22 ♣ Tetangga

67 22 37
                                    

DISCLAIMER ⛔

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo
Kalau ada yang typo bisa comment di paragraf nya, Guys :)

(: Happy Reading :)

**********

Bersantai.

Mungkin kata itu yang tepat untuk Lea saat ini. Hari Minggu adalah waktu yang paling tepat untuk bersantai, menjernihkan pikiran agar dapat digunakan dengan baik di hari esok. Kini Lea sedang duduk di teras. Ia membaca novel ber-genre romance ditangannya. Dia duduk di salah satu kursi kayu sambil menyilangkan kaki.

Sejak kepulangan mamanya kemarin, tidak ada kesibukan lain untuk Lea. Tugas? Sudah, dia sudah menyelesaikan tugasnya beberapa hari yang lalu. Jadi, dia bisa santai menikmati indahnya minggu tanpa memikirkan beban apapun.

Sudah sekitar satu jam Lea membaca novel itu, entah mengapa ia tak tertarik dengan hal lainnya. Keseruan novel memang dapat membuat diri lupa akan sekitarnya, mungkin itu yang dirasakan Lea saat ini.

"Permisi."

Seseorang berdiri di depan rumah kontrakan yang Lea tempati.

"Permisiii," ujarnya lebih keras.

Lea sepertinya terlalu fokus dengan bacaannya hingga tak mendengar ada seseorang yang memanggil.

Melihat Lea yang tak kunjung merespon, orang itu melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Lea .

"Permisi, Nona."

Lea mendongakkan kepalanya dengan cepat. "Oh?" Ia terkejut melihat sosok lelaki tampan di hadapannya. "Iya? Ada apa?"

"Apakah itu punyamu?" tanya lelaki itu sambil menunjuk ke arah mobil sedan abu-abu. Terlihat sekali dari tangan kekar lelaki itu, dirinya suka berolahraga.

"Oh bukan," jawab Lea, "aku tidak punya mobil."

"Bukan." Orang itu menggerakkan telapak tangannya dihadapannya. "Itu mobilku."

Lea menyiritkan alisnya. 'Lalu?'

"Yang ku maksud kotak di sebelah mobilku." Telunjuknya di arahkan pada kotak yang berukuran cukup besar yang berada tepat di sebelah mobil sedan abu-abu. "Apakah itu punyamu?"

Lea melongokkan kepalanya untuk melihat kotak besar itu. "Bukan, aku tidak merasa itu punyaku."

"Lalu milik siapa itu?" Lelaki itu nampak berpikir dengan melihat kebingungan kotak besar itu. "Itu tadi ada di tengah jalan, depan rumah ini, aku pikir itu milikmu," jelasnya. Tangannya terlipat di depan dadanya. Wajah yang tampan dan badan yang proporsional merupakan perpaduan yang sangat nyaman untuk dilihat oleh Lea saat ini. Lea memperkirakan umur lelaki itu masih sekitar 25 tahun atau mungkin di bawahnya. Masih muda, bukan?

"Apa perlu ku buang saja?" tanyanya memecah lamunan Lea. "Tapi, bagaimana bila ada yang mencarinya?"

"Letakkan saja di depan situ, mungkin nanti pemiliknya kembali ke sini." putus Lea.

"Baiklah." Lelaki itu menganggukkan kepalanya. "Akan ku letakkan di sana saja."

"Kalau begitu, aku pergi dulu."

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang