19 ♣ Tanda-tanda

82 31 26
                                    

DISCLAIMER

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo

Selamat membaca

**********

Lagi, Lea harus duduk sendiri karena ia tidak sekelas dengan Diana. Kini dirinya sudah duduk di bangku nomor tiga dari depan. Ia tak ingin terlalu di depan namun, juga tak mau di belakang. Tempat duduknya kali ini sudah cukup pas, di tengah.

Satu per satu mahasiswa mulai memasuki ruang kelas. Tak butuh waktu yang lama, kelas sudah hampir terisi penuh. Waktu perkuliahan juga semakin dekat, sekitar lima menit lagi kuliah akan di mulai.

Lea membuka catatannya yang kemarin untuk dibaca sekilas. Namun, tiba - tiba kursi di sebelah Lea bergerak dengan kasar. Ia menolehkan kepalanya ke arah kursi itu.

Terlihat orang itu ngos-ngosan, sepertinya dia habis berlari.

"Will," panggil Lea. Ya, orang yang baru saja duduk di sebelah Lea adalah Will, pacar Diana. "Abis lari?" tanya Lea. Will hanya bisa menganggukkan kepalanya, mulutnya masih sibuk mengatur nafas.

"Air." Lea menggelengkan kepalanya. "Gak ada?" tanya Will. Lea menganggukkan kepalanya. "Yaah . . . ."

Will-pun mencoba mencari air pada teman-teman lainnya dan ia mendapatkannya setelah bertanya pada beberapa orang.

Tak lama setelah itu, dosen masuk ke dalam ruangan dan memulai pelajaran.

**********

Saat ini Lea sedang meminum milkshake strawberry yang dipesannya beberapa saat lalu. Sudah sekitar 10 menit ia berada di kantin yang diisi oleh banyak mahasiswa yang sedang mengisi perut mereka ataupun hanya sekedar mengobrol sembari menunggu waktu kuliah.

"Diana kemana?" tanya Lea pada sosok yang baru saja datang.

"Otw katanya," ujar orang itu sambil menyumpal bibirnya dengan rokok lalu duduk di depan Lea.

Orang itu melemparkan sebuah amplop. "Nih," ujarnya.

"Dari siapa, Will?" tanya Lea pada Will, orang yang sedang menikmati rokok di mulutnya.

"Dari-" ucapan Will terhenti dibarengi dengan wajah bingungnya karena tidak melihat orang yang tadi memberikan amplop untuk Lea. "Loh, tadi yang ngasih disitu tuh." Tangannya menunjuk tempat duduk di ujung kantin. Lea pun mengikuti pandangannya ke arah telunjuk Will. Di sana memang sudah tidak ada orang.

"Siapa sih?" tanya Lea pada Will, "kamu kenal gak?"

Will mengangkat kedua bahunya. "Gak pernah liat."

Lea mulai memikirkan pengirim amplop berwarna merah dihadapannya. Amplop itu berwarna merah polos, tak ada nama pengirim ataupun petunjuk lain mengenai pengirim. Lea membolak-balikkan amplop itu sebelum dimasukkannya ke dalam tas.

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang