Lexi sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dia tentu menceritakan bagaimana Tiyo menolongnya dan Hilda bukan main bahagianya mendengar cerita Lexi. Ikatan darah yang lebih kental pada Lexi dan Tiyo membuat Hilda memiliki harapan yang besar jika suatu saat Tiyo juga akan menerimanya.
Sedangkan hari hari yang berlalu membuat Elena mau tidak mau dipaksa menerima kenyataan. Terkadang dia mengunjungi makam Arka dan Adam. Duduk berlama lama di sana dengan derai air mata berjatuhan, dengan banyak penyesalan yang mengisi dadanya tentang hal hal yang belum sempat dia lakukan untuk Adam, terlebih untuk kakaknya, Arka.
Siapa yang menyangka jika diam diam Arka mengidap penyakit yang sama dengan penyakit yang hampir diderita seluruh keluarganya. Memegang foto masa kecilnya, foto usang memperlihatkan Elena dan Arka kecil yang saling merangkul sedang Tiyo berdiri di tengah dengan tubuh kurus dan celana berlumuran lumpur. Elena tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
Arka sudah tiada, lalu apa yang akan Elena lakukan? Jelas dia akan menempati posisi Tiyo selama kakaknya itu sibuk menemani Embun menjelang persalinannya yang tinggal dua bulan lagi.
Elena menghubungi Tiyo dan meminta izin untuk menjadi wakilnya dan mengurus bisnis keluarga. Bahkan Elena dengan percaya diri meminta izin untuk bisa tinggal di Inggris. Bekerja sekaligus berobat, itu menjadi tujuan Elena, dan Tiyo memberinya izin.
Tiyo lega mendengarnya, bahkan orang orang kepercayaannya di sana memberi kabar jika Elena bersemangat menjalankan bisnis keluarga Wicaksana yang ada di sana juga serius untuk menjalani pengobatan.
Sore itu Embun sedang menyulam, dia membuat kaos kaki mungil berwarna biru. Cahaya laut tampak keemasan, seseorang muncul dari air. Celana renang berwarna birunya menarik tatapan Embun karena pemiliknya memiliki tubuh yang kuat, dengan pahatan sixpack yang berkilauan saat air laut yang membasahi tubuhnya meluncur turun dan menetes.
Tiyo berjalan menghampiri Embun, setelah puas menyelam di laut dangkal yang dihiasi batu batu karang yang indah yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Itu aktivitasnya setiap sore hampir tiga minggu mereka berada di pulau itu. Sedang Embun duduk memandangi hamparan laut indah, sambil menyulam.
Tiyo duduk di samping Embun dengan tubuh yang basah lalu memanjangkan lengannya merangkul Embun, mengeratkan rangkulannya agar istrinya mendekat padanya.
"Jangan menyulam terus untuk mereka." Pinta Tiyo sambil menoleh pada Embun tapi belum sempat Tiyo melanjutkan ocehannya, Embun sudah mengikatkan sesuatu di lengan Tiyo. Sebuah gelang anyaman dari benang wol berwarna biru yang sengaja dia buat untuk suaminya.
"Kamu akan selalu jadi yang pertama…" ucap Embun. Mendengar sebutan itu Tiyo terpaku, merinding sekaligus terharu hingga dia hanya bisa terdiam.
…
Menghilangnya Tiyo beberapa minggu ini membuat penasaran Wilson dan Billy. Terutama Wilson yang berakhir harus mengamputasi satu tangannya karena ulah Tiyo. Agak aneh melihat lengan kemeja kanan Wilson menggantung kosong sementara tangan kirinya sedang memegang rokok.
"Tiyo telah mengambil alih kekuasaan Arka setelah Arka meninggal. Itulah alasan kita tidak lagi mudah melacak keberadaan dia dan istrinya." Kata salah seorang tangan kanan Wilson yang berdiri sambil menunduk.
Wilson menggebrak meja dengan wajah kesal. "Brengsek!" Ujarnya lantang.
"Tapi kami sedang menyadap telepon anak buahnya. Semoga secepatnya kita bisa mengetahui di mana keberadaan Tiyo."
Wilson menenggak winenya lalu menatap tajam ke arah jendela, "Aku kehilangan tangan kananku karena Tiyo. Aku juga ingin dia merasakan rasa sakit yang sama bahkan lebih sakit."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Husband
RomanceAura berbahaya terpancar kuat, berada dekat dengannya jadi agak menakutkan meski pria ini suaminya. Saat memutuskan menikah, Embun sama sekali tidak mengetahui asal usul suaminya yang ternyata adalah seorang pembunuh bayaran. "Dari matamu tadi aku b...