mingyu sendiri, ia menjadi lebih posesif, apalagi jika Wonwoo bertemu dengan orang lain selain ibunya sendiri. Mingyu juga sering cemburu jika Wonwoo berbicara atau dekat dengan orang lain. Ia menjadi seorang real-alpha yang begitu mudah cemburu dengan sikap yang overprotektif terhadap suaminya sendiri. Tapi kedua saling pengertian tentu saja, setiap pasangan pasti akan mengalami hal tersebut, apalagi jika keduanya merupakan alpha dan omega.

Wonwoo tahu bahwa Mingyu begitu mencintainya, dari setiap tindakan Mingyu, sekecil apapun itu, Wonwoo tahu bahwa hal itu penuh dengan afeksi. Sama seperti halnya Mingyu, sebaliknya Wonwoo juga mencintainya, semakin bertumbuh dan tak pernah terkikis. Bagaimana mungkin Wonwoo tak selalu akan jatuh hati pada Mingyu yang selalu memperlakukannya dengan lembut?

Tidak hanya itu tentu saja, gairah yang dimiliki keduanya begitu besar. Mereka ingin sekali melakukannya, saling membuat tubuh mereka tertaut. Apalagi Mingyu yang sudah menahan hasratnya begitu lama dan menyiksa tubuhnya sendiri. Ia sudah terlalu lama menahan diri untuk tak menyakiti Wonwoo. Ia sudah berjanji menunggu hingga Wonwoo siap, benar-benar siap jika mereka melakukkannya dan tak sengaja melakukan knotting.

Seperti halnya ritual setiap pagi, Mingyu dengan tidak rela melepas pagutan yang ia buat sebelum berangkat ke kantor. Ia masih ingin menikmati bibir merah, tipis nan manis milik suaminya. Bahkan ia harus menahan diri setiap pagi ketika tubuhnya selalu memanas dengan pagutan itu.

"Aku berangkat." Pamitnya, Wonwoo hanya mengangguk karena ia masih menyembunyikan bagaimana wajahnya yang memerah padam seperti pagi hari lainnya. "Kabari jika terjadi sesuatu." Lanjutnya kemudian meraih wajah Wonwoo dan mengecup keningnya penuh afeksi yang tiap harinya bertambah besar.

Keduanya saling melempar senyum, Mingyu mulai melangkahkan kakinya menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya. Ia masuk dan memasang seat belt lalu pandangannya terarah pada sosok Wonwoo yang berdiri di depan pintu sembari melambaikan tangan dan tersenyum begitu lebarnya. Inilah alasan kenapa hari Mingyu selalu cerah.

Wonwoo kembali masuk dan menutup pintu besar itu setelah mobil Mingyu keluar dari area rumah mereka. Wonwoo berjalan menuju dapur dan mulai membersihkan alat makan di wastafel yang mereka gunakan untuk sarapan.

Setelah itu, ia berjalan menaiki tangga dan memasuki mini library yang sudah lama tak ia masuki. Sudah satu minggu ia di rumah tapi ia selalu saja mengerjakan hal lain atau menghabiskan waktu bersama Mingyu. Ia belum sempat membaca buku-buku miliknya atau yang Mingyu belikan untuknya.

Ia duduk di beanbag setelah mengambil salah satu novel yang ia ambil di rak buku di ruangan tersebut. Ia meraih kacamata bulatnya dan memakainya, mulai mebaca setiap kata, frasa dan kalimat pada isi novel tersebut.

Wonwoo terlalu larut ketika membaca, ia menghiraukan keadaan sekitar dan ketika tersadar, ia meraih ponselnya. Ternyata sudah hampir tiga jam ia menghabiskan waktu bersama benda yang ada di tangan kirinya. Ia menandai halaman yang ia baca lalu bangkit dan keluar dari ruangan tersebut. Masuk ke dalam kamar yang kini seutuhnya dipakai oleh ia dan Mingyu. Ia tak lagi tidur berbeda kamar dengan Mingyu di rumah tersebut.

Ia kemudian mengambil coatnya dan dompetnya. Keluar dari kamar sekaligus rumah tersebut. Ia akan datang ke kafe milik Jeonghan dan bertemu teman-temannya yang sudah selama satu minggu tak ia temui sejak sekembalinya ia dari Norwegia. Ia juga sudah meminta izin pada Mingyu tadi, meskipun Mingyu berat hati untuk mengiyakannya. Ia takut jika sesuatu terjadi pada Wonwoo.

Dan menuruti apa yang dikatakan suaminya, Wonwoo sudah berada di sebuah taksi yang ia berhentikan di tengah jalan di sekitaran rumah tersebut. Taksi itu melaju selama sekitaran dua puluh menit hingga berhenti di depan kafe tempat dulunya ia bekerja. Ia telah membuat janji.

Memasuki kafe tersebut dan berjalan menuju meja kasir, Wonwoo tersenyum ketika melihat Seungkwan yang tersenyum lebar padanya. Berbalik dan keluar dari balik meja kasir tersebut. Meraih tubuh Wonwoo dan memeluknya dengan erat. "Jika ada Mingyu disini, kau sudah di hajar, Seungkwan." Ucap Minghao tiba-tiba yang keluar dari dapur dan melewati keduanya untuk mengantar pesanan.

Seungkwan hanya mendengus kesal setelah melepas pelukan tersebut, ia kemudian beralih menatap Wonwoo. "Bagaimana keadaanmu hyung?" Semuanya tahu apa yang terjadi pada Wonwoo. Meskipun tidak sedetail itu, tapi semuanya mengkhawatirkan Wonwoo.

"Aku sudah lebih baik." Jawab Wonwoo sembari menampilkan senyumnya. Seungkwan tidak tahu jika Wonwoo sudah ditandai, karena ia tak bisa mencium bau feromon khas Mingyu di tubuh Wonwoo.

Selesai berbincang sebentar dan Wonwoo memesan minum, Seungkwan kembali berdiri di belakang meja kasir untuk melayani para pelanggan. Wonwoo bergerak duduk di salah satu kursi yang kosong dan menunggu Minghao atau Vernon mengantar pesanannya.

"Ini hyung." Ucap Minghao sembari menyodorkan minuman pesanan Wonwoo. Wonwoo mengucapkan terima kasih dan Minghao duduk di seberang Wonwoo. Ia mengamati gerak-gerik Wonwoo yang sedang sibuk menyesap minumanya.

"Hyung, kenapa feromonmu seperti Mingyu? Kalian sudah saling menandai?" Tanya Minghao memastikan dan Wonwoo mengangguk menanggapinya. Minghao tersenyum bahagia dan memberikan selamat yang hanya ditanggapi sebuah senyuman dan rasa malu dari Wonwoo sendiri. Minghao kemudian pamit untuk melanjutkan pekerjaannya, meninggalkan Wonwoo yang masih menunduk malu.

*

Mingyu tengah sibuk menatap layar iPad yang ada di tangan kanannya. Ia tengah mengamati titik GPS Wonwoo yang menunjukkan Wonwoo berada di kafe milik Jeonghan. Memang, Wonwoo sudah meminta izin, tapi ia tak tahu kenapa perasaannya tidak enak hati jika Wonwoo keluar sendirian. Ia ingin segera menghampiri Wonwoo, tapi rapat yang diadakan lima menit lagi tak bisa ia tinggal begitu saja.

Ia meletakkan iPad tersebut di atas meja kaca yang ada di depannya. Mengambil berkas-berkas yang dibutuhkan dan beranjak keluar dari ruangannya menuju ruang rapat.

Selama rapat pun, ia hanya terfokus pada pikirannya yang memikirkan Wonwoo. Ia ingin segera keluar dari ruang rapat tersebut dan bergegas menghampiri Wonwoo di kafe itu.

Hingga akhirnya rapat tersebut usai, Mingyu bangun dari duduknya dan bergegas menuju ke ruangannya. Ia kemudian kaluar setelah mengambil kunci mobil dan coatnya. Berhenti di depan meja sekretarisnya dan menanyakan jadwalnya.

Tak ada jadwal lagi, Mingyu memberitahukan bahwa ia akan pulang lebih awal. Ia kemudian menaiki lift dan turun ke lantai satu. Sekeluarnya dari lantau satu, ia keluar dari pintu utama perusahaan tersebut. Masuk ke mobilnya yang sudah terparkir di depan gedung tersebut. Dan langsung melajukannya menuju kafe milik Jeonghan.

Mobil sudah terparkir sempurna, dari luar Mingyu juga bisa mencium feromon khas Wonwoo. Ia masuk dan kedua matanya langsung mencari Wonwoo. Mendapatinya yang tengah duduk di sebuah meja dengan memakan kue coklat dan berbincang dengan Minghao. Mingyu menghampirnya.

"Oh, Mingyu? Kenapa kamu.. Akk.." Kalimat Wonwoo terhenti, pasalnya, ketika ia berdiri untuk menyapa suaminya itu, Mingyu langsung meraih tubuhnya dan memeluknya erat. Menghiraukan tatapan orang-orang disekitar mereka termasuk Minghao.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang