11

4.6K 288 6
                                    

Embun menelan ludah dalam-dalam. Memaki bodoh pada dirinya sendiri... dia baru bisa mengingat tentang gadis ini sekarang...

Elena membuka matanya, seperti melihat hantu, Elena tersentak namun langsung bangun dan memeluk erat Tiyo. Air matanya mengalir deras. Bahkan kehadiran Embun di belakang Tiyo pun tak mampu mengusik Elena.

Tapi setelah air matanya tumpah, dalam mata berkaca-kaca Elena melihat Embun, Elena langsung menunjuk Embun sambil berteriak, "KELUAR KAMU DARI SINI! KELUAR KU BILANG!!"

"Elena tenang, ada apa denganmu? Kamu sedang sakit dan seharusnya kamu tidak berteriak seperti itu." Kata Tiyo. Elena memegang dadanya, mengambil nafas banyak banyak, sedang Tiyo kembali membaringkannya.

Embun berjalan mundur, kemudian membuka pintu dan menutupnya dari dalam. Air matanya berlinangan. Adam mendengar suara teriakan Elena, dia menghempaskan Embun ke samping kemudian masuk. Embun tak siap dan tenaga Adam membuatnya terhuyung jatuh ke lantai. Sisa satu orang penjaga hanya melirik Embun tanpa bersedia membantunya.

Adam masuk, dan langsung merenggut kerah kemeja Tiyo, "Apa yang kamu lakukan pada Elena HAH?!" Adam sudah kesetanan.

"Panggil dokter! Panggil dokter cepat bodoh!" Pinta Tiyo lebih peduli pada keadaan Elena.

Adam melirik Elena yang sedang sesak lalu menurunkan tangannya dan berjalan buru buru keluar. Tidak lama Adam kembali bersama seorang dokter. Semua orang dilarang untuk berada di dalam saat dokter mulai memeriksa keadaan Elena.

"Elena semakin memburuk sejak dia tahu kamu sudah menikah. Semua ini karena bajingan sepertimu!" Kata Adam dengan tangan mengepal.

"Kita sama sama tau sejak lahir dia sudah menderita kelainan paru-paru!" Tiyo angkat bicara.

"Tapi seandainya saja kamu tidak membuat dia sedih dan terus menerus menggantungkan perasaannya, DIA TIDAK AKAN BEGINI!" Adam menunjuk wajah Tiyo.

"Kenapa kamu selalu mengarahkan kesalahan ini padaku? Di mana pikiranmu?! Kamu pikir kakaknya akan mengizinkan aku bersama dengannya?!"

"Oh... Jadi jika diizinkan Arka kamu tidak akan menolak bersama Elena?"

Embun yang duduk tiba-tiba menoleh pada Tiyo. Memandang punggung yang membelakanginya. Pertanyaan Adam juga adalah pertanyaan yang sama yang akan ditanyakan Embun setelah mendengar percakapan mereka. Tapi... Rasanya keberadaan ia di sana adalah sesuatu yang salah karena yang ada, hati Embun bagai teremas mendegar pertanyaan itu...

"Dia adikku. Aku hanya mencintai istriku. Apa itu cukup jelas?!"

Apa yang Tiyo katakan entah mengapa sulit bagi Embun mempercayainya begitu saja. Ketidakpercayaan itu juga ditunjukkan Adam lewat raut wajahnya.

Dokter keluar, dan mengabarkan jika Elena perlu waktu untuk istirahat total. Keluarga dilarang masuk sampai jam besuk tiba esok hari. Tiyo tau Adam akan tetap berada di sini menjaga Elena, jadi dia dan Embun lebih baik pulang.

"Ayo kita pulang." Tangan Tiyo terulur, namun Embun berdiri sendiri dan tanpa berkata apapun berjalan menuju lift. Saat berada di dalam lift, lift itu kembali sedikit berguncang. Embun memegang perut dan mulutnya bersamaan.

"Kamu kenapa?" Tanya Tiyo.

"Jangan sentuh aku." Pinta Embun dengan nada dingin.

Saat lift terbuka, Embun berjalan lebih dulu. Bahkan sepanjang perjalanan, Embun hanya memandang keluar kaca. Sampai saat pemberhentian lampu merah, suara perut Embun berbunyi nyaring karena mobil dalam keadaan hening. Tiyo menoleh pada istrinya, mungkin wajahnya terlihat tidak ingin tertawa namun sebenarnya dia sedang menahannya.

Mysterious HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang