Arka tiba di rumah sakit. Dia melihat Adam sedang meninju tembok kesal.
"Ada apa?"
"Tadi Tiyo datang, bersama istrinya. Dan Elena histeris melihat istrinya. Dia kembali anfal tapi dokter sudah menanganinya." Cerita Adam. Arka membuka pintu, dari jauh melihat adiknya sedang terpejam. Dia kembali menutup pintu, sambil menghela nafas panjang.
"Aku ingin sekali membunuh laki laki tua itu dengan tanganku. Tapi jika Elena tau, dia pasti akan membenciku." Kata Arka dengan wajah rumit.
"Jangan kotori tanganmu. Biar orang lain yang melakukannya." Adam memandang Arka serius.
"Apa maksudmu?" Tanya Arka.
"Akulah yang menabrak keluarga Embun, dan membuat ibu Embun meninggal di tempat. Aku bekerja sama dengan anak buah Billy yang dendam pada Tiyo. Billy tahu soal ini dan dia malah mendukung rencana ini," cerita Adam.
Arka memandang Adam dengan raut sedikit tercengang, anak buahnya satu ini ternyata sangat licik, bahkan jauh lebih licik dari dirinya. Dia sangat berani, bahkan untuk bekerja sama dengan musuh. Ini menarik. Bahkan Billy bisa melihat celah ini, dan memanfaatkan situasi untuk melenyapkan Tiyo. Yang lemah dalam sebuah hubungan memang adalah penghianatan. Tapi Arka tidak akan mengambil jalan yang sama dengan dengan Billy, justru sebaliknya… dia akan membiarkan Tiyo menghabisi Billy.
Jika Tiyo berhasil, akan sangat menyenangkan bisa membunuh musuh bubuyutan sekaligus saingan. Dan jika Tiyo yang terbunuh, itu juga bukanlah masalah… Arka tiba tiba tersenyum tipis nan licik.
…
Perut Embun sudah terisi, rautnya juga jauh lebih bersahabat. Malah Embun nampak selalu tersenyum malam ini. Tiyo menggandeng istrinya untuk keluar dari restoran.
Gerombolan orang berjalan masuk, salah satunya menubruk pundak Embun hingga Embun terpeleset menuruni satu dua tangga dan untungnya Tiyo memegang lengannya.
Embun memegangi kaki kanannya sambil beraduh, Tiyo menarik kerah belakang pemuda yang mendorong istrinya, tanpa berkata apapun dia langsung meninjunya. Enam orang lainnya menoleh pada Tiyo dan maju serentak ingin melawannya. Mereka tentu saja bukan tandingan orang sekelas Tiyo. Beberapa tinju dengan setengah tenaga, Tiyo berikan satu persatu sampai mereka terhuyung mundur. Orang terakhir hendak memukul dari belakang, namun Embun menyelip keluar dari perlindungan Tiyo dan meninju orang itu tepat di hidungnya.
Tiyo menoleh dan heran. Sementara gerombolan orang itu berlarian masuk ke dalam restoran. Tindakan refleks Embun membuat Tiyo tak bisa berkata-kata… istrinya ini membantunya. Ikut turun tangan melindunginya.
"Aduh kaki aku," Embun beraduh sambil mengangkat kaki kanannya dan memijatnya.
Tiyo tidak perlu berkata apapun lagi dan langsung menggendong Embun di lengan. Bahkan sampai di parkiran apartemen, tidak peduli diperhatikan banyak penghuni apartemen lain, Tiyo masih menggendong Embun. Sementara wajah Embun sudah memerah dan dia sembunyikan kepalanya di dada suaminya.
"Kamu gak malu mas?" Tanya Embun saat keluar dari lift.
"Malu? Seandainya itu tidak membahayakan nyawamu, aku ingin semua orang tau kamu adalah istriku." Jawab Tiyo.
Embun tersenyum lebar sambil nyaman bersandar.
Sampai di rumah Tiyo membaringkan Embun di ranjang, dia berjalan menuju dapur, dan kembali dengan sebaskom air hangat. Dari lemari dia ambil handuk kecil kemudian duduk di samping ranjang, dia kompres kaki Embun sebelum bertambah memar, lalu memijitnya sedikit.
"Aduh sakit!"
"Namanya keseleo ya sakit…" kata Tiyo, "Kalau gak dipijit besok kamu gak bisa jalan…"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Husband
عاطفيةAura berbahaya terpancar kuat, berada dekat dengannya jadi agak menakutkan meski pria ini suaminya. Saat memutuskan menikah, Embun sama sekali tidak mengetahui asal usul suaminya yang ternyata adalah seorang pembunuh bayaran. "Dari matamu tadi aku b...