Extra Part¹

363 16 20
                                    

“Ingatlah, kesedihan pasti akan berlalu. Dan akan tergantikan oleh kebahagiaan.” — CDR

SATU tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU tahun kemudian ...

“Sayang....” kini panggilan itu sudah menjadi kebiasaan bagi perempuan yang tengah mengandung anak pertamanya.

“Hm, ada apa?” tanya Fariz yang tengah duduk di hadapan sang istri, hanya terhalang oleh meja saja.

“Duduk sini, temenin Haura, jangan jauh-jauh,” pinta Haura dengan gaya manjanya.

Tanpa bantahan Fariz langsung bangkit dan mengayunkan kaki untuk duduk di samping Haura. Semenjak kehamilan, menjadi penyebab sifat manja Haura berlebihan. Kata Ratih—ibu mertuanya—itu hal yang wajar, biasanya bawaan bayi. Dan Fariz pun sudah biasa lagi dengan sifat Haura itu.

Haura langsung bersandar di bahu lebarnya saat lelaki itu telah mendaratkan pantatnya ke sofa. Haura memainkan jari-jemari kokoh milik Fariz. Menarik-narik jari lelaki itu hingga menautkan ke jari jemarinya. Sementara Fariz hanya bisa menerima perlakukan istrinya saja.

“Sayang, kamu sudah minum vitamin kan?” tanya Fariz membuka percakapan.

Haura mengangguk tanpa mengubah posisinya yang tengah bersandar itu. “Mas, nggak apa-apa kan kita terus tinggal disini? Karena entah kenapa Haura nyaman banget disini, berkumpul bersama keluarga yang lain,” tanya Haura yang masih memilin jari jemari milik suaminya.

“Yang penting kamu nyaman.”

Semenjak Haura hamil, ngidam pertama darinya harus tinggal bersama semua anggota keluarga. Haura tak ingin tinggal di rumah Fariz dengan dalih kesepian. Fariz menuruti dan memberi usul untuk tinggal saja di rumah Ravi. Alhasil Ratih dan Vian pun di boyong ke kediaman Ravi selama kehamilan Haura.

“Terima kasih, Mas.” Haura menegakkan badannya seraya tersenyum.

Fariz mengelus perut Haura yang membesar, “Papa nggak sabar nungguin kamu lahir.”

Haura tersenyum melihatnya. Haura jadi mengingat, betapa bahagianya Fariz saat di beritahu kalau Haura hamil. Fariz sampai loncat-loncat kegirangan seperti anak kecil. Tak heran, kedatangan buah hati yang ditunggu-tunggu sejak setahun lalu kini terpenuhi. Keduanya sangat bersyukur karena Allah telah mengabulkan keinginannya.

Lelaki itu pun sangat sabar menghadapi semua tingkah Haura, dari mulai kemanjaannya sampai keanehannya saat ngidam.

“Bayi kita laki-laki, Mas. Akan di beri nama apa?” tanya Haura.

“Nanti saja kita pikirkan.”

Hanya kata itu mampu mengubah mood Haura turun. Ia menjauhkan lengan Fariz dari perutnya spontan membuat Fariz menatap Haura. Gadis itu cemberut, wajahnya langsung berubah kesal.

Fariz menghela nafas panjang, lalu mengusap wajahnya. Ia baru ingat, selain manja dan selalu ngidam aneh-aneh Haura juga lebih sensitif. Hatinya mudah tersinggung, perasa, serta baperan.

Cinta & Rahasia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang