"Tak akan ada yang terjadi ketika Allah belum menakdirkan." — CDR
SUARA gemercik berasal dari air terjun buatan seakan terdengar seperti alunan musik yang begitu menenangkan. Angin yang berembus juga selalu menyejukkan. Di tambah cuaca pagi hari ini sangat cerah secerah hati Haura yang sedang berkebun.
Tanaman yang Haura urus sejak masih dini kini sudah berbunga, harum semerbak mengitari Indera penciumannya. Hatinya pun berbunga-bunga mengingat bagaimana kejadian sore kemarin. Momen spesial itu tak akan pernah ia lupakan dalam sejarah ingatan.
Lelaki yang sangat ia cintai kini mencintainya juga. Tentu rasanya akan lebih bahagia dari apa pun.
"Makanlah, suasana hatiku sedang baik." Haura melempar makanan ikan ke kolam.
"Rakus pun tak apa, nanti kubelikan lagi," lanjutnya.
Haura kembali melangkahkan kaki, kini tujuannya ke bunga-bunga yang tertanam di tanah untuk memberikan sentuhan cinta pada mereka. Matanya terbelalak saat melihat bunga-bunga di pojokkan layu. Segera Haura dekati bunga itu.
"Kenapa bisa begini sih," gerutunya seraya menyentuh bagian daun serta bunga yang layu. Bagaimana pun Haura harus mengobati bunganya. Bukan ia tak sanggup untuk membeli lagi, tapi bukankah sesuatu yang di urus sejak kecil akan berat hati jika kehilangan?
Walaupun bunga tetap sama saja. Seperdetik kemudian muncullah ide. Haura langsung berlari masuk ke rumah, tiba-tiba Haura harus rem mendadak karena berpapasan dengan Fariz di pintu.
"Kenapa lari, sih?" tanya Fariz yang keheranan dengan tingkah istrinya itu.
"Urgen mas, Haura harus mengobati segera mungkin," jawabnya meyakinkan. Lelaki itu bertaut alis, tak mengerti, siapa yang terluka? Pikirnya.
"Mas bisa bergeser dulu sebentar?"
Walau kepalanya bingung dan heran, Fariz langsung memberikan jalan untuk Haura. Seketika gadis itu berlari menuju dapur. Sementara Fariz melongo dan masih bertanya-tanya, ada siapa di taman? Siapa yang terluka sampai butuh pengobatan? Mana urgen katanya.
Lantas Fariz berjalan santai menuju taman untuk menuntaskan banyak pertanyaannya. Siapa tahu benar ada orang yang butuh pertolongan walau itu tak mungkin. Karena tak ada pintu lagi di belakang untuk seseorang masuk ke dalam.
Ia celingukan, mengedar ke sana-kemari. Tak ada apa pun, yang ada hanyalah tanaman indah yang selalu Haura rawat itu. Lantas siapa yang terluka?
Fariz kembali menghampiri Haura yang ada di dapur. Kali kedua membuat Fariz keheranan lagi. Haura sedang mengupas bawang merah dan putih cukup banyak.
Ada apa dengan gadis itu? Beberapa menit ke belakang terlihat sangat khawatir, tapi sekarang justru sedang membuat bumbu untuk di masak?
"Siapa yang terluka, Ra?" tanya Fariz seraya berjalan mendekati Haura, tangannya mengambil apel yang bertengger di meja makan, tak lupa juga ia membawa pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia [TERBIT]
Ficción GeneralPada malam yang masih dihiasi air hujan, petir serta kilat Haura harus menerima kenyataan yang menusuk perasaan. Mengikhlaskan kepergian sang ayah sebab insiden mengerikan. Serta takdir yang membawanya ke titik pendewasaan. Siapa sangka, setelah em...