"Berusahalah sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang sempat hilang dari genggaman." — CDR
HAURA tengah duduk di gazebo taman belakang, netranya memperhatikan tanaman bunga dan pepohonan sangat cantik nan indah. Ia teringat, pagi tadi Fariz tak sarapan di rumah. Alasannya ia buru-buru masuk kantor. Tidak biasanya seperti itu. Tiga hari belakangan ini, sikap Fariz padanya benar-benar berbeda. Ia Rindu suaminya yang selalu berusaha membuatnya bahagia dengan seribu cara sederhananya.
Ia pun tak mencoba untuk memulai, karena takut akan sia-sia saja. Jika di pikir lagi, kali ini kami seperti dua orang yang baru mengenal namun tinggal di dalam satu atap. Membuatnya sering melamun, memikirkan hal-hal buruk tentang Fariz. Sebenarnya tak ingin, tapi ia tak bisa menahan pikiran buruk meracuni dirinya.
Haura menenggelamkan wajahnya ke bawah lutut yang ia rengkuh dengan kedua tangannya. Menangis dan menangis yang ia lakukan, tak ada hal lain lagi. Hatinya sangat tergores, dadanya begitu sesak jika terus mengingat bagaimana hubungannya yang renggang seperti sekarang.
Haura kembali mendongak, menyeka air matanya sangat kasar.
"Aku nggak bisa terus kaya gini," imbuhnya.
Barusan saja, seperti mendapati bisikan luar yang memerintahkan dirinya harus tetap kuat dan berusaha. Di kondisi seperti ini bukanlah air mata yang diperlukan, tapi berusaha untuk mendapatkan apa yang sempat hilang dari genggaman. Ia beranjak berdiri kemudian turun dari gazebo dan masuk kembali ke rumah.
Ia menuju dapur, mengambil kotak makan untuk di isi nasi dan lauk pauk. Ia jadi ingat kata Mba Arum.
Soal memaafkan dan memberi kesempatan, itu dua hal yang harus kamu tanamkan. Karena bagaimanapun kehidupan berjalan ke depan, seiring berjalannya waktu satu persatu yang tidak diketahui akan ditemui, memaafkan dan memberikan kesempatan berperan penting dalam kondisi seperti itu.
Benar sekali, seharusnya Haura tidak cengeng, melainkan harus memberikan kesempatan dan berusaha untuk membenahi lagi.
Kotak makan telah diisi dengan lengkap, ia bergegas untuk pergi ke kantor suaminya. Tadi pagi Fariz tak sarapan bukan? Jadi ia berinisiatif untuk membawa bekal untuk makan siang.
Ia menaiki taxi untuk sampai di sana. Kakinya mengayun ke dalam, sapaan ramah para karyawan ia dengar, karena sekarang sudah waktunya jam makan siang, makanya para karyawan tengah berkeliaran menuju pantri.
Bibirnya tak henti-henti tersenyum membalas para karyawan yang tersenyum ramah padanya. Sebenarnya diperlakukan seperti ini ia sedikit canggung dan tak nyaman. Karena dulu, Haura pun hanya seorang karyawan sama seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia [TERBIT]
Ficção GeralPada malam yang masih dihiasi air hujan, petir serta kilat Haura harus menerima kenyataan yang menusuk perasaan. Mengikhlaskan kepergian sang ayah sebab insiden mengerikan. Serta takdir yang membawanya ke titik pendewasaan. Siapa sangka, setelah em...