Bab 31: Pembobolan Password

241 32 16
                                    

LANGIT senja selalu membuat yang melihat terpana akan keindahannya, apalagi sinar jingganya benar-benar menakjubkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LANGIT senja selalu membuat yang melihat terpana akan keindahannya, apalagi sinar jingganya benar-benar menakjubkan. Haura melirik ke samping karena satu burung singgah di dahan pohon yang tak terlalu tinggi, burung itu mengeluarkan suara. Akan tetapi keindahan senja hari ini tak bisa mengobati hati serta pikiran Haura. Ia tengah fokus dengan otaknya untuk menyambungkan setiap kejadian yang ia ketahui belakangan ini. Kejadian-kejadian itu sedang Haura susun seperti permainan Fuzzel.

Tiga hari yang lalu Vian memberitahu bahwa Fariz sedang makan berdua bersama wanita lain. Setelah itu Haura di kirimi pesan dari seseorang yang tak dikenal. Lalu tiga hari belakangan ini sikap Fariz agak berbeda, tidak seperti biasanya yang hangat dan banyak bicara. Sementara tadi siang ia menemukan fakta baru, bahwa Fariz mempunyai seorang asisten pribadi wanita. Dan sikap wanita itu sangat agresif sekali.

Dilihat dari potongan-potongan kejadian itu, tidakkah nyambung? Asisten itu pun sering bersama Fariz. Mengikuti ke mana pun lelaki itu pergi.

Haura menuturkan istigfar, matanya memejam. Merutuki aktivitas yang baru saja ia lakukan. Kali ini benar-benar sangat kacau, otaknya tidak karuan, selain berpikiran yang buruk ia seakan sedang mencurigai wanita itu.

"Haura!"

Panggilan itu membuat Haura membuka matanya cepat, kemudian berkerut kening. Ia berhalusinasi atau memang benar-benar mendengar suara Fariz?

Huh! Haura membuang nafas gusar, karena saking memikirkan hal tadi sampai-sampai ia berhalusinasi. Tapi ternyata, selang beberapa detik, suara yang sama terdengar kembali. Dua detik kemudian Haura mengerjapkan matanya, menatap siluet tubuh jangkung yang terpapar sinar matahari sore. Lelaki jangkung itu melangkahkan kaki panjang-panjang menuju gazebo tempat Haura berdiri sekarang. "Kamu kenapa dipanggil nggak nyaut sih?" rajuknya dengan wajah masam.

"Um..., Haura pikir, tadi berhalusinasi, karena nggak biasanya sore-sore begini Mas ada di rumah," akunya seraya mengelus-elus pelipis dengan jari telunjuk. Sementara Fariz hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Lagian tumben banget, bukannya ada pertemuan penting dengan klien, kalau nggak jadi bisa-bisa batal. Tapi kok sore-sore kaya gini Mas udah pulang. Jadi wajar kan, kalau Haura terkejut dan anggap panggilan Mas itu sebagai halusinasi," gerutunya menatap lurus ke depan. Sedangkan Fariz masih diam mendengarkan baik-baik gerutuan istrinya itu. Ia tahu benar, Haura merasa kesal.

"Jadi, Mas pulang sore ini, alasannya apa?" lanjutnya bertanya.

"Untuk memastikan, kalau istriku pulang dengan keadaan selamat," jawabnya.

Haura belum menjawab. Tiba-tiba Fariz melingkarkan tangan kanannya ke pinggang mungil Haura, "Emangnya, nggak bahagia gitu aku pulang cepat?" sekarang giliran Fariz yang bertanya.

Cinta & Rahasia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang