7 ♣ Takut

156 66 49
                                    

DISCLAIMER ⛔

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo

Selamat membaca

**********

Langit sudah berganti terang, cahaya matahari masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Meski begitu, dua manusia yang masih tidur sambil berpelukan layaknya teletubies ini tidak merasa terganggu. Keduanya masih nyaman dengan posisi saat ini. Mungkin sebab hujan tadi, berpelukan seperti ini membuat tubuh mereka menghangat.

Sang laki-laki bersandar pada kepala ranjang, sedangkan seorang gadis berada dipelukannya dengan menenggelamkan seluruh wajahnya pada dada bidang lelaki itu.

Gak engap apa ya?

Meski saat ini sudah memasuki jam makan siang, keduanya seakan tidak merasakan lapar dan tetap menutup matanya dengan nyaman. Padahal tadi pagi mereka tidak ada yang sarapan. Keduanya sibuk menenangkan diri -lebih tepatnya menenangkan Lea-  saat terjadi hujan angin tadi.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu terdengar oleh telinga Finn. Ia mulai membuka matanya dan langsung disuguhi pemandangan rambut indah Lea. Sedangkan, empunya masih tetap terlelap dengan nyaman. Seakan dada Finn merupakan bantal ternyaman yang pernah ada.

Tok Tok Tok

"Lea . . . . " Kali ini tidak hanya suara ketukan melainkan juga suara seorang wanita.

Perlahan-lahan Finn menaruh kepala Lea pada bantal yang sebenarnya. Selanjutnya, ia membenarkan posisi badan Lea agar nanti badannya tidak sakit saat ia terbangun. Bisa-bisa Finn yang disalahkan saat badan Lea sakit nanti.

"Lea, ayo makan dulu, sudah si-"

Ceklek

Pintu terbuka dan muncul wajah yang tak seharusnya berada pada kamar itu. Hellena memiringkan kepalanya dan melangkah mundur untuk memastikan bahwa ia tidak salah kamar.

'Benar kok,' batin Hellena.

"Lea di dalam, masih tidur," ucap Finn dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Finn kok bisa disini?" tanya Hellena.

"Lea takut," ucap Finn singkat. "Masuklah, aku mau ke kamarku."

Finn berjalan keluar menuju kamarnya yang berada di sebelah kamar Lea. Finn meninggalkan Hellena yang masih berdiri di depan kamar Lea. Sedangkan Finn sudah masuk dan menutup pintu kamarnya.

'Mereka sudah sedekat itu,' pikir Hellena sambil menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis.

**********

"Ini susu hangatnya," ujar Hellena sambil menyerahkan segelas susu pada Lea yang sedang duduk diam di meja makan.

Sepeninggalan Finn tadi, Hellena membangunkan Lea yang tengah tertidur dengan lelap. Lea pun langsung mengikuti Hellena menuju ruang makan tanpa melakukan ritual pembersihan badan atau mukanya. Wajah kusam, mata bengkak, hidung merah, rambut yang tidak tertata dengan benar, dan ekspresi blank membuat Lea terlihat memprihatinkan.

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang