dua puluh delapan

3.7K 278 10
                                    

Selesai dengan urusan seafood, keduanya tak langsung pulang. Mingyu mengajak Wonwoo untuk berkeliling, mumpung mereka berada di Itaewon.

Wonwoo tak berhenti mengerjapkan kedua matanya takjub saat melihat berbagai pertunjukan jalanan, berbagai permainan anak-anak yang begitu ramai, berbagai jenis streetfood yang menggiurkan, dan berakhir dengan Wonwoo yang kini sedang menikmati semangkuk kecil tteokbokki pedas yang ada di tangan Mingyu.

Ia tengah memegangi mangkuk tteokbokki tersebut dengan Wonwoo yang sedang memakannya. Keduanya duduk di sebuah kursi yang terletak di samping warung tteokbokki tersebut. Pandangan Wonwoo memang mengelilingi sekitarnya, tapi tidak dengan Mingyu. Sedari tadi ia hanya memperhatikan Wonwoo yang sedang mengunyah dan berceloteh tentang hal-hal yang dilihatnya.

Tak selesai di sana, Wonwoo mengajak Mingyu ke sebuah penjual yang menjual berbagai jenis aksesoris. Wonwoo kemudian mengambil puppy hat dan memasangkannya pada kepala Mingyu. Ia tersenyum begitu bahagia karena melihat wajah tampan Mingyu berubah seketika menjadi lucu karena topi tersebut.

Tak berbeda dengan Wonwoo, Mingyu mangambil cat hat dan memasangkannya pada kepala Wonwoo. Menambah kesan bahwa Wonwoo itu benar-benar mirip dengan kucing. Keduanya saling tertawa dan membuat siapa pun di sekitar mereka iri akan hal tersebut.

Mingyu kemudian membayar kedua benda yang kini terpasang pada kepala mereka. Mereka menghiraukan pandangan orang lain karena tak melepas itu hingga keduanya sampai dimobil. "Terima kasih untuk hari ini." Ucap Wonwoo, ia mendekat dan mengecup bibir Mingyu.

Mingyu mengangguk, meraih tangan kiri Wonwoo dan mengelusnya. "Kencan yang tak direncanakan." Balasnya. Kemudian melajukan mobilnya karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas dini hari.

***

Minggu berikutnya, Mingyu tengah disibukkan dengan ia yang akan berangkat ke China sore ini bersama Wonwoo. Sejak seminggu lalu, ia mendapat telepon bahwa perusahaan Liu menerima tawaran yang ada di proposal tersebut dan meminta Mingyu untuk datang secara pribadi ke China. Setelah melakukan beberapa investigasi, Mingyu tak menemukan kebenaran rumor dari perusahaan Liu yang menyelendupkan narkoba, membenarkan perkataan ayahnya.

Selain mengurus segala dokumen di perusahaan, seminggu ini ia juga membujuk Wonwoo untuk ikut. Karena Wonwoo tiba-tiba merubah pikirannya untuk tidak ikut, takut jika akan menganggu pekerjaan Mingyu.

Tapi bukan Mingyu namanya bila ia gagal membujuk Wonwoo yang kini duduk di sampingnya, tertidur, di kursi pesawat kelas bisnis untuk menuju ke Shanghai, tempat di mana perusahaan pusat Liu berdiri.

Begitu pesawat mendarat, Mingyu segera membangunkan Wonwoo. Ia memakaikan coat yang begitu tebal karena di Shanghai sedang turun salju. Keduanya melakukan check out bersama pegawai yang Mingyu bawa.

Mereka kemudian memasuki taksi dan menuju ke hotel yang sudah di pesan oleh sekretaris Mingyu. Mereka akan berada di sana selama tiga hari, dengan kata lain, lusa akan kembali ke Korea karena pekerjaan Mingyu yang tidak bisa ditinggal terlalu lama.

Sesampainya di hotel, Mingyu dan Wonwoo memasuki kamar suit mereka. Mingyu meletakkan tas besar yang berisi bajunya dan baju Wonwoo. "Kau lelah sayang?" Tanya Mingyu ketika melihat Wonwoo yang mendudukkan dirinya di sisi ranjang king size di kamar hotel tersebut.

Wonwoo menggeleng. "Tidak terlalu."

Mingyu kemudian menghampirinya dan duduk di samping Wonwoo. "Besok ketika aku menemui presdir Liu, aku akan menitipkanmu pada sekretarisku."

"Dia tidak ikut menemui presdir Liu?"

"Tidak, sudah ada direktur lain yang menemaniku dan aku sudah menyuruhnya untuk menjagamu."

"Apakah itu perlu? Aku bisa menjaga diriku Mingyu."

"Iya, sangat perlu, bagaimana pun ini negara orang, kita tidak tahu juga apa yang akan terjadi kan?"

"Ehm. Baiklah.."

"Dia seorang beta, aku percaya bahwa dia bisa menjagamu."

"Ehm."

***

Keesokan harinya, Mingyu sudah berangkat  untuk menemui presdir Liu dengan dua direktur yang ia bawa, termasuk Seungcheol. Sedangkan sekretaris Mingyu kini tengah berada di kamar hotel yang ditempati Mingyu dan Wonwoo.

Wonwoo terduduk di kursi yang ada di meja tersebut, sedangkan sekretaris Mingyu tengah berdiri di ujung kamar tersebut. Canggung, itulah yang dirasakan Wonwoo.

"Tuan Wonwoo, apakah ada yang ingin anda sampaikan atau tanyakan?"

Wonwoo sedikit terperanjat, ia tersenyum canggung. "Tidak, hanya saja... Ini canggung."

"Anda bisa mengajak saya berbincang.."

"Benarkah?" Itu lebih baik dari pada berdiam diri. "Ehm, duduklah di sini." Lanjutnya setelah mendapat anggukan dari sekretaris Mingyu. Ia menunjuk kursi yang berada di seberangnya. "Siapa namamu? maaf karena aku sudah bertemu denganmu beberapa kali tapi tidak tahu namamu." tanyanya begitu sekretaris Mingyu duduk di seberangnya.

"Anda tidak perlu meminta maaf. Nama saya Park Jinyoung. Saya sudah bekerja menjadi sekretaris Kim Sajangnim sejak pertama kali ia menjabat sebagai CEO."

"Bolehkah aku bertanya tentang Mingyu padamu?"

"Tentu saja."

"Ehm, seperti apa Mingyu di kantor?"

"Bisa di bilang ia pemimpin yang baik, mungkin karena jiwa kepemimpinannya yang begitu besar selain karena dia seorang alpha, Kim Sajangnim juga memiliki pribadi yang baik." Ia terhenti, mengamati wajah Wonwoo yang mengangguk paham. "Aku tidak tahu pasti karena aku adalah seorang beta, tapi para alpha dan omega yang bekerja bilang bahwa aura yang dikeluarkan Kim Sajangnim begitu besar, apalagi sejak ia menikah dengan anda."

"Maksudnya?"

"Aku tidak tahu pasti tuan. Aku hanya dapat mengamatinya dari gerak-gerik Kim Sajangnim. Ia selalu pulang lebih awal jika tidak ada jadwal, ia selalu terlihat gelisah entah kenapa. Mungkin karena ia merindukan anda." Hal tersebut membuat Wonwoo bersemu malu, ia mencoba menyembunyikan senyumannya.

"Saya rasa anda begitu beruntung mendapatkan Kim Sajangnim. Dia pria yang baik, saya bisa melihat bagaimana perlakuannya terhadap para pegawai di kantor. Selain itu ia juga cerdas, apakah anda tahu bahwa Kim Sajangnim menyelesaikan sekolah bisnisnya saat ia berumur 19 tahun?"

Wonwoo menggeleng, karena ia benar-benar tidak tahu tentang hal tersebut.

"Dan di umurnya ke-20, ia menjabat sebagai CEO perusahaan yang dulu dipegang oleh Tuan Kim, ayah mertua anda. Sampai sekarang saya masih ingat dengan jelas, ketika Kim Sajangnim menjabat sebagai CEO selama satu tahun, ia meminta saya untuk mencari informasi tentang anda."

Wonwoo menatap bingung orang yang kini duduk di seberangnya.

"Waktu itu, saya memberikan informasi mengenai tempat di mana anda tinggal, tinggal dengan siapa, dan tempat anda bekerja. Dan itu membuahkan hasil ketika saya diundang ke acara pernikahan anda dengan Kim Sajangnim. Saya tidak mengira bahwa Kim Sajangnim menunggu anda selama dua tahun."

Wonwoo tahu itu, tahu bahwa Mingyu menyukainya jauh sebelum ia mengenal Mingyu. Tapi ia tidak tahu bahwa sekretaris Mingyu juga ikut andil dalam bagaimana keduanya bisa bertemu. Ia tersenyum, meskipun ia tak mengucapkan terima kasih, tapi ia bersyukur di dalam hatinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typos, and thanks for reading.

Luv ya💕

my real-alphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang