Embun menepuk nepuk pundak Rei pelan, sebelum meletakkannya di dalam box. Keduanya sudah kenyang dan tertidur. Embun tersenyum lebar melihat kedua anaknya tertidur lelap, ada perasaan bahagia saat melihat wajah lelap itu.
Embun bertekad akan tetap menyusui si kembar sampai dua tahun. Bukan salah si kembar jika dirinya hamil lagi, tapi kenapa harus si kembar yang dirugikan? Sebenarnya itu yang membuat Embun sedih, karena Laras langsung melarang Embun menyusui si kembar sejak dia positif mengandung.
Rasa bersalah dan dilema mengisi hati Embun, dan dia juga tidak bisa menceritakan soal itu pada Tiyo karena Tiyo sudah berkutat pada kecemasannya sendiri.
Laras memahami dilema dan kesedihan Embun, sampai dia akhirnya mengizinkan Embun menyusui si kembar dengan banyak catatan yang harus dia jalani. Selama Embun tidak menunjukkan gejala malnutrisi saat hamil, dia diizinkan menyusui si kembar. Embun tentu bahagia, dan dia sangat bersemangat untuk tetap sehat, karena sikembar dan janin di rahimnya bergantung padanya.
Tiyo sudah mengambil alih pekerjaan rumah, bahkan Tiyo berbeda dari kehamilan pertama dan keduanya, kali ini dia selalu ada di dekat Embun, bahkan menjadi alarm waktu makan dan minum susu. Embun tau sedikit banyak ini pasti campur tangan Laras.
Tangan Tiyo memeluk perut Embun dari belakang, keduanya memandangi box bayi mereka. Mencium aroma sesuatu, Embun langsung berbalik.
"Mas kamu bau." Kata Embun sambil menutup hidung.
"Aku habis cuci piring dan menjemur baju dua berandal ini." Kata Tiyo.
Embun memegang perutnya yang masih rata itu, rasa mual itu berasal dari sana. "Mas, kamu mandi, ganti baju, baru boleh tidur sama aku." Pinta Embun lalu melangkah mundur dan berbaring, menutup seluruh badannya dengan selimut.
"Turuti semua keinginan istrimu! Ingat ini semua karena ulahmu! Dasar mesum!" Kalimat Laras terngiang ngiang di kepala Tiyo. Dia mengambil pakaian dan masuk ke dalam kamar mandi tanpa membantah.
Tiyo keluar dari kamar mandi, tidak ada satu inci pun dari bagian tubuhnya yang tidak wangi. Dia langsung menyibakkan selimut Embun. Dia tau istrinya itu belum tidur. Dengan percaya diri Tiyo berbaring di ranjang menghadap Embun, menyelipkan tangan kirinya di belakang leher Embun lalu menariknya ke dalam pelukan.
"Ih masih bau mas!" Embun langsung mendorong dada Tiyo menjauh.
"Kamu jangan kelewatan yah, aku udah mandi." Nada Tiyo tiba tiba dingin sama dengan tatapannya. Embun menutup mulutnya, kedua matanya berkaca kaca, lalu dia turun dari ranjang dan berjalan cepat menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.
Tiyo berlari menyusul ke kamar mandi lalu memijat leher belakang istrinya. Tangan Embun mendorong lutut Tiyo agar menjauh. "Aku… aku gak bercanda mas. Kamu… aku gak bisa deket kamu. Aku mual." Ucapnya.
"Terus aku harus gimana? Masa aku tidur di luar? Aku gak mau!" Suara Tiyo hampir terdengar merengek.
Tapi akhirnya Tiyo membawa bantal keluar dari kamar. Dia tidur di sofa seperti ketika dia baru menikah dengan Embun.
"Belum lahir saja dia sudah menang menjauhkan aku dengan istriku." Gumam Tiyo sambil menunggu ngantuk dia membuka laptopnya, membaca banyak email yang masuk.
Wilson dan Wildan adalah kakak beradik. Ada satu foto yang memperlihatkan keakraban keduanya. Tiyo menelepon seseorang.
"Apa informasi ini valid?" Tanyanya.
"Aku curiga atas bantuannya lah Wilson bisa mendapatkan obat untuk mencelakai istriku waktu itu. Tetap awasi dia. Dan berikan aku jadwal pertemuan yang Billy hadiri minggu ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Husband
RomanceAura berbahaya terpancar kuat, berada dekat dengannya jadi agak menakutkan meski pria ini suaminya. Saat memutuskan menikah, Embun sama sekali tidak mengetahui asal usul suaminya yang ternyata adalah seorang pembunuh bayaran. "Dari matamu tadi aku b...