36

2.8K 298 78
                                        

Wilson turun dari boat bersama para anak buahnya, sedang Tiyo memperhatikan mereka dengan seksama. Isi kepalanya berputar mencari titik lemah dan memanfaatkan kondisi pasir pantai yang basah. Tiyo harus memanfaatkan kecepatan tangan dan kakinya.

Tidak perlu menunggu lama, Tiyo muncul. Keluar dari persembunyiannya.

Melihat musuhnya hari ini mengenakan celana selutut dan kemeja serba putih membuat Wilson tersenyum licik. Tombak yang Tiyo genggam adalah pertanda jika tak ada yang perlu mereka bicarakan, dan lagi Wilson juga tidak ingin ada perdamaian. Dia ingin keluarga kecil ini mati, bersama keturunannya.

"Apa begini caramu menyambut tamu?" Tanya Wilson lantang karena dia berada di belakang anak buahnya yang membentuk barisan, sedang Tiyo yang seorang diri menancapkan tombak yang dia genggam ke pasir basah seraya tersenyum sinis kemudian balas berkata, "Anjing liar tidak pantas masuk ke dalam rumah. Kecuali mereka menggonggong memaksa."

Beberapa orang langsung menyerang tanpa perintah. Saat Tiyo sibuk, beberapa anak buah lagi hendak menuju villa tapi Tiyo melihat pergerakan itu, dia melempar tombaknya dan berhasil menembus perut dua orang. Pasir putih pantai yang basah, disuguhi genangan dengan warna lain yang kontras.

Tiyo berhasil mengambil belati dari salah satu anak buah yang menyerangnya, kemudian dengan gerakan cepat menyayat setiap leher anak buah Wilson yang menyerangnya. Tiyo menyeka ujung belatinya dan menyipratkannya ke pasir bersamaan dengan darah yang mengalir turun dari tiap leher yang sayatannya menganga kemudian orang orang itu jatuh bergeletakan di lantai.

Sisanya tinggal setengah lagi sekaligus Wilson. Melihat bagaimana gerakan cepat Tiyo, Wilson bergidik takut. Hujan sudah berhenti tapi angin kencang berhembus.

Sisa anak buah menyerang, belati belati yang mereka genggam di hunuskannya pada Tiyo. Gerakan mereka cepat, Tiyo hampir kewalahan, tapi sepatu sepatu mereka tidak bekerja begitu baik di pasir basah, Tiyo menginjak kuat siku lutut membuat salah satu orang jatuh terlutut, dan dengan cepat kembali menyayat lehernya.

Lengan Tiyo terkena sayatan belati, tapi itu bukan luka serius. Aura pembunuh keluar semenjak melihat Wilson menginjakkan kaki di pulaunya. Dia pikir dia bisa mudah melukainya atau berpikir bisa melukai Embun? Tiyo tau Wilson kehilangan satu tangannya, mungkin seharusnya dia menghilangkan nyawanya kemarin.

Anak buahnya hanya tersisa tiga orang, dan berdiri melindunginya seperti tameng hidup.

"Mari kita selesaikan permainan ini di sini." Kata Tiyo lalu berjalan menghampiri tombaknya yang masih menancap di perut dua mayat, menginjak salah satu perut mayat itu lalu menarik keluar tombaknya.

Senyum sadis Tiyo perlihatkan sambil berjalan dengan tombak yang siap dia lemparkan ke arah Wilson. Tangan Tiyo yang menggenggam tombak baru mengayun ke belakang, sementara matanya mengunci Wilson sebagai sasarannya. Tapi dari belakang sebuah rantai karatan itu tiba tiba menjirat lehernya, tangan Tiyo melepaskan genggaman pada tombaknya. Dia berusaha melepaskan rantainya atau mengendurkannya sedikit agar bisa bernapas.

Salah satu dari mata mata semalam memang tidak meninggalkan pulau, dia memilih bersembunyi sebagai bagian dari rencana Wilson.

Ujung rantai itu ditarik berlawanan arah, Tiyo mulai kesulitan bernapas. Tiga anak buah Wilson mendekat, melihat Tiyo seperti mangsa lemah yang siap disantap. Satu orang menginjak siku lututnya hingga membuat Tiyo terlutut, sementara Tiyo fokus pada rantai yang masih menjerat berusaha memutus habis oksigennya.

Salah seorang mengambil batu besar, dengan wajah beringas dia hantamkan batu yang perlu dua tangan dipegang itu pada bagian belakang kepala Tiyo.

Si mata mata yang memegang rantai tiba tiba melepaskan ujung rantai yang digenggamnya. Tiyo terhempas di pasir basah itu. Wajahnya bahkan tenggelam di antara butiran putih yang kini terasa hangat karena genangan darah yang keluar dari kepalanya.

Mysterious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang