Hollaaa
Semoga kalian suka dan betah untuk menggulir serta membaca setiap bab nya^^GUYURAN hujan deras di malam hari cukup membuat keadaan sangat sepi. Penyeka kaca mobil tak hentinya bergerak ke kiri dan kanan untuk menghilangkan air yang berjatuhan. Petir yang menggelar bak suara cambuk itu terus terdengar sepanjang jalan.
Karena rasanya malam ini benar-benar sepi, ia tambah kecepatan mobil untuk segera sampai ke tempat yang di tuju. Sayangnya, kaca mobil sedikit tertutup embun membuat penglihatan sedikit terganggu.
Brakkkk!!!
Lelaki itu menginjak rem dengan cepat, hingga decitan dari ban mobil terdengar sangat ngilu. Badannya doyong ke depan, dahinya menyentuh setir mobil, sehingga menyebabkan darah segar sedikit keluar. Lelaki itu tak memedulikan keadaannya, melainkan ia membuka pintu mobil dan bergegas keluar untuk mengetahui apa yang telah ditabrak.
Dengan kepala yang masih pusing, ia terkejut melihat darah segar bercampur air hujan memenuhi aspal. Netranya langsung melihat sosok bapak-bapak yang tergeletak dengan keadaan tengkurap tepat di hadapannya. Wajahnya berubah pucat pasi, ia mencengkeram rambutnya keras.
Apa yang telah aku lakukan?—batinnya berucap
Perlahan kakinya melangkah mendekati bapak itu, dengan harapan sangat besar ia membalikkan badannya. Ia bernafas lega karena bapak itu masih hidup. Namun kondisinya sangat lemah dan memprihatinkan.
Egh!
Suara dari bapak itu
"Pak, Pak."
Tak menunggu jawaban, ia langsung memapahnya masuk ke dalam mobil. Bapak itu ia baringkan di jok belakang, kemudian menyalakan mobil dan bergegas pergi dengan kecepatan tinggi.
Mobil terus melaju membelah jalan metropolitan. Ia tak memedulikan cuaca malam hari yang masih tidak bersahabat, karena yang ada di pikirannya hanyalah, Rumah Sakit.
Di RS Royal Taruma, beberapa perawat bergegas mendorong brankar yang sudah di tumpangi bapak itu untuk menuju ruangan ICU.
"Harap tunggu disini, pasien akan kami tangani."
Kata yang di lontarkan sang dokter, yang berpakaian serba putih, mata sipit, ber-nametag , "Dr. Sandy Prayogi." melarang lelaki itu masuk ke dalam.
Sembari menunggu, lelaki itu melangkahkan kaki dan duduk lemah di kursi rumah sakit. Ia menunggu dengan penuh harap dan penuh kecemasan.
Tak lama menunggu, pintu yang tadi tertutup rapat itu kini terbuka, keluarlah dokter Sandy dari ruangan itu.
"Pasien keluarga, Fariz Kavindra Pratama."
"Saya, Dok, bagaimana dengan keadaannya?"
"Keadaan pasien sangat buruk, ia kehilangan banyak darah karena luka yang ada di kepalanya," terang dokter Sandy sembari melepaskan sarung tangan putihnya.
"Saya boleh masuk ke dalam, Dok?"
Dokter Sandy mengangguk, "Hanya sepuluh menit saja," ucapnya kemudian.
Fariz, ya, lelaki itu melangkah perlahan. Dengan pikiran kalutnya menatap wajah bapak itu yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Saya tidak bermaksud untuk menabrak Anda, Pak. Kejadian itu sangatlah cepat. Tapi ini salah saya, karena telah ceroboh mengendarai mobil dengan kecepatan penuh."
Tatapannya kabur karena gumpalan air bening yang memenuhi kelopak mata. Namun ia tetap menahan agar tidak terjun ke pipi.
Bapak itu hanya menatap sosok lelaki yang berpenampilan sangat buruk. Ia sedikit menyunggingkan senyum walaupun terbaring lemah seperti itu.
"Sa-saya, ingin membicarakan se-sesuatu," kata Bapak itu tertahan-tahan. Fariz mengangguk cepat. Raut wajahnya langsung berubah drastis kala bapak itu membicarakan sesuatu dengannya. Banyak hal yang bapak itu katakan. Dengan di iringi ringisan di setiap kata, bapak itu mampu menyelesaikan kalimat demi kalimat yang ingin di sampaikan.
***
"Cari tahu rumah yang berada di Jl. Puri Kembangan. Beri kabar pada mereka, salah satu keluarganya telah meninggal dunia di RS Royal Taruma pukul dua belas malam."
Saat di setujui oleh orang kepercayaannya, Fariz memutuskan panggilan. Ia berjalan lunglai melewati lorong-lorong rumah sakit. Penampilannya sangat buruk, kemeja putih lengan panjang yang ia gulung sampai bawah sikut terpenuhi noda darah. Ia tak peduli tentang penampilannya. Karena tak ada ruang lagi untuk memikirkan hal lain selain kecerobohannya.
Kaki jenjang itu berhenti, netranya menatap diri sendiri di cermin toilet. Kembali, insiden itu memenuhi pandangan seakan sedang berputar bak layar lebar di cermin. Perkataan bapak itu juga terus terdengar di telinga menambah rasa frustrasinya.
Arghhhhh!!
Noted Me:
Masukkan serta kritikkan sangat dibutuhkan
Dm or komen, silakan
Also, jangan lupa tekan Vote & Komen di bawah.Sorry for typo
Thank:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia [TERBIT]
Fiction généralePada malam yang masih dihiasi air hujan, petir serta kilat Haura harus menerima kenyataan yang menusuk perasaan. Mengikhlaskan kepergian sang ayah sebab insiden mengerikan. Serta takdir yang membawanya ke titik pendewasaan. Siapa sangka, setelah em...