41 ♣ Different

27 7 16
                                    

DISCLAIMER ⛔

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo
Kalau ketemu si typo tandain di paragrafnya yaaa, sekalian menambah comment gitu wkwkwk

Thanks guys!

(: Happy Membaca :)

********

"Berapa lama lagi aku harus menunggu?" suara dari sambungan telefon membuat Finn semakin pusing. Sudah hampir lima kali orang diseberang sana menanyakan hal ini. Tentu ini membuat Finn tidak dapat menahan kepalanya yang sudah pening. Ingin rasanya ia menaruh kepalanya sebentar agar ia merasa lebih ringan. Namun, belum sempat ia mencobanya, suara orang ditelefon kembali terdengar.

"Sudah hampir enam bulan aku menunggumu tapi kamu tidak kunjung kembali. Aku lelah." Finn memijat pelipisnya mendengar rengekan tersebut.

"Sebelum merengek ingatlah umurmu, Sam," ujar Finn dengan nada datarnya.

"Oh ayolah, aku ini bosmu dan kamu bawahanku, tapi kamu seenak itu mengejek umurku. Untungnya aku bos yang sabar dan baik hat-"

Bip

Sambungan telefon diputus secara sepihak oleh Finn. Suara pria yang mengaku sebagai bosnya sudah tak lagi terdengar. Finn melemparkan ponselnya ke arah kasur.

Finn mendekat ke arah jendela dan melihat pemandangan depan rumah yang masih tetap sunyi. Ia merasa heran dengan perumahan ini. Orang-orang yang tinggal di perumahan ini seakan tidak pernah ada. Suara kendaraan dalam sehari saja bisa dihitung dengan jari. Suara orang berbicara dijalanan juga jarang sekali terdengar.

Sunyi terkadang menenangkan, namun, tak jarang pula menakutkan. Terasa menenangkan saat seseorang telah melewati hari yang bising dan butuh kesunyian untuk meredamnya. Terasa menakutkan saat sunyi membawa petaka bagi seseorang dan meninggalkan bekas dalam ingatan.

Ting!

Penanda pesan masuk dari sebuah ponsel membuat Finn mengalihkan pandangannya dari jendela kamar. Kakinya mulai melangkah mendekati kasur untuk mengambil ponselnya.

Setelah tujuannya tercapai, ia membuka kunci layar ponselnya dan menekan ikon yang bergambar aplikasi pesan. Bagian atas terpampang sebuah nama yang mampu menerbitkan senyumnya.

Lea
Aku sudah sampai,
Bagaimana di sana?
16.13

Satu pesan yang berasal dari Lea seakan mampu membuat pening dan kesunyian Finn mereda sejenak. Senyum tipis terbentuk dibibirnya.

Setelah membalas pesan dari Lea, Finn merebahkan tubuhnya di kasur dan perlahan-lahan matanya terpejam menikmati empuknya kasur sewaannya.

**********

Tak jauh berbeda dengan Finn, Lea sebagai si pengirim pesan juga ikut tersenyum tipis melihat balasan Finn yang terbilang cukup cepat.

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang