DISCLAIMER ⛔
Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .Kalau kalian ketemu typo, tandain aja yaa, Makasih . . . ♡
(: Selamat reading :)
.
.
.
.Tunggu dulu
Sebelumnya aku mau bilang makasih buat kalian yang udah baca sampe part ini. Gak kerasa ini udah part 30 hiks. Udah banyak juga ternyata aku ngetiknya. Aku terhura guys :'(
☆☆
Dahlah kuy langsung kembali ke pelukan Finn ♡♡
Selamat menikmati guys!
**********
Bau obat menyeruak ke dalam indera penciuman Lea. Beberapa orang berbaju putih terlihat mondar-mandir di depannya dengan membawa tumpukan kertas ditangannya.
Lea duduk dikursi yang tersedia dengan gelisah. Pikirannya masih diliputi ketakutan. Bahkan beberapa kali terlihat Lea membenarkan posisi duduknya.
Tiba-tiba sebuah kantong plastik berada tepat di depan muka Lea. Hal tersebut tentu saja membuat Lea terkejut dan memundurkan kepalanya.
"Nih." Lea menerima kantong plastik tersebut. Lea membukanya dan nampak sekotak nasi beserta minuman di dalamnya.
"Makasih, Steven." Lelaki bernama Steven hanya mengangguk dan duduk di sebelah Lea.
Lea masih tidak membuka bungkusan tersebut dan hanya memegangnya saja. Dia masih saja menatap gelisah pitu berwarna putih yang ada di hadapannya.
Masih belum ada konfirmasi dari dalam bagaimana situasinya. Ini membuat Lea panik, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Makan dulu Lea," ujar Steven pada Lea.
"Iya bentar lagi." Lea tak menatap Steven. Pandangannya masih menatap ke arah yang sama, pintu. Berharap akan ada yang keluar dari pintu tersebut dengan senyuman yang merekah.
Tanpa disadari kotak nasi sudah berpindah tangan. Kotak tersebut kini berada ditangan Steven. Dengan telaten ia membuka kotak tersebut dan menyuapkan sesendok pada Lea. Namun, Lea menolaknya.
"Nanti dulu!" ucap Lea dengan nada sedikit meninggi. Dia tidak napsu makan. Yang diharapkan hanya pintu itu terbuka. Hanya itu.
Steven pun menyerah dan menarik kembali tangannya dari hadapan Lea.
Klek
Pintu putih itu terbuka dan dengan segera Lea bangkit dari duduknya. Seorang perempuan berjas putih keluar dari pintu tersebut dengan diikuti oleh seorang suster.
"Dok, gimana?" tanya Lea khawatir.
"Ada dua peluru yang saya temukan dilengannya. Namun, sudah saya tangani dan kini pasien sedang beristirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔
Teen Fiction[ 𝐄 𝐍 𝐃 ] BELUM DIREVISI -- Hari yang cerah ini sesuai dengan suasana hati Lea yang bahagia karena telah berhasil menemukan sebuah rumah kontrak untuk ia tinggali selama masa kuliahnya di New Orleans. Rumah dua lantai dengan fasilitas yang cuku...