Bab 32: Naik Angkot

234 31 22
                                    

“Jangan dilihat bagaimana hasilnya, tetapi lihatlah sebesar apa perjuangannya. Karena sekecil apapun usaha yang kita perjuangkan akan dihargai di depan orang yang mengerti.” — CDR

FARIZ cepat-cepat melangkah menuju ruang sekretaris yang berada di luar ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FARIZ cepat-cepat melangkah menuju ruang sekretaris yang berada di luar ruangannya. Rupanya, Sekretaris yang berjenis kelamin wanita itu benar-benar ada di kantor. Awalnya Fariz terkejut saat di beritahukan data-data penting yang ada di laptop itu hilang, karena ada hacker yang membobol password nya.

"Saya nggak bisa berbuat apa-apa lagi, datanya benar-benar hilang, padahal sangat penting," adu sekretaris wanita yang bernama Devina itu.

"Kok bisa, coba saya periksa." Fariz menyalakan laptopnya dan mulai mencari data yang penting itu.

Memang benar, isi filenya kosong, tak ada apa pun.

Fariz baru ingat, sebelumnya Fariz telah menyalin data-data penting itu ke laptop pribadinya, dan laptop itu aman ada di rumah. Syukurlah.. Fariz bisa bernafas lega.

"Jangan khawatir, saya sudah salin data-data ke laptop saya. Saat masuk kerja tinggal salin ulang."

"Alhamdulillah kalau gitu, Pak," Devina menghela nafas lega.

"Ah iya, kenapa bisa di kantor? Bukannya sekarang libur?"

Devina menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. Sementara Fariz menautkan alisnya heran.

"Handphone saya ketinggalan disini, Pak," akunya seraya tersenyum kikuk.

"Oh pantes, ya sudah mari kita pulang," ajaknya.

Sekretaris Devina masuk ke mobil pribadinya, begitu pun dengan Fariz. Ia langsung menancap gas untuk segera sampai di rumah dan untuk melanjutkan hal yang sempat terjeda tadi.

Ya, menonton film dengan istrinya. Apalagi selain itu, kan?

Butuh belasan menit saja ia langsung sampai rumah, kaki jenjangnya melangkah, tangannya membuka pintu rumah. Lalu mengayunkan kaki lagi masuk ke dalam.

Sepi!

Rumah ini tak ada yang menghuni, Haura tak terlihat di ruang tengah. Di kamar pun tak ada, jadi Haura pergi ke mana? Pikirnya heran.

Fariz merogoh saku celananya. Di ambillah ponsel pintar miliknya, ia tekan kontak dan mencari nomor Haura di sana, tanpa menunggu lama lagi ia langsung menelepon.

Tut.. tut.. tut..

Tak ada jawaban apa pun, sampai di ditunggu beberapa detik yang ada hanyalah suara operator yang mengisi telinga nya kini. Fariz kembali matikan panggilan yang tak terjawab. Ia mencoba menelepon Ravi untuk menanyakan, kali aja Haura ke rumah Papa, walaupun kadar kemungkinannya hanya 50% saja.

Cinta & Rahasia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang