Bab 17: Turun?

325 47 71
                                    

“Jangan buruk prasangka, latihlah pikiran dengan hal-hal positif, agar diri tidak dipersulit oleh asumsi sendiri.” — CDR

MENJADI Sekretaris pribadi di perusahaan Raffarel Product memang sudah sangat lama, karena sebelumnya, ia hanya seorang karyawan biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MENJADI Sekretaris pribadi di perusahaan Raffarel Product memang sudah sangat lama, karena sebelumnya, ia hanya seorang karyawan biasa. Kata syukur pun tak pernah henti ia ucapkan. Karena dalam hidupnya, ia selalu mengingat kalimat yang sering terucap dari lisan sang Ibu.

'Pandai lah mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan, agar hidup selalu merasa cukup, tidak kurang maupun lebih. Yang penting bahagia, dunia dan InsyaAllah akhirat juga.'

Posisi ini pun, tak luput dari hasil jerih payahnya, hasil dari kegigihannya, kedisiplinannya dalam bekerja. Sehingga Bapak CEO memilihnya.

Vian, ya, lelaki itu melirik dokumen yang diberikan oleh salah satu pegawai Pratama Family's Company. Ia jadi ingat, atasan dari perusahaan itu meminta tanda tangan CEO dengan segera. Sedangkan CEO itu sudah berhari-hari tidak masuk kantor. Alasannya, karena sakit. Entahlah sakit seperti apa yang CEO rasakan. Mungkin juga sakit hati, atau kayanya sakit-sakitan. Ah, lelaki itu berdosa sekali.

Tak mau ada komplain lagi, ia langsung beranjak dari kursi kerjanya, di ambillah kunci motor yang tersimpan di meja, lalu melenggang pergi.

Ia menunggangi motor bermerek Honda CBR150R dengan gagahnya, helm berwarna hitam senada dengan warna motor menambah ke-gentlean nya.

Ting Tong

Bel rumah yang berbentuk persegi panjang berwarna putih ia tekan dengan tangan kekarnya. Tak menunggu waktu lama, wanita paruh baya yang mengenakan daster motif dengan kerudung abu-abu membuka pintu.

"Eh, Nak Vian," ucapnya dengan tersenyum.

"Assalamualaikum, Bi."

"Wa'alaikumussalam."

"Bi Nani, Al masih sakit?"

"Tadi pagi, katanya sudah membaik dan mau pergi ke kantor. Tapi tadi, tiba-tiba den Al lemas lagi, ayo atuh Vian masuk ke dalam."

Vian mengangguk dan mengayunkan kakinya menuju dalam, lalu ia daratkan bokongnya di sofa berwarna hitam.

"Bibi panggilin den Al dulu ya."

Vian mengangguk lagi, dokumen yang di bawa itu ia simpan di atas meja, netranya mengedar ke seluruh ruangan. Tak butuh waktu lama Nani datang lagi.

"Vian, masuk aja ke kamar den Al."

"Oke Bi."

Vian membuka pintu kamar pelan-pelan, kepalanya menyembul ke dalam karena celah pintu masih minim terbuka. Matanya mengedar dan berhenti di ranjang berukuran king, lalu kakinya melangkah pelan menuju dalam. Di lihat dari kejauhan, rupanya sang CEO sedang tertidur.

Cinta & Rahasia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang