DISCLAIMER ⛔
Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .Sorry for typo
Tandain di paragrafnya ya kalau ketemu si typo :) maaciw♡Komen dari kalian juga aku tunggu guys! ♡
(: Selamat membaca :)
**********
"AAAAA!!" Lea menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Finn yang mendengar teriakan Lea dengan segera membalikkan tubuhnya dan mendekati Lea.
Gadis itu tetap menutupi matanya dengan badannya yang bergetar. Finn yang melihat Lea seperti ini jelas saja panik. "Lea, kenapa?" Finn mencoba meraih tangan Lea, namun tetap saja Lea mengerahkan tangannya pada wajahnya.
"Kenapa Lea?" tanya Finn sekali lagi.
Tanpa aba-aba, Lea menabrakkan tubuhnya pada tubuh besar Finn. Dengan sigap Finn membalas pelukan Lea dengan erat. Dapat Finn rasakan area dada pada bajunya basah, ini menandakan gadis didekapannya sedang menangis.
"Loh, ada apa ini?" Suara pria long-coat coklat itu terdengar. "Apa penampilan saya menyeramkan?" lanjutnya.
Kepala Finn ditolehkan pada sosok lelaki tua tersebut. Namun, didekapannya masih ada Lea yang berusaha ia tenangkan.
"Tidak, terima kasih atas kuncinya," ujar Finn pada lelaki tersebut.
Lelaki yang diketahui sebagai suami Hellena tersebut hanya mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Baiklah, aku pulang."
Setelah berkata demikian, lelaki tersebut membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan pekarangan rumah kontrakan mereka.
**********
"Getting better?"
Finn mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis yang sedang lemah didekapannya. Mereka sudah ada di dalam rumah kontrakan, lebih tepatnya berada di kamar Lea. Kini mereka duduk dikasur Lea dengan posisi berhadapan sambil saling memeluk.
Sesaat lelaki tua tadi meninggalkan mereka, Finn dengan segera membuka rumah dengan kunci yang tadi diberikan dan membawa Lea masuk ke dalam kamarnya.
"T-takut . . . . " Sudah kesekian kali Lea mengucapkan kata tersebut, bibirnya bergetar, tangannya juga bergetar. Finn paham.
Keadaan Lea yang seperti ini membuat Finn khawatir sekaligus bingung harus berbuat apa. Yang hanya bisa Finn lakukan adalah memeluk Lea dengan erat dan membuatnya tenang. Namun, itu tidak berjalan sesuai perkiraan.
Finn pikir Lea akan segera tenang dengan pelukannya, ternyata Lea masih saja menangis dan terus menangis hingga badannya bergetar.
Finn mencoba untuk menemukan cara lain untuk membuat Lea tenang.
Finn merogoh salah satu saku celananya dan mengeluarkan plastik kecil yang berisi benda berbentuk bulat kecil berwarna putih. Ia mengambilnya dua buah dan memberikannya pada Lea.
"Kamu minum ini ya, bisa tenang." Tanpa berpikir panjang, Lea langsung menerima benda diberikan oleh Finn dan memasukkannya ke dalam mulut.
Setelah Lea menelan benda tersebut, Finn kembali mendekap Lea dan mulai mengelus rambut halus Lea dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔
Teen Fiction[ 𝐄 𝐍 𝐃 ] BELUM DIREVISI -- Hari yang cerah ini sesuai dengan suasana hati Lea yang bahagia karena telah berhasil menemukan sebuah rumah kontrak untuk ia tinggali selama masa kuliahnya di New Orleans. Rumah dua lantai dengan fasilitas yang cuku...