DISCLAIMER ⛔
Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .Sorry for typo
Kalau ketemu typo comment diparagrafnya ya :)(: Selamat membaca :)
**********
"Hosh hosh" Lea berhenti dari kegiatan larinya. Sepertinya ia sudah lelah dan kini dirinya lupa cara bernafas dengan benar.
Mereka sudah berlari sekitar satu jam. Tidak begitu jauh dari rumah, mereka hanya pergi ke taman komplek dan berlari memutarinya.
Taman itu cukup luas namun, tidak banyak fasilitas yang ada disana, hanya ada beberapa bangku dan halte. Taman komplek dipenuhi tanaman-tanaman indah yang akan membuat siapapun betah berada disini.Pemandangan indah baru saja tiba di samping Lea. Finn dengan rambut dan kaos putih yang basah baru saja tiba mengalihkan pandangan Lea dari pohon di depannya. Finn tidak terlihat begitu ngos-ngosan. Lelaki itu tetap bernafas dengan tenang. Mungkin dia sudah biasa lari sejauh ini.
"Nih minum!" Finn menyodorkan sebotol minuman isotonik yang ada ditangannya.
"Dapet dari mana?" tanya Lea penasaran.
"Yang penting bukan nyuri!" Finn menaruh botol minuman itu ditangan Lea. Ia pun berjalan mendahului Lea sambil meminum miliknya.
"Ish!" kesal Lea. "Thanks!" ucapnya dengan sedikit mengeraskan suaranya agar Finn dapat mendengar ucapannya. Namun, didengar atau tidaknya ucapan Lea tidak mendapatkan respon apapun dari Finn. Lelaki itu hanya terus berjalan sambil memperhatikan tanaman di sekitar.
Tiba-tiba Lea berlari menyalip Finn yang sedang minum. Finn kaget hingga menyemburkan minuman dari mulutnya.
Ternyata Lea menghampiri seorang anak kecil yang berada tak jauh dari tempat mereka. Anak itu terguling dari sepedanya. Sepertinya dia baru bisa mengendarai sepeda.
Anak perempuan itu sedang menangis disebelah sepedanya.
"Halo, kamu jatuh ya? Sini aku bantu." Terlihat lutut anak itu sedikit berdarah.
"Hiks hiks sakit," rengek anak itu. Tangisannya juga terdengar semakin mengeras.
Lea membantunya berdiri dan memeluk anak itu. "Udah jangan nangis ya, mama kamu dimana?"
Anak itu menggeleng dan hanya berkata, "Papa . . . ."
Finn juga ikut berjongkok di belakang Lea sambil mengusap air mata anak kecil itu. "Mau minum?" tanyanya sambil menyodorkan botol isotoniknya. Anak itu menganggukkan kepalanya dan Finn membantu anak itu untuk minum.
Saat anak itu sedang minum, Finn bertanya, "Papanya dimana?" dengan segera anak perempuan itu melepaskan minum yang ada di mulutnya dan kembali menangis histeris. "PAPAAA . . . hiks hiks."
Mendengar tangisan anak perempuan itu, keduanya panik. Akhirnya, Lea menggendong anak kecil itu dan Finn yang berdiri di sebelahnya juga ikut menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔
Teen Fiction[ 𝐄 𝐍 𝐃 ] BELUM DIREVISI -- Hari yang cerah ini sesuai dengan suasana hati Lea yang bahagia karena telah berhasil menemukan sebuah rumah kontrak untuk ia tinggali selama masa kuliahnya di New Orleans. Rumah dua lantai dengan fasilitas yang cuku...