39

2.6K 237 75
                                        

Hari ini akan menjadi hari yang sangat penting, jajaran petinggi dua perusahaan Keluarga Wicaksana dan Wilson akan hadir di Tower Wicaksana. Sebagai pimpinan tertinggi, atau yang akrab disapa CEO tentu Tiyo tetap harus menghargai para komisaris pemegang saham pada dua perusahaan tersebut.

Orang dalam di kantor yang dulu dipimpin mendiang Arka tentu sudah tidak asing dengan sepak terjang Tiyo, tapi menyatukan dua musuh di dalam satu ruangan dan harus menyatukan pula visi misi bukanlah hal yang mudah. Bahkan Tiyo cukup gugup sejak pagi. Untunglah dengan mengingat senyum Embun saat perayaan satu tahun pernikahan mereka kemarin membantunya untuk tetap tenang.

Embun sedang mengenakan jas abu abu pada Tiyo, dan melihat wajah cemas itu.

"Ada apa?" Tanyanya.

Tanpa menjawab Tiyo langsung merangkul pinggang ramping Embun, mendorongnya hingga perut mereka berbenturan, "Aku merasa kurang percaya diri dengan rapat hari ini." Bisik Tiyo.

Embun tersenyum, "Daddy Tiyo harus semangat."

"Bisakah kamu menemaniku?" Pinta Tiyo lirih. Embun terkekeh mendengarnya, "Dengan satu syarat. Besok kamu harus menemani aku ke rumah sakit karena Rei dan Ray waktunya vaksin."

Tiyo menangkup wajah istrinya, "Kamu sudah berani membuat kesepakatan denganku?" Ujarnya sebelum melahap bibir semerah buah plum itu tanpa permisi.

Embun mengantar suaminya sampai teras, menunggu hingga mobil itu meninggalkan rumah, menyisakan dia bersama si kembar dan beberapa penjaga yang berjaga di pos.

Yang ada di ruangan ini adalah orang orang yang cukup berbahaya. Mungkin mereka berdasi, dan tampak rapih tapi mereka haus kekuasaan dan uang. Tiyo tampak lebih muda dan memiliki tubuh paling ideal di antara semua pemegang saham.

Kacamata kotak dengan bingkai tipis itu memperlihatkan wajah serius Tiyo. Auranya berkuasa, mengintimidasi dan membuat lawan bicaranya minder karena wajahnya nampak kian sempurna.

"Sejujurnya aku ingin merubah bagaimana cara kita mendapatkan uang. Aku ingin bermain bersih." Kata kata Tiyo membuat bisik bisik mulai terdengar di dalam ruangan yang hening. Tidak mungkin, rencana sampah, hanya mimpi, seorang pembunuh, kata kata itu terdengar.

"Aku tau cara mempertahankan posisiku. Dan aku belum lupa caranya mendapatkan aset Wilson." Nada bicara Tiyo terdengar mengancam, membuat meja bundar yang besar itu hening seketika.

"Kalian hanya peduli pada keuntungan bukan? Akan aku berikan, tapi jangan ikut campur dengan caraku menangani perusahaan ini."

"Yang tidak bersedia bisa mengajukan pengunduran diri, aku akan membiarkannya pergi sesuai dengan perjanjian di awal."

"Tatapan kalian meragukanku. Oh, aku lupa mengatakan, aku tidak sembarangan membunuh sekarang…" katanya dengan nada dingin, dengan aura pembunuh yang muncul saat Tiyo tersenyum tipis.

Rapat itu selesai, dengan wajah pucat semua pemegang saham saat meninggalkan ruangan rapat. Menyisakan Tiyo bersama sekretaris pribadinya, laki-laki berkacamata berambut ikal bernama Bimo.

"Presdir, nyonya tiba." Kata Bimo.

Tiyo berdiri, keluar dari ruangan rapat dan kembali menuju ruangannya. Tiyo pura pura duduk di kursinya dan membuka semua dokumen di meja agar terlihat sibuk. Saat pintu terdengar terbuka, Tiyo memegang keningnya dan memunculkan wajah rumit.

Embun membawa kotak makanan, dia datang dengan dress longgar di atas lutut, rambutnya dibiarkan tergerai. Penampilannya seperti remaja pada umumnya, takkan ada yang percaya jika dia sudah menjadi ibu dua bayi laki laki. Tapi toh tak ada yang melihat dia datang, karena lift khusus itu tidak akan dilewati karyawan.

Mysterious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang