15 ♣ Jangan

93 30 32
                                    

DISCLAIMER ⛔

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo

Selamat membaca

**********

Hari ini Lea sudah rapi sejak pukul enam pagi. Ini karena dirinya harus sampai di kampus sebelum jam delapan. Ya, hari ini Lea terjadwal kuliah pagi. Ia sudah siap dengan blouse maroon yang dipadukan dengan skinny jeans berwarna gelap dan sneakers berwarna senada.

Setelah memasukkan beberapa buku dan alat tulis yang ia butuhkan ke dalam tas ransel miliknya, Lea segera keluar dari kamarnya tanpa membawa tas. Lea ingin sarapan dulu.

Kaki Lea yang tengah melangkah dengan semangat untuk menuju dapur tiba-tiba mulai memelan setelah melihat dapur yang tidak menampakkan Hellena.

Biasanya sepagi apapun Lea bangun, Hellena sudah berada di rumah ini dengan masakan yang sudah terhidang rapi. Namun, kini Hellena tidak nampak, bahkan di meja makan pun masih tidak ada makanan yang tersedia.

'Kemana perginya Hellena kali ini? Apakah ia libur lagi?'

Lea mencoba melihat sekeliling untuk memastikan keberadaan Hellena. Tapi, indra penglihatannya masih tak menangkap keberadaan Hellena.

Tak sengaja ia mengarahkan pandangannya pada kamar mandi yang berada tak jauh dari dapur. Di sebelahnya terdapat sebuah ruangan yang ia ketahui sebagai gudang. Ruangan itu berada di pojok dengan pintu yang selalu tertutup.

Pernah Lea menanyakan perihal ruangan itu pada Hellena. Namun, Hellena seperti enggan menjawab dan berdalih dengan menanyakan hal lainnya. Lea saat itu sebenarnya cukup ingin tau tapi, karena ia sudah cukup sibuk dengan tugasnya yang kian hari kian menggunung membuat ia mengurungkan niat untuk mencari tau mengenai ruangan tersebut.

Kini Lea kembali penasaran dengan ruangan itu. Pintu kayu yang biasanya selalu tertutup rapat kini terbuka sedikit.

'Apa mungkin Hellena di sana?'

Lea berjalan menuju ruangan itu. Setelah berada di depan pintu, ia berhenti sebentar untuk mendorong perlahan pintu kayu di hadapannya. Nampaknya pintu ini masih bagus dan terawat. Tak ada suara decitan pintu yang biasanya terdengar saat membuka pintu kayu. Cat dari pintu ini juga masih bagus. Coklat bersih.

Pintu berhasil terbuka sedikit lebih lebar. Lea melongokkan kepalanya ke dalam namun, ia tak bisa melihat apapun. Gelap. Kata itu yang menggambarkan ruangan di hadapannya. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri mencoba melihat apa isi ruangan ini. Tapi, tetap saja ia tak bisa melihat dengan jelas karena ruangan ini cukup gelap. Tak ada jendela sama sekali, udara di sini juga cukup lembab membuat Lea sedikit kesusahan bernafas.

Rasa ingin tau membuat Lea mencoba memperdalam kepalanya. Kini bahunya sudah ikut masuk ke dalam ruangan itu. Lea tidak menyerah dan tidak mau menyerah karena ini mungkin adalah satu-satunya kesempatan untuk melihat ruangan ini.

Lea terus mencoba untuk melihat dalam kegelapan hingga indranya menangkap sepasang mata yang menatapnya dari jarak lima langkah.

"KYAAA!!" jerit Lea ketakutan. Ia segera mengeluarkan kepalanya dan jatuh terduduk di depan pintu. Ia benar-benar kaget dan kini tubuhnya begitu lemas hingga tak mampu untuk berdiri.

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang