02

10.9K 508 27
                                        

Tiyo menekan bel rumah. Langkah seseorang terdengar, kemudian pintu terbuka. Elena mendelik melihat siapa yang berada di balik pintu kemudian melompat untuk memeluk Tiyo. Air mata Elena berjatuhan, dan memeluk Tiyo kian erat seperti takut kehilangan. Tapi Tiyo tidak membalas pelukan itu.

"Ayo masuk, udara dingin bisa menyebabkan kamu sakit." Kata Tiyo lalu mendorong pintu sambil melangkah masuk dengan Elena yang masih mendekapnya.

Keduanya duduk di ruang tamu, Tiyo melihat Elena memegang dadanya, dia sesak nafas. Dengan segera Tiyo berlari menuju kamar Elena dan kembali ke ruang tamu dengan inhaler di tangannya. Keadaan Elena lebih baik setelah menggunakan alat bantu pernapasan itu.

"Jangan pergi." Pinta Elena.

"Aku akan melihat keadaanmu lagi besok. Istirahatlah, jangan terlalu banyak berfikir." Tiyo mengantar Elena sampai ke kamar bahkan memastikan Elena terbaring di ranjangnya sebelum akhirnya dia pergi.

Saat pintu pagar dibuka petugas penjaga, sebuah tangan langsung meninju wajah Tiyo.

"Lo habis menikah dan lo masih punya muka ke sini?!" Adam menunjuk wajah Tiyo penuh emosi. Tiyo memegang wajahnya dan tidak menyangka jika ada satu temannya yang tahu dia menikah hari ini.

"Kita dijebak dan lo pergi. Sampai gue terpaksa mecahin kaca di lantai lain untuk sembunyi?! Dan gadis pemilik apartemen itu sekarang adalah istri gue."

"Gue gak suka lo dekat dekat dengan Elena!" Sergah Adam.

"Bilang ke dia untuk jauhin gue! Bilang juga kalau gue udah punya istri!" Tantang Tiyo.

Adam tidak bisa menjawab. Dia tahu jika Elena sangat menyukai Tiyo. Cinta mati pada laki-laki ini. Dan Adam tidak memiliki pilihan lain selain hanya bisa membenci Tiyo setengah mati, meski mereka sering ditugaskan bersama. Adam mundur, masuk ke mobilnya dan pergi.

Sedangkan Tiyo kembali ke apartemen sebelum Embun terbangun. Benar. Embun masih tertidur. Tiyo membuka pintu teras, dia ingat saat meloncat dari teras sebelah apartemen ini, pintu teras Embun terkunci dan itu alasan dia memecahkan kacanya.

Alarm brankas di kamar yang dia masuki berbunyi sebelum Tiyo dan Adam mengambil isinya. Mereka dijebak. Suara erangan Embun terdengar, dia sudah terbangun. Tiyo masuk ke kamar dan menutup pintu.

"Aku kok bisa sih di ranjang?! Kita kan lagi makan tadi?!" Nada tinggi Embun yang khas terdengar.

"Kamu jatuh dari kursi karena kebanyakan tingkah, trus pingsan!" Jawab Tiyo.

"Masa?" Embun jelas tidak percaya.

Tiyo duduk di samping Embun, "Ini malam pertama kita." Kata Tiyo. Embun langsung menyilangkan kedua tangan di badannya, "Aku belum siap!" Sergahnya dengan pipi merah.

"Tapi aku udah siap. Kan kamu yang selalu bilang aku udah tua, ini waktu yang tepat untuk ngebuktiin menurut kamu, aku ini udah tua apa belum..." goda Tiyo. Embun langsung menarik mundur badannya, sedang Tiyo menatap Embun tajam.

"Berani mendekat, aku teriak!" Ancam Embun sambil menunjuk Tiyo dengan jari telunjuknya.

"Loh, aku suami kamu loh... Kamu yang setuju nikah sama aku tanpa syarat..." Tiyo mengingatkan meskipun dalam hati dia hanya sedang bergurau.

"Iya itu cuma karena orang tua aku yang ngancem bunuh diri karena ngira aku udah ngapa-ngapain sama kamu di dalam kamar, Om!"

Mendengar kata Om, Tiyo kesal lalu mengejar Embun. Batas ranjang yang tidak terlihat membuat Embun tetap menghindar dan jatuh ke bawah ranjang. Tiyo tertawa, tertawa geli sambil menepuk-nepuk kasur.

Mysterious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang