Suara pemadam kebakaran terdengar bersahutan, area sekitaran apartemen itu mengalami kemacetan.
Tiyo dan Embun keluar bersamaan dari mobil yang diparkir agak jauh dari lokasi. Tidak lupa Tiyo mengambil jubah hitamnya dan dia pakaikan itu pada Embun sebelum berjalan masuk melewati kerumunan orang yang menonton proses pemadaman api. Embun mendekati polisi, dengan Tiyo berada di belakangnya.
"Itu lantai apartemen saya pak, ada sepupu saya. Apa dia selamat? Apa, apa ada korban?"
"Penghuni lantai itu semua selamat dan sedang diperiksa."
Setelah mendengar jawaban itu Embun berjalan penuh cemas melewati kerumunan, menabrak banyak pundak tak peduli. Sudut matanya basah, dia teramat khawatir pada Diana. Dan saat melihat sepupunya itu duduk dengan wajah lusuh dan sedih di antara petugas medis yang sedang memeriksanya, Embun langsung memeluk Diana.
"Maafkan gue Mbun, gak ada satu barang pun yang bisa gue bawa…"
"Biacara apa sih?! Yang penting lo selamat!" Kata Embun lalu memeluk Diana lagi erat.
"Api itu tiba tiba ada dari kamar sebelah… gue, gue langsung lari keluar… kita semua panik karena lift mati, alarm kebakaran berbunyi, kita semua kebingungan…" cerita Diana sambil menangis terisak.
Tiyo berdiri tak jauh dari Embun, mata tajamnya hanya fokus pada raut sedih di wajah istrinya… air mata yang mengalir itu seakan juga menyayat hatinya. Kebakaran ini… sangat janggal jika mendengar cerita Diana. Tower Embun termasuk yang mendapat penjagaan ketat... Itu sebabnya Tiyo gagal dalam misinya waktu itu sampai harus memecahkan kaca apartemen Embun. Gedung tinggi ini tidak banyak memiliki kejadian aneh, kecuali setelah Tiyo ada di sana, semua masalah ini beruntun mendatangi Embun.
Mungkin hari ini Diana selamat, tapi seandainya malam tadi Tiyo tidak mengajak Embun pergi? Apa dia masih bisa melihat istrinya siang ini?
Tiyo dan Embun membawa Diana ke rumah sakit agar Diana bisa diperiksa seluruhnya. Saat Embun terus menghibur Diana, Tiyo hanya diam di ruangan itu. Berkutat dengan rasa bersalahnya… Tiyo memutuskan keluar dari rumah sakit. Langkahnya tak tentu arah, sedang wajahnya sedih. Kebakaran itu pasti adalah pembalasan dari entah siapapun di luar sana, karena paginya Tiyo dan Adam tidak hanya membunuh tapi juga membakar rumah di pulau itu.
Siapapun mereka… mereka sudah tau Embun.
Langkah Tiyo membawanya ke sebuah cafe yang ada dua blok dari rumah sakit.
"Wiski scotch," sebut Tiyo pada bartender, dan beberapa gelas kecil datang. Dia meneguknya satu persatu seperti haus. Bartender itu memandangi Tiyo heran dan hanya memberikan gelas demi gelas saat Tiyo memintanya.
Tiyo benar-benar mabuk malam itu. Dan saat mabuk itulah dia bisa bebas dari segala isi pikirannya… langkahnya gontai saat berdiri di samping jalan menunggu taksi. Sementara langit sudah malam. Getar dering ponsel yang berbunyi tak dia pedulikan sejak tadi.
Dia hanya rumit… tak mampu bagaimana menyelesaikan semua ini. Ingin membawa Embun pergi jauh, namun bagaimana dengan keselamatan keluarga Embun? Ingin memburu Billy, Tiyo sadar dia akan bertaruh dengan keselamatan Embun karena dia sedang melawan sendirian… Ingin mengusaikan hutang budinya dengan Arka… dia juga akan diburu oleh orang lain, dan itu juga membahayakan Embun…
Tiyo berteriak sekuat tenaga dengan sudut mata yang basah di jalan yang sepi itu.
Jam dua pagi, Tiyo sampai di rumahnya. Embun yang sengaja menunggu di ruang tamu yang membukakan pintu. Dia cukup kaget melihat keadaan suaminya yang berantakan dan bau alkohol. Tapi Tiyo hanya memeluk Embun erat, mendorong tubuh itu masuk ke dalam dan pintu otomatis terkunci.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Husband
RomanceAura berbahaya terpancar kuat, berada dekat dengannya jadi agak menakutkan meski pria ini suaminya. Saat memutuskan menikah, Embun sama sekali tidak mengetahui asal usul suaminya yang ternyata adalah seorang pembunuh bayaran. "Dari matamu tadi aku b...