11 ♣ Daging

142 46 60
                                    

DISCLAIMER ⛔

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo

Selamat membaca

**********

06.30

"Umm. . . . " Sebuah suara yang berasal dari seorang gadis terdengar begitu malas. Ia meregangkan tubuhnya, bergulung ke kanan kemudian ke kiri, dan berakhir masuk lagi ke dalam selimutnya.

Pagi ini tidak ada yang spesial. Bahkan menurutnya, hari ini sedikit menyebalkan mengingat ia memiliki jadwal kuliah pagi pukul 09.00.

Mau tidak mau, ia bangkit dengan mata yang masih setengah terbuka. Sejenak ia mendudukkan tubuhnya di kasur untuk memperoleh kesadaran yang belum ia dapatkan sepenuhnya. Gadis ini kemudian teringat akan tugas yang belum ia kirimkan pada dosennya.

"Yaampun," ujarnya. Setelah itu ia langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka kusutnya, sekaligus untuk membuat dirinya lebih konsentrasi saat mengirimkan tugas. Jangan sampai ia salah mengirimkan tugas akibat kesadarannya yang belum pulih.

Air dingin yang mengalir di wajahnya perlahan membuat ia lebih segar dan juga membuat matanya terbuka sempurna. Segera ia keluar dari kamar mandi dan mendudukkan dirinya pada kursi yang ada di meja belajarnya. Setelah laptopnya menyala, ia langsung mencari ikon e-mail. Tak butuh waktu lama, file sudah siap untuk dikirim.

Tok Tok Tok

Ketukan pintu mengurungkan niat Lea untuk mengarahkan kursor pada kata send yang ada dilaptopnya. Ia memilih bangkit dari duduknya dan malangkahkan kakinya menuju pintu.

'Siapa yang ngetuk pintu pagi-pagi begini? Apakah Hellena sudah selesai menyiapkan sarapan?' pikir Lea.

Pintu telah terbuka sempurna dan terlihat seseorang dengan kaos hitam dan celana pendek yang juga berwarna hitam.

"Ada laptop gak?" tanya pria itu sesaat setelah pintu terbuka. To the point sekali.

Taulah kalian siapa dia. Ya, tentu saja orang itu adalah Finn, tukang ketuk pintu Lea.

Lea memejamkan mata sejenak. 'Dia lagi.' Ia kali ini sungguh kesal bukan main. Finn membuat mood-nya buruk.

"Ada, kenapa?" ujar Lea setelah ia berhasil menenangkan dirinya.

"Pinjam, laptopku rusak," adunya dengan wajah datar. Sebenarnya, bila saja Finn menampilkan wajah yang sedikit memelas, bisa saja rasa kesal Lea berkurang sedikit dan akan berganti dengan sedikit rasa iba. Sayangnya, itu tidak terjadi.

Lea tidak menjawab lagi, ia masuk dan duduk di kursinya untuk mengirim tugas yang tadi sempat terabaikan.

Finn ngapain?
Tentu saja dia ikut masuk dan duduk di kasur Lea tanpa meminta izin kepada sang empunya. Sepertinya cowok ganteng ini sudah mulai agak gak tau diri. Untung ganteng.

"Ekhem." Deheman Finn itu untuk memberikan kode pada Lea bahwa ia menunggu. Namun, gadis dihadapannya itu masih tak bergeming. Dia masih fokus menatap layar laptopnya.

"Lea," panggil Finn. "Leaa." Lagi-lagi suara Finn sama sekali tak digubris oleh gadis bernama Lea itu.

Kini Lea sangat berusaha menahan tawanya agar tidak keluar. Ia mencoba menjahili Finn dengan mengabaikannya. Hitung-hitung sebagai balasan atas rasa kesalnya selama ini. Mukanya tertutup oleh rambut yang terurai, sehingga Finn tidak bisa melihatnya.

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang