26

2.5K 233 55
                                    

Embun sengaja membuat bubur bahkan sejak jam empat pagi. Sarapan sudah tersedia di meja makan, dan dia membawa beberapa makanan ke dalam kamar.

"Mas… aku buatkan bubur." Embun mengusap-usap wajah Tiyo, suaminya itu membuka mata. Mengambil tangan itu dan menciumnya. Embun membantu tubuh berat itu untuk duduk, lalu mulai menyuapkan sesendok bubur setelah dia meniupnya.

"Maaf…" pinta Tiyo.

"Untuk?"

"Tidak bisa menggendongmu selama beberapa waktu." Gurau Tiyo. Keduanya terkekeh.

Setelah menemani suaminya sarapan dan Tiyo kembali tertidur, Embun memutuskan pergi ke supermarket membeli banyak keperluan. Tidak ada yang tau jika Tiyo terluka. Semua beraktifitas seperti biasa… ayah Embun pergi mengunjungi teman temannya, Diana sudah pergi, Bibi Hilda sedang menyapu rumah.

Tiyo terbangun, dan dia haus. Melihat tidak ada Embun, dia memutuskan bangun, tapi yang ada siku tangannya malah menyenggol gelas dan pecah berserakan di lantai.

Pintu kamar tiba tiba terbuka, Bibi Hilda membuang sapu yang dipegangnya lalu menghampiri Tiyo. Dari dekat barulah dia bisa melihat Tiyo berwajah pucat juga kesulitan bergerak. Selimut yang dipakai menutupi sampai dadanya turun, memperlihatkan piama abu abu di mana bagian lengannya banyak bercak darah. 

"Tiyo! Lenganmu berdarah…" Bibi Hilda mendelik panik. "Aku tidak apa. Mana Embun?" Tanya Tiyo.

"Nyonya pergi berkendara sendiri." Jawab Bibi Hilda.

Tiyo keluar dari selimut. Justru dia panik karena Embun pergi sendirian. Dia pegang tangan kanannya dan berusaha berdiri, tapi kakinya gontai dan hampir jatuh jika Bibi Hilda tidak memegang punggungnya.

Bibi Hilda tidak bisa melarang, dia hanya memegangi Tiyo yang hendak keluar dari kamar. "Tuan… lebih baik anda berbaring." Kata Bibi Hilda.

"Embun pergi sendirian. Itu berbahaya." Kata Tiyo menuruni tangga, seperti hendak mencari Embun sendiri, tapi baru beberapa langkah Tiyo terkulai dan tergeletak di lantai tak sadarkan diri.

...

Awalnya Embun memang pergi ke supermarket, tapi di perjalanan dia melihat Diana berada satu mobil dengan Billy. Mereka cukup mesra berbincang dan tertawa di dalam mobil. Embun mengikuti mobil mereka sampai di sebuah pom bensin.

Saat Diana keluar dari mobil dan masuk ke dalam supermarket. Embun keluar dari mobil, dia menghampiri Billy yang sedang menunggu petugas pom mengisi bahan bakar mobilnya. Embun tidak berkata apa apa, tapi dia langsung berdiri di hadapan Billy.

Billy menyadari kehadirannya lalu tamparan keras itu mampir ke pipinya di hadapan petugas pom yang tercengang.

Billy memegang pipinya yang berdenyut perih.

"Itu untuk tamparan lo yang waktu itu!" Tegas Embun.

Billy malah tersenyum memandang ekspresi marah di wajah Embun… dia bahkan hendak menyentuh pipi Embun hanya saja Embun langsung bergerak cepat dengan meninju pipi sebelah Billy dengan tangannya yang lain.

"Dan ini untuk apa yang lo lakuin ke Tiyo!" Kata Embun sebelum berjalan cepat kembali ke mobilnya dan pergi tepat waktu sebelum Diana keluar dari supermarket.

Bibi Hilda memanggil satpam agar membantunya mengangkat Tiyo kembali berbaring di ranjang. Dia buka pakaian Tiyo, darah segar itu keluar dari perban di lengannya. Dibantu satpam, Bibi Hilda membuka perban itu dan cukup kaget karena Tiyo memiliki luka tembak yang dilihat dari kondisinya… Tiyo dan Embun berusaha mengobatinya sendiri. Tapi Bibi Hilda tetap berusaha tenang, lalu mengeluarkan ponselnya… menghubungi seseorang dengan nada yang penuh wibawa. 

Mysterious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang