36 ♣ Terlambat

41 14 20
                                    

DISCLAIMER ⛔

Dalam proses mencoba menghasilkan suatu karya tertulis.
Semua yang ada dalam cerita ini, murni berasal dari hasil pemikiran pribadi.
Apabila terdapat kesamaan dengan kisah lain, itu murni ketidaksengajaan dari kami.
Terimakasih . . .

Sorry for typo
Kalo ada typo laporan sama aku ya guys ♡

(: Selamat membaca :)

**********

Ruangan ini ternyata tak selebar yang Lea bayangkan. Saat matanya terbuka, ia menyadari bahwa ini merupakan ruangan yang hanya berukuran 3×3 dengan jajaran rak kayu di kanan kirinya.

Matanya membola dan sedetik kemudian mengeluarkan air mata. Ia terkejut saat menyadari bahwa terdapat usus yang menggantung di sisi kanannya,

"Toloong!!" teriak Lea.

Belum lagi toples toples yang sepertinya sengaja di tumpahkan hingga cairan merah kental tumpah memenuhi lantai di sekitarnya. Baju dan celana Lea pun terkenai tumpahan itu. Saat matanya melihat satu persatu toples yang tumpah, lagi-lagi ia terkejut dan panik saat matanya menangkap 2 bola mata, jantung, hati, dan ginjal yang masih berwarna merah akibat terendam darah segar.

Jangan lupakan usus-usus yang bergelantungan di sana.

"Tolong aku! Siapapun di luar sana tolong aku!! " teriaknya lagi. Namun, siapa yang akan mendengarnya? Finn, bibi Hellena, dan Tony tidak ada dirumah.

Tangisannya semakin menjadi. Ia memikirkan apa sebenarnya salahnya? Kenapa dirinya bisa berada dalam posisi ini? Siapa yang melakukan ini padanya?

Ia ingin lari, tapi tidak bisa. Tangan dan kakinya terikat disalah satu rak. Yang bisa Lea usahakan adalah berteriak.

Lea berusaha melepaskan ikatan tangannya dengan cara menggesekkan tali itu ke rak kayu di hadapannya. Namun, tiba-tiba kepalanya terasa basah, ia mencoba untuk mendongak. Seketika Lea berguling ke arah lain. Ternyata yang membasahi kepalanya adalah cairan berwarna kekuningan yang membuat kepala Lea bau. Tebak saja itu apa.

"Toloong!!" Sudah kesekian kalinya teriakan Lea menggema.

Tok Tok Tok!

"Lea, apa kau di dalam?" teriak seorang pria di luar pintu. Dari suara tersebut dapat diketahui bahwa ia adalah seorang pria berumur. Nada bicaranya terlihat bahwa ia sedang panik. Lea mencoba mengingat pemilik suara tersebut. Tony. Ya, dipikiran Lea suara itu mirip dengan suara perawat tanaman yang ada di rumah kontrakannya. Meski keduanya jarang berbicara, Lea tentu masih mengingat suara pria itu.

"Tunggu sebentar!"  Terdengar kembali suara teriakan dari luar ruangan.

Brak!

Lea dapat melihat seseorang tengah mencoba membuka pintu tersebut. Namun, pintu tersebut masih tak bergoyah.

Brak!!

Percobaan kedua dilakukan, namun tetap saja tidak bisa.

Sejenak keadaan hening, Lea mengira bahwa orang di depan pintu tersebut sudah menyerah untuk menolongnya. Lea hanya bisa menunduk pasrah.

Tapi tiba-tiba . . .

BRAAKK!!!

Pintu tersebut akhirnya dapat terbuka dengan lebar dan menampakkan siluet wajah seorang pria tengah berjalan ke arah Lea.

𝑴𝒆𝒂 𝑪𝒖𝒍𝒑𝒂 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang